SAMARINDA – Lulusan perguruan tinggi, akademi, institut, dan universitas di Kaltim belum sepenuhnya terserap di pasar kerja. Karena itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari kalangan sarjana masih menyisakan masalah yang belum terpecahkan.
Aliya (23), nama samaran, sudah setahun lulus dari salah satu perguruan tinggi ternama di Kaltim. Dia belum mendapatkan pekerjaan. Padahal dirinya telah berulang kali memasukkan lamaran di beragam tempat.
“Terakhir saya lamar di bank. Tetapi belum ada panggilan. Sebelum itu, kalau tidak salah, sudah empat kali saya buat lamaran,” ungkapnya pada Metro Samarinda, Senin (20/8) kemarin.
Dia mengaku tidak sendiri. Bersama teman-teman lainnya sesama angkatan yang lulus pada 2017 lalu, mereka memiliki nasib yang sama. Belum naik kelas di kelompok angkatan kerja yang telah terserap lapangan pekerjaan. “Penginnya sih usaha. Belum ada modal. Ya lebih baik nunggu dari bank itu dulu. Siapa tahu ada panggilan,” tutur Aliya.
Terkait hal ini, Kepala Tata Usaha Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Ahmad Zaini mengungkapkan, pengangguran “intelektual” masih belum berkurang dibanding tahun 2017. Bahkan tahun ini, tercatat pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi menempati urutan mayoritas dibanding lulusan lainnya.
“Tahun ini pengangguran terbuka dari lulusan perguruan tinggi dan SMA/SMK sebanyak 8,65 persen dari angkatan kerja,” bebernya.
Jumlah TPT lulusan perguruan tinggi tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti dengan data 2017 lalu. Karena itu dia berpendapat, pemerintah daerah belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk lulusan perguruan tinggi.
“Pengangguran di sektor ini tergolong tinggi. Ini pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan yang bisa menyerap lulusan perguruan tinggi,” imbuhnya.
Pasar kerja yang disesuaikan dengan pendidikan, kata Zaini, belum tersedia untuk seluruh lulusan kampus di Benua Etam. Hal ini menjadi ironi di tengah masifnya produksi sarjana dari perguruan tinggi yang tersebar di Kaltim.
“Kan salah satu kewajiban pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan. Bisa bekerja sama dengan swasta dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara, Red.). Kalau enggak, pengangguran di sektor ini akan tetap menimbulkan masalah,” saran Zaini.
Merujuk pada data di Februari 2018, secara keseluruhan pengangguran terbuka mencapai 125.167 orang atau 6,90 persen dari total angkatan kerja sebanyak 1.8.15.260 jiwa.
Kemudian TPT lulusan sekolah dasar ke bawah berjumlah 4,24 persen dari angkatan kerja. Lebih rendah dibanding pengangguran dari lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berjumlah 5,31 persen. “Dari data ini, justru orang yang lulus perguruan tinggi lebih banyak menganggur dibanding lulusan SD, SMP, dan SMA/SMK,” tuturnya.
Data yang dibeberkan Zaini memang beralasan. Sebab setiap tahun Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda saja menghasilkan lulusan sebanyak lima ribu orang.
Jumlah itu belum termasuk lulusan kampus Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Universitas Kutai Kartanegara, Universitas Widyagama Samarinda, Universitas Balikpapan, akademi, institut, dan perguruan tinggi lainnya yang tersebar di Kaltim.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim, Zairin Zain menuturkan, banyaknya TPT lulusan perguruan tinggi bukan semata karena belum tersedia lapangan pekerjaan. Sebab di Kaltim, pasar kerja sangat terbuka lebar.
“Pasar kerja di Kaltim ini membutuhkan tenaga kerja spesifik. Lapangan kerja yang sifatnya umum itu masih sedikit. Lapangan kerja yang membutuhkan keahlian khusus itu misalnya di tambang. Memang di situ memerlukan skill yang sesuai dengan kebutuhan,” sebut Zairin.
Begitu juga dengan lapangan kerja di bidang perkebunan. Umumnya pasar kerja di bidang tersebut membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. “Kalau non-skill atau pekerja serampangan itu banyak. Artinya yang angkut buah sawit, bersihkan kebun, dan lainnya itu banyak,” ucapnya.
Karena itu, tenaga kerja yang dibutuhkan di Kaltim, pada umumnya belum terjawab oleh lulusan perguruan tinggi. Dia menyarankan, ke depan Balai Latihan Kerja (BLK) serta Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kaltim perlu meningkatkan intensitas pelatihan.
“Latihan yang dilaksanakan harus disesuaikan dengan lapangan kerja yang ada. Nah, kalau misalnya tambang membutuhkan skill tertentu, itu yang harus dilatih. Begitu juga dengan pertanian dan sektor lainnya,” imbuh Zairin. (*/um)
DATA ANGKA PENGANGGURAN DI KALTIM
PENCARI KERJA 2017 2018
Angkatan kerja 1.815.260 1.678.913
Penduduk yang bekerja 1.690.093 1.535.296
Tingkat Pengangguran Terbuka 143.617 125.167
Pengangguran tamatan SD ke bawah 8,82 persen 4,24 persen
Pengangguran tamatan SMP 7,67 persen 5,31 persen
Pengangguran tamatan
SMA/SMK/Perguruan tinggi 8,65 persen 8,65 persen
Total Tingkat Pengangguran Terbuka 8,55 persen 6,90 persen
Sumber Data: BPS Kaltim 2018
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post