Meski sempat beberapa kali gagal melanjutkan kuliah S2 lewat jalur beasiswa, namun tak menyurutkan semangat Hamdani untuk terus mencoba. Lewat usaha kerasnya, akhirnya dirinya berhasil menggapai impiannya untuk bisa menimba ilmu di jenjang yang lebih tinggi.
Bambang, Bontang
Ketertarikan untuk menimba ilmu agama sudah dirasakan Hamdani sejak kecil. Usai tamat dari SD pada 1991, Hamdani melanjutkan pendidikan di pesantren selama 7 tahun. Usai lulus Madrasah Aliyah, suami Niswa Tewang itu sempat ingin melanjutkan ke bangku kuliah jurusan Bahasa Arab. Namun karena suatu hal, hingga akhirnya kemauannya itu pun harus kandas di tengah jalan. Barulah di tahun 2000, pria kelahiran Paccing, 12 Juli 1977 itu akhirnya memilih merantau ke Balikpapan. Di kota dengan motto “Beriman” itu Hamdani diangkat menjadi guru Tsanawiyah dan Aliyah Pesantren Hidayatullah Balikpapan. Namun hanya berselang 6 bulan saja, dia pun memutuskan kembali untuk pulang ke kampung halamannya, Bone.
“Saya berfikir, untuk jadi guru tentu harus punya pendidikan dahulu. Itulah alasan saya memutuskan kembali ke Bone karena ingin melanjutkan kuliah,” ujar mantan Sekertaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bone itu.
Menjalani kuliah hingga selesai Kuliah Kerja Nyata (KKN), Hamdani langsung memutuskan untuk ke Bontang untuk menikah. Usai menikah, barulah skripsinya bisa kelar disusun atas bantuan istrinya.Selain menjadi guru, pasca selesai kuliah Hamdani juga menjadi salah satu dosen hadits di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syamsul Ma’arif (STIT Syam) Bontang. Menyadari karena dirinya menjadi dosen, sehingga dia pun terpacu kembali untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2.
Disinilah tantangan terberat Hamdani. Pasalnya sudah puluhan kali akan mencoba mendaftar kuliah lewat jalur beasiswa, dirinya selalu gagal ikut tes. Bahkan terakhir sebelum dirinya benar-benar diterima menjadi mahasiswa S2, berkas pun tak lolos. Kesempatan untuk berkuliah di Mesir pun harus kandas lantaran dirinya kurang mengerti regulasi yang ada.
“Saya sebenarnya sudah seleksi untuk kuliah di Mesir. Dari ratusan yang daftar, saya urutan ke 23. Namun yang diterima saat itu hanya 20 orang saja. Saya tidak tahu kalau tahun berikutnya saya akan dipanggil. Saat ada panggilan itu, saya posisi sudah lolos kuliah di Makassar. Akhirnya saya memilih yang sudah ada saja,” tutur pria yang juga pernah menjadi Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bone itu.
Baginya, kegagalan tidak diterima oleh puluhan universitas saat akan kuliah S2 itu bukanlah menjadi penghalang. Baginya terus mencoba, berusaha dan berdoa serta tidak putus asa adalah kunci suksesnya menimba ilmu. Lewat ilmu tafsir hadis yang dia pelajari itulah, kini kehidupannya jauh lebih baik. Selain menjadi guru dan dosen, alumnus pascasarjana UIN Alauddin Makassar itu juga diamanahi menjadi Kepala Sekolah Ar-Riyadh. Keseharian lainnya, yakni aktif menjadi mubalig naungan BKDIB.
“Semoga ke depan bisa terus berbuat dan bermanfaat bagi umat,” tukasnya. (bersambung)
Tentang Hamdani
Nama : Hamdani, M.Thi
TTL : Paccing, 12 Juli 1977
Alamat : Jalan Imam Bonjol nomor 42 Kelurahan Api-api (Komplek Pesantren Hidayatullah)
Istri : Niswa Tewang, S.Pdi
Anak : Hilal Muqoddas
Riwayat Pendidikan :
- Madrasah Aliyah Palatte, Bone
- S1 STAIN Watampone Fakultas Tarbiyah Jurusan pendidikan Bahasa Arab
- S2 UIN Alauddin Makassar Jurusan Tafsir Hadits
Riwayat Organisasi :
- Sekertaris Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bone
- Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bone
- Kepala SMP Ar-Riyadh Bontang
- Mubalig BKDIB
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post