BALIKPAPAN–Mahalnya harga tiket pesawat rute domestik dikeluhkan masyarakat. Bahkan, disandingkan dengan rute luar negeri, harganya tidak jauh beda. Namun, bagi maskapai hal ini harus dilakukan agar cash flow mereka sehat. Sebab, biaya operasional meningkat.
Setelah masa peak season mulai Natal dan tahun baru, hingga liburan anak sekolah usai, harga tiket pesawat terbang domestik tak kunjung turun. Sales Representative Citilink Balikpapan Chandra Wahyudi mengatakan, biaya operasional pesawat sekarang ini mahal. Reli dolar yang terus menguat tahun lalu memberikan operasional airlines harus mengencangkan ikat pinggang.
“Operasional pesawat ini kan lebih banyak menggunakan dolar. Sedangkan income-nya rupiah. Ya, tahun lalu kita lihat dolar terus menguat. Rupiah sempat terpukul. Ya, menaikkan harga tiket pesawat pun jadi pilihan. Saya pribadi juga berat lihat pesawat ini,” ucapnya ditemui ruang kerjanya.
Dia juga menjelaskan, saat ini sebenarnya memasuki masa low season. Tapi, sejauh ini demand masih tetap tinggi. Load factor masih di angka 80 persen. “Penerbangan dari Balikpapan, Citilink ada enam flight,” tuturnya.
Desakan dari masyarakat agar harga tiket turun dia juga rasakan. Sekarang ini, kalau membelikan tiket keluarganya cost yang dikeluarkan bertambah.
“Tapi, ya, mau bagaimana lagi. Semua kebijakan dari pusat. Kami jelas mengikuti saja. Saya pribadi juga ingin ada penurunan harga,” imbuhnya.
District Manager Lion Air Balikpapan Achmad Affandi mengatakan, saat ini masuk masa low season. Memang seharusnya harga tiket sudah kembali normal. Tapi, harga turun tapi tidak seperti biasanya.
“Ya, sekarang dolar naik. Minyak dunia kemarin sempat naik. Harga Avtur sempat naik. Belum lagi dolar. Operasional kami ini kan hampir sebagian besar menggunakan dolar. Sekarang ini kondisi maskapai juga sedang sulit. Jadi, saya rasa kenaikan ini ya dilakukan untuk mengatur cash flow,” ujar pria akrab disapa Fandi ditemui usai peresmian rute baru Lion Air Balikpapan-Kertajati.
Lebih lanjut, dia tidak bisa menginformasikan. Pasalnya, kebijakan kenaikan harga tiket ini dari pusat.
Di tempat yang sama, General Manager Angkasa Pura I Cabang Balikpapan Farid Indra Nugraha mengatakan, penetapan harga tiket merupakan strategi tiap-tiap maskapai. Pemerintah hanya dapat mengatur tarif batas atas dan batas bawah saja.
“Mereka yang menaikturunkan harga tiket sesuai dengan kondisi penumpang, tetapi yang penting range-nya tetap berada di ambang tarif batas atas dan tarif batas bawah,” ujarnya.
Ditambah lagi dengan harga bahan bakar avtur yang mengalami kenaikan dengan masih mengacu Permenhub 2016. “Sebenarnya harga tinggi itu jangan dilihat dari sisi nilai totalnya, ya. Komponen (operasional) mereka sudah mepet. Permenhub tahun 2016 itu kan avtur belum naik, sekarang 2–3 tahun sudah naik. Kemudian, beberapa airport tax atau PSC (passenger service charge) di beberapa bandara juga sudah naik beberapa kali. Seharusnya disesuaikan,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, kepala otoritas bandara Wilayah VII Alexander Rita menilai, harga mahal tiket saat ini khusus keberangkatan dari Balikpapan masih di bawah tarif batas atas.
“Ya, kalau tidak melebihi, kami tidak bisa menindaknya. Sampai saat ini tarif bawah dan atas belum ada perubahan dari 2016. Tahun ini kami berencana mengajukan perubahan,” imbuhnya.
Menurut dia, saat ini kondisi perusahaan airlines cukup sulit. Operasional terus jalan, harga tetap. Demand tinggi belum tentu setiap hari. Ada kalanya sepi penumpang. Apalagi, di Balikpapan sejak batu bara jatuh cukup terasa penurunan penumpang.
“Ya ini murni bisnis. Kalau sesuai aturan, mereka tidak salah. Tapi kita lihat ini bagaimana. Masyarakat cukup keberatan pastinya. Biasanya Rp 700 ribu, sekarang bisa Rp 1 jutaan,” serunya.
LEBIH BAIK KELUAR NEGERI
Pariwisata di Bumi Etam dikhawatirkan turun karena terdampak kenaikan harga tiket untuk penerbangan domestik. Pengusaha juga bakal dipusingkan dengan kenaikan ini cost dinas bakal membengkak.
Dewan Penasihat Asita Kaltim Eddy Yusuf Assainar mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat akan mempersempit pasar pariwisata, baik di Kaltim dan daerah lainnya. Di sisi lain, pihaknya justru sedang berupaya menggenjot sektor ini. Orang justru lebih memilih berwisata ke luar negeri karena justru harganya lebih murah.
“Transportasi salah satu aspek terpenting yang menunjang sektor pariwisata. Apalagi pesawat terbang ini salah satu komponen penting. Kalau mahal, ya, bagaimana. Nanti bagasi lagi dikenai biaya. Apalagi kondisi saat ini daya beli masih lemah. Ekonomi belum membaik sepenuhnya,” terang dia, Jumat (11/1).
Berdasarkan data PT Angkasa Pura I, sepanjang 2018 ada kenaikan jumlah penumpang di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan sebesar 2,35 persen.
Total penumpang yang dilayani Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan pada 2018 tercatat 7.553.190 orang, naik dibandingkan 2017 yang 7.380.121 orang.
AP I juga menyatakan pergerakan pesawat udara pada 2018 di Bandara SAMS Sepinggan tercatat sebanyak 70.420 kali, naik sebanyak 4,57 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 67.345 pergerakan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Balikpapan Yaser Arafat menuturkan, mahalnya tiket pesawat yang ditawarkan maskapai penerbangan saat ini, berdampak pada perekonomian daerah.
“Tingginya harga tiket pesawat saat ini, dampaknya memberatkan bagi masyarakat dan pengusaha. Bagi kami, uang perjalanan atau dinas keluar untuk urusan pekerjaan jadi bertambah. Margin untung semakin menipis. Perputaran usaha sekarang juga belum baik. Kami dituntut efisiensi lagi,” tuturnya.
Menurut dia, soal harga tiket ini kan kebijakannya dari atas (pusat), namun akibatnya berdampak ke daerah. Dia mencontohkan, perjalanan dinas untuk tiket pesawat biasanya Rp 700 ribu, sekarang Rp 1 juta. “Kami harus mencari lagi Rp 300 ribu untuk menambahnya. Dikalikan satu tahun dan berapa orang kan sudah lumayan,” ujar pria penghobi golf itu.
Dari sisi masyarakat, kondisi mahalnya tiket pesawat saat ini, masyarakat mengurangi belanja dan berpikir dua kali untuk membeli oleh-oleh di daerah tujuan.
“Tapi tetap ada sisi positif dari tiket pesawat mahal ini, bisa menghidupkan transportasi lain seperti darat dan laut, karena sekarang terbuka pilihan yaitu pakai pesawat mahal, bisa pilih jalur darat atau laut,” katanya.
PACU INFLASI
Desember lalu Balikpapan mencetak inflasi sebesar 1,41 persen (mtm) atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,20 persen (mtm). Salah satu penyebab terjadinya inflasi pada Desember 2017 adalah kenaikan harga tiket pesawat sebesar 0,87 persen.
Kepala BPS Balikpapan Nur Wahid menilai, kondisi harga tiket tak kunjung reda bisa memacu peningkatan inflasi. “Biasanya Januari ini relatif terkendali. Tapi melihat harga tiket ini, bisa jadi penyumbang inflasi dari segmen ini lagi,” tuturnya.
Bulan lalu tekanan terbesar berasal dari kelompok Administered Price yang mencatat angka inflasi sebesar 0,90 persen yang disebabkan kenaikan harga tiket pesawat dan bahan bakar rumah tangga.
Sementara itu, kelompok Volatile Foods memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,44 persen (mtm) yaitu dari komoditas daging ayam ras, sawi hijau, dan ikan layang maupun tongkol. (aji/dwi/k8/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post