Sepanjang 2019, beberapa penyakit sering dialami masyarakat, sebut saja diabetes, hipertensi, dan asma. Ketiganya hampir menyerang setiap kalangan. Diprediksi pada 2020, fenomena itu masih akan terjadi. Sebab itu, edukasi sangat penting. Agar tidak semakin banyak yang mengalami.
DIABETES bakal menyerang siapa saja, tak memandang perempuan atau pria. Disampaikan dr Carta A Gunawan SpPD, jika melihat yang terjadi di lapangan, jumlah pengidapnya kian bertambah walau tak dapat dipastikan jumlah spesifiknya. Bicara usia, paling sering diderita lansia. Namun Carta menyebut, usia yang masih terbilang muda pun bisa terjangkit. Sekitar usia 30 tahun.
Gejalanya diawali berat badan turun drastis, frekuensi buang air kecilnya meningkat, sering merasa haus, serta lesu dan lemah. Faktor keturunan pun memiliki risiko lebih tinggi. Tak hanya itu, sebagai contoh, orang yang jarang bergerak dan tidak melakukan aktivitas fisik juga berisiko. Begitu pula dengan obesitas.
“Pada intinya, pengaruh gaya hidup yang tidak teratur juga jadi penentu diabetes. Apalagi bagi yang makanannya enggak dijaga. Sering makan cepat saji, bercita rasa manis, asin, atau gurih. Kalau dikonsumsi berlebihan ya bakal berakibat buruk,” ungkap Carta ditemui awal pekan lalu.
Lebih baik mengonsumsi buah dan sayur yang kaya akan serat serta menambah makanan rendah lemak demi menjaga berat badan ideal. Biasanya, pasien tak menyadari jika terjangkit diabetes. Maka ketika memutuskan berkonsultasi dengan dokter, sudah timbul masalah dan mengalami komplikasi cukup parah. Contohnya ada luka yang tidak kunjung sembuh dan baru disadari jika itu diabetes.
Paling sering ditemukan di bagian kaki. Jika sudah parah, kemungkinan kaki diamputasi. Saraf pasien diabetes terganggu sehingga ketika ada luka yang muncul karena lecet atau hal lain tidak disadari. Walhasil, luka melepuh. Kuman lebih mudah masuk dan makin berkembang disebabkan gulanya tinggi. Sulit disembuhkan. Kemudian, penglihatan kabur karena pengaruh gula atau sudah berpengaruh ke organ lain seperti serangan jantung dan gangguan pada ginjal. Kemungkinan serangan jantung kurang lebih 60 persen.
“Sebenarnya ada juga yang sudah tahu kalau menderita diabetes. Tapi tidak berobat teratur karena merasa masih baik-baik saja. Alasannya karena belum merasakan keluhan yang jelas. Padahal akan lebih baik jika langsung ditangani sejak awal,” imbuh pria berkacamata itu.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa diabetes dianggap sebagai penyakit yang menyerang perlahan. Namun jika sudah timbul komplikasi bakal berpotensi kematian. Carta sangat berharap jika tiap orang sudah memiliki kesadaran terkait penyakit yang dijuliki silent killer ini. Dimulai dengan pencegahan dini. Seandainya sudah telanjur mengalami, usahakan jangan sampai terkena komplikasi.
“Kalau memang teratur dalam menjaga pola makan dan minum obat, serta pola hidup sehat seperti berolahraga ya otomatis gulanya bakal terkontrol. Tidak akan timbul komplikasi. Tapi kalau dibiarkan terus sampai gulanya tinggi terima risikonya,” pungkas Carta. (*/ysm*/rdm2/k8/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post