BONTANG – Masih seputar respon atas kasus Difteri di Kota Taman, Puskesmas Bontang Utara I dan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) melaksanakan tindak lanjut surveilans kasus dengan intervensi vaksinasi massal selektif pada lokasi kasus suspek di 3 RT Kelurahan Bontang Baru.
Dibantu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) cabang Bontang, Jumat (9/2), Outbreak Response Immunization (ORI) selektif dilakukan di Masjid Miftahul Huda, lantaran sebelumnya ada salah satu warga RT 14 Kelurahan Bontang Baru terdeteksi sebagai suspek difteri. Menyasar 169 anak, usia 1-19 tahun yang tersebar di RT 13, 14, dan RT 15 Kelurahan Bontang Baru.
“Vaksinasi subsidi ini hanya kami peruntukan bagi anak-anak usia 19 tahun ke bawah. Sementara untuk orang dewasa dapat melakukan vaksinasi mandiri di fasilitas kesehatan swasta yang menyediakan vaksinasi,” ujar drg Erwin Wahyudiono selaku Kepala Puskesmas Bontang Utara I.
Sementara itu, Staf Surveilans, Imunisasi, dan Penanggulangan Wabah Bencana Diskes-KB, Fatimah, SST menerangkan, pemberian vaksinasi massal akan dilakukan secara bertahap hingga tiga putaran. Ia menegaskan, meski pemberian vaksin kepada balita maupun anak-anak sudah terhitung lengkap (imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis B, dan Campak), booster, dan bulan imunisasi anak sekolah (Bias), disarankan untuk tetap mengikuti ORI.
“Pemberian vaksinasi hari ini (kemarin, red.) merupakan tahap pertama, akan dilanjutkan tahap kedua bulan depan, dan tahap terakhir pada enam bulan kemudian. Sebab, suntikan pertama belum sepenuhnya membentuk kekebalan pada tubuh. Sehingga dilakukan vaksinasi sampai tiga putaran untuk menghasilkan kekebalan berjangka 10 tahun,” urainya.
Berbeda dengan orang-orang yang terpapar langsung atau melakukan kontak dengan penderita, seperti anak, istri/suami, teman yang seharian intens 1 jam bersama atau berkomunikasi minimal selama lima hari berturut-turut. Selain vaksin juga diberikan pemberian dosis obat erytromicin untuk dikonsumsi tiap 6 jam dalam seminggu.
Ia mengimbau kepada warga Bontang untuk mewaspadai gejala difteri yang di antaranya adalah demam, kadang tidak tinggi dibawah 39°C, badan lemas dan pusing, sakit saat menelan terkadang muncul suara ngorok saat bernafas, leher membengkak, tenggorokan/amandel tertutupi membran berwarna abu-abu.
Sedangkan untuk pencegahannya dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), cuci tangan memakai sabun, konsumsi gizi seimbang, jaga kebersihan diri dan lingkungan, melaksanakan imunisasi lengkap sesuai usia, menggunakan masker bila perlu (pada tempat keramaian atau pada saat batuk dan flu), serta menghindari bepergian ke daerah Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Mencegah lebih baik daripada mengobati. Manfaatkan kesempatan pemberian vaksinasi subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Semoga upaya memutus rantai penyebaran dan penularan difteri di Kota Bontang segera berakhir,” tutur Fatimah. (ra/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: