Menjadi seorang anggota militer, tak membuat kecintaan Edison terhadap sepak bola menjadi padam. Ini pun dibuktikannya dengan menjadi pelatih sepak bola dan wasit Bontang yang dilengkapi dengan sertifikasi lisensi C2.
Veri Sakal, BONTANG
Edison masuk ke dunia militer di tanah kelahirannya Raha, Sulawesi Tenggara (Sulteng) pada 1994. Keinginan besarnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat itu karena profesi tersebut paling diminati para pemuda di wilayahnya usai lulus dari sekolah, baik itu SMA ataupun SMK. Selain profesi paling diminati, alasan Edison memilih menjadi militer adalah karena dapat menciptakan rasa aman bagi keluarganya dari gangguan preman-preman yang marak saat itu.
“Preman-preman tak akan berani mengganggu bila di keluarga tersebut diketahui adalah keluarga dari militer,” ujarnya, Jumat (19/5).
Keinginan Edison menjadi anggota militer saat itu ditunjang pula dengan dirinya adalah seorang pesepakbola, yang memiliki perjalanan karier cukup baik di daerahnya, seperti bermain di Piala Soeratin, Pra Pekan Olahraga Nasional (Pra PON) Sulawesi Tenggara, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulteng bahkan sering menjadi juara I saat bermain di PS Koperasi. Ditambah lagi dia juga mendapat dukungan dari Kepala Jasmani Militer Korem Kapten Inf Sudirman, yang kebetulan adalah manajer Edison waktu bermain di Porprov Sulteng.
“Sebenarnya saya sudah magang di BRI karena sepak bola juga, namun karena mendapat dukungan menjadi militer ya saya lebih memilih profesi tersebut,” bebernya.
Berhasil menjadi militer, dia pun ditugaskan ke Bontang pada 1995.
Sejak bertugas di kota ini, hobi sepak bolanya tak pernah padam. Sebab dia langsung bergabung dengan skuat PS Rudal dan sempat juga bermain di PSAD Balikpapan yang saat ini mengikuti Liga 3 Zona Kalimantan Timur (Kaltim) di Bontang.
Sambil bermain bola, dia pun mencoba menjadi wasit sepak bola yang kebetulan pada saat itu di lapangan Den Arhanud Rudal 002 digelar Liga Bocah. Namun tawaran tersebut, diawali dengan menjadi hakim garis.
Kendati demikian, seiring jalannya pertandingan, Edison pun lambat laun mulai dipercaya menjadi wasit utama yang ditunjuk langsung oleh Ketua Komisi Wasit Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Indonesia (Pencab PSSI) Bontang Idris Kalpe yang kini almarhum.
Kala itu kekurangan wasit. Saya didorong almarhum mengambil lisensi wasit C3 yang semua dibiayai Pengcab PSSI Bontang karena di tahun itu (2004, Red.) saya adalah satu-satunya wasit dari anggota militer bahkan sampai sekarang,” ucapnya.
Pria yang kini menjabat Sersan Kepala (Serka) Den Arhanud Rudal 002 ini memaparkan, setelah memiliki lisensi wasit C3, dia pun mulai dipercaya memimpin sejumlah pertandingan resmi di tingkat daerah, seperti wali kota cup, Rudal Cup, dan MBI Cup kala itu.
Bahkan Edison yang serius menggeluti profesi tersebut, sampai saat ini selalu dipercaya menjadi wasit dalam laga- laga krusial, seperti final atau pertandingan yang melibatkan suporter yang banyak.
Dikatakan Edison, dipilihnya dia memimpin mungkin selama ini karena pihak penyelenggara melihat latar belakang dirinya adalah seorang militer. Namun dibalik itu, sebenarnya dalam setiap memimpin pertandingan, dia hanya selalu berpedoman dengan mengutamakan kebenaran, keadilan, kejujuran, selalu berkomunikasi dengan pemain, dan tidak menggunakan arogansi karena dirinya adalah seorang militer. “Pendekatan secara kekeluargaan yang saya gunakan di setiap memimpin pertandingan,” bebernya.
Merasa mampu menjadi wasit, Edison pun ingin terus meningkatkan kualitasnya menjadi wasit dengan mengambil lisensi wasit C2. Akhirnya dia berhasil meraih lisensi tersebut di Kutai Barat (Kubar) pada 2005 dengan biaya sendiri.
Setelah resmi memliki lisensi tersebut, ia pun ingin meningkatkan lagi dengan mengambil lisensi wasit C1 Nasional. Namun hal tersebut selalu tertunda, karena setiap ingin mengambil lisensi, bertepatan dengan pendidikan militer guna kenaikan pangkat dalam kariernya sebagai militer.
Hingga kini ia pun belum bisa memiliki lisensi tersebut karena saat ini terbentur dengan regulasi, bahwa dalam mengambil lisensi C1 harus usia 35. Namun dikatakannya, meski hanya lisensi C2, dia selalu berusaha memimpin pertandingan dengan sebaik-baiknya.
“Meski saat ini saya hanya sebagai hakim garis di Liga 3, saya tetap yakin ke depan akan bisa memimpin pertandingan,” tuturnya.
Selain wasit, Edison yang sangat cinta terhadap selak bola pun aktif melatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Rudal Agni Bala Cakti, PS Rudal, dan PS PLN. “Selama menjadi pelatih, yang paling berkesan bagi saya adalah bisa membawa PS Rudal berhasil menjadi juara I Dandim Cup,” tutupnya. (Bersambung)
Tentang Edison:
Nama: Edison
TTL: Raha, 25 September 1972
Istri: Hasriati
Anak:
M Alfiansyah Pratama
M Aditya Pradinata
Rumana
Alamat: Asrama Den Arhanud Rudal 002 Blok R5 RT 07 Kelurahan Gunung Elai.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post