MEREBAKNYA pengangguran dari lulusan perguruan tinggi semata-mata tidak dapat sepenuhnya disebabkan minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Kaltim. Justru penyebab utamanya, cara perkuliahan yang disajikan di kampus belum dapat menjawab kebutuhan pasar kerja.
Pengamat pendidikan dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Edi Rahmat menuturkan, perguruan tinggi perlu memperbaiki standar perkualiahan. Dia melihat, kampus masih mengandalkan pembelajaran yang berbasis teoritis.
“Banyak teori yang disampaikan oleh dosen. Tetapi praktiknya kurang. Padahal praktik itu bisa melibatkan tugas mandiri maupun tugas kelompok,” sebut Edi pada Metro Samarinda, Senin (20/8) kemarin.
Menurut dia, ketika ada dosen yang menerapkan studi berbasis praktik, mahasiswa belum berinisiatif bekerja secara mandiri. Mahasiswa lebih senang mengerjakan tugas secara kelompok.
Akibatnya, tidak muncul keterampilan khusus dari mahasiswa. Padahal setiap praktik yang dilaksanakan dapat memacu munculnya keahlian baru dalam diri mahasiswa.
“Karena effort mahasiswa untuk dirinya sendiri itu sangat terbatas. Yang terjadi, ada disparitas. Mahasiswa yang punya effort di perguruan tinggi mapan, itu akan melahirkan orang-orang yang berdaya saing tinggi,” ucapnya.
Inisiatif pribadi selama perkuliahan tersebut, lanjut dia, akan berimbas pada lulusan kampus. Sebab ketika lulus dari perguruan tinggi, mahasiswa yang memiliki inisiatif inividual, tidak perlu mencari pekerjaan.
“Mereka bisa membuat lapangan kerja sendiri. Kita bisa melihat beberapa contoh dari UGM (Universitas Gadjah Mada, Red.). Mereka masih muda. Tetapi bisa menciptakan lapangan kerja sendiri,” sebutnya.
Begitu juga dengan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Benua Etam. Umumnya sekolah memiliki kelemahan dalam bidang praktikum. Sehingga keterampilan yang dimiliki sangat rendah dibandingkan lulusan SMK dari pulau Jawa.
“Memang ada perbedaan generasi saya dengan generasi sekarang. Generasi lulusan 80-an itu kemampuan pribadinya sangat tinggi. Karena ditempa dengan tugas-tugas yang sangat luar biasa,” bebernya.
Karena itu, pengembangan pribadi sangat diperlukan bagi mahasiswa atau pelajar di SMA/SMK. Sebab saat ini, peluang kerja justru banyak lahir dari industri kreatif.
Salah satunya keterampilan teknologi. Dari situ, mahasiswa dapat memiliki gagasan untuk menciptakan lapangan kerja. Terlebih saat ini, pemerintah pusat mendorong mahasiwa untuk bergerak di industri kreatif.
“Dengan keterampilan itu, mahasiswa dapat hidup mandiri. Tidak harus tergantung pada pihak lain. Sekarang bermacam-macam aplikasi. Aplikasi itu bisa dijual. Kalau sudah laku, bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” imbuhnya.
Namun demikian, mahasiswa di Kaltim pada umumnya masih gagap teknologi. Padahal era digital terbukti memunculkan beragam lapangan pekerjaan.
“Di industri kreatif itu, jangan dilihat mereka menganggur. Sesungguhnya mereka bekerja. Lebih kreatif. Memang tidak terdata. Misalnya Go-Jek, Grap, dan lain-lain. Industri itu diciptakan para mahasiswa. Lalu mereka sambil bekerja lewat aplikasi itu,” tegas Edi. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post