SANGATTA – Menjelang Bulan Suci Ramadan, harga gas elpiji tiga kilo gram kian ekstrim. Pasalnya, di daerah pedalaman hingga saat ini sudah menembus Rp35 ribu. Parahnya, tingginya harga dibarengi dengan kelangkaan.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Busang. Langkanya elpiji dan tingginya harga membuat warga kian menderita. Untuk meringankan beban tersebut, terpaksa warga beralih ke bahan bakar kayu. Mayoritas warga memanfaatkan kayu untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai dari menanak nasi, membuat sayur, menggoreng ikan hingga merebus air.
“Awalnya hanya Rp 20 ribu hingga Rp 22 ribu saja pertabung, kini sudah mencapai Rp35 ribu. Karena harga mahal dan langka, warga terpaksa pakai kayu bakar. Termasuk saya,” ujar Camat Busang Impung Anyek.
Kejadian ini sudah terjadi dua pekan lalu. Entah kenapa, yang jelas hampir semua kecamatan merasakan hal yang sama. Merasakan kelangkaan dan melambungnya harga hingga beberapa kali lipat. Mantan Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Diskes Kutim ini menduga, jauhnya jarak tempuh dan buruknya infrastruktur menuju Busang menjadi salah satu musabab mahalnya harga elpiji.
“Seperti di Sangatta itu harganya masih Rp 25 ribu aja. Karena memang ada agennya. Kalau di sini (Busang) harganya mahal mungkin karena jauh. Tetapi apapun itu kami berharap gas kembali lancar dan harganya kembali normal. Sehingga warga kembali menggunakan gas dan tidak menggunakan kayu lagi,” kata Putra asli Kecamatan Busang itu.
Hal ini juga dirasakan warga Karangan. Camat Karangan, Suharman mengeluh lantaran tingginya harga elpiji di daerah pedalaman. Lucunya kenaikan dan kelangkaan terjadi secara tiba-tiba. Wajar saja membuat masyarakat kaget dan mengeluh. Akibat kenaikan itu, dirinya turut mengaminkan jika sebagian warga menggunakan kayu bakar untuk memasak dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau di Karangan Rp 28 ribu. Naik antara Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu pertabung. Mudahan saja harga kembali seperti semula. Sehingga masyarakat tidak menjerit atas harga dan kelangkaannya,” katanya.
Sementara itu, di Kecamatan Kaliorang harga elpiji serupa dengan Kecamatan Karangan. Yakni berkisar antara Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu. Begitupun untuk Sangatta Selatan tembus Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu.
“Di Sangatta Utara masih mending agak mudah didapat. Kalau di Sangatta Selatan beberapa pangkalan kosong. Kalaupun ada harganya Rp 25 ribu. Bahkan di pedalaman Sangatta Selatan seperti di Teluk Lombok mencapai Rp 28 ribu sampai Rp 30 ribu,” kata Rima salah seorang penjual pangkalan. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post