Kisah Inspiratif Warga Bontang: Abdul Sani (184)
Sabar dan enjoy menjadi kunci Abdul Sani selama menjalani karir kepelatihannya di cabang beladiri Shorinji Kempo. Terbukti, belasan atlit kempo berprestasi asal Bontang berhasil ditelurkannya.
Yusva Alam, Bontang
13 tahun bukan waktu yang singkat untuk karir seorang pelatih. Waktu yang cukup panjang ini mampu dilewati Sani dengan beragam prestasi. Walaupun harus melewati beragam tantangan, baik pahit maupun menyenangkan. Hingga akhirnya berhasil meraih sertifikasi pelatih dan wasit nasional, serta mencetak atlit-atlit berprestasi.
Sani memulai karir kepelatihan sejak tahun 2005 hingga saat ini. Baik di melatih di tingkat dojo maupun kota. Awal karirnya dimulai setelah ia memutuskan tak lagi menjadi atlit. Pria yang saat ini memegang sabuk hitam tingkat III DAN ini harus melewati tahapan-tahapan, hingga mampu meraih sertifikat pelatih nasional. Untuk pelatih, terlebih dahulu Sani mendapatkan sertifikat pelatih daerah di tahun 2014. Selang satu tahun berikutnya Ia kembali mendapatkan sertifikasi pelatih nasional di tahun 2015. Sementara itu, untuk sertifikasi wasit nasional, mampu ia raih pasca menjadi pelatih nasional, lalu naik ke tahap penguji, dan terakhir menjadi wasit tingkat nasional.
“Semua harus melewati tahapan demi tahapan. Tidak bisa langsung,” ujarnya.
Diakuinya, melatih bukanlah pekerjaan mudah. Karena harus mencetak atlit dari beragam usia. Mulai anak-anak hingga orang dewasa. Sehingga dibutuhkan kejelian dan beragam metode kepelatihan. Namun, kunci dari semua metode kepelatihan pria yang mengikuti Kempo sejak tahun 1989 ini, adalah sabar dan enjoy. Dengan dua kunci ini, anak-anak didiknya tidak akan merasakan kerasnya latihan yang harus dijalani. Anak-anak asuhnya akan dengan senang hati menjalani porsi-porsi latihan yang diterapkannya.
“Karena selalu happy setiap berlatih Kempo. Akhirnya terbawa saat melatih,” ungkap Sani.
Kini, jelang dua tahun masa pensiunnya di tempatnya bekerja, Ia sudah menyiapkan generasi-generasi penerusnya. Baik di dojo maupun anak-anaknya sendiri.
Di Dojo Pupuk Kaltim, tempat awalnya mengikuti Kempo sampai saat ini, ada beberapa anak didiknya yang sudah siap meneruskan tongkat estafet darinya. Ada yang sejak SD dilatih hingga saat ini memegang sabuk hitam tingkat II dan III DAN. Para penerusnya ini, sudah sejak jauh hari dibekali ilmu kepelatihan. Baik dengan cara transfer teori maupun mengamanahkan untuk melatih di beberapa even.
“Alhamdulillah, saya bisa tenang saat pensiun nanti. Bibit-bibit penerus pelatih sudah terbentuk jauh hari,” beber pria yang juga menjabat Sekretaris Umum Perkemi Bontang ini.
Sementara itu, anak-anaknya pun sudah siap menjadi generasi penerus sejak lama. Karena sudah diikutkan Kempo sejak kecil. Anak pertamanya, Anton Kurniawan yang bekerja sebagai karyawan di Badak LNG saat ini pemegang II DAN. Sedangkan anak keduanya, Henny Pratiwi, S.Gz yang bekerja di RS SMC Samarinda sebagai Kepala Instalasi Gizi berada di tingkat I DAN.
“Anak-anak saya, selain sebagai atlit juga menjadi pelatih. Masih muda-muda, masih kuat menjalani dua kegiatan,” katanya.
Dijelaskannya, metode kepelatihannya pun diterapkan kepada kedua anaknya. Karena awalnya, putra putrinya ini tidak mau saat diikutkan Kempo. Namun Ia berusaha sabar dengan tidak memaksa mereka. Kedua anaknya terus diajak saat ia berlatih. Dengan terus melihat sang ayah berlatih, maka timbul rasa suka dalam diri untuk ikut berlatih Kempo.
“Karena itu mereka mampu tetap bertahan berlatih Kempo sampai saat ini. Karena mereka menyukai dengan sendirinya, tanpa dipaksa,” ujar Sani.
Ia pun menganjurkan anak-anak muda di Kota Taman untuk mengikuti beladiri Shorinji Kempo. Karena banyak manfaat positif yang bisa dipetik. Diantaranya dapat membantu mengurangi kenakalan remaja. Filosofi Shorinji Kempo, yaitu ‘Taklukkan dirimu sebelum menaklukkan orang lain’ saat diterapkan kepada anak-anak muda, tidak menjadi beladiri sebagai suatu alat untuk menyerang. Hanya berfungsi sebagai alat melindungi diri. Rasa persaudaraan dan disiplin yang diterapkan juga mampu mengurangi kenakalan remaja. “Kalau ingin ikut berlatih bisa hubungi saya,” katanya.
Sementara itu, pengalamannya selama melatih, yang paling membuat berdebar-debar adalah saat anak didiknya mengalami cidera. Diakuinya, saat pertandingan berlangsung cidera adalah suatu hal yang tak mungkin dihindarkan. Untuk itu Ia selalu melakukan banyak persiapan untuk mengatasinya. Seperti nasihat kepada atlit untuk berhati-hati saat bertanding, menganjurkan banyak pemanasan untuk mengurangi cidera, hingga gerakan-gerakan meminimalisir cidera.
“Selain masalah cidera, tak ada lagi yang membuat pahit pengalaman melatih saya. Semua selalu berakhir happy,” katanya.
Menjelang masa pensiunnya, Sani bertekad akan terus berlatih dan melatih Kempo. Beladiri yang sudah menjadi ‘jiwanya’ sejak muda. Walaupun saat pensiun nanti tidak lagi tinggal di Bontang.
“Dimanapun dan kapanpun, saya akan terus berlatih dan melatih Kempo. Selama tubuh ini masih sehat wal afiat,” pungkasnya. (*)
Profil:
Nama: Abdul Sani
Tempat dan Tanggal Lahir: Banjarmasin, 10 April 1964
Pekerjaan: Karyawan PT KNE (Perbantuan PT Pupuk Kaltim)
Alamat rumah: Jl. RE Martadinata RT 35 no 45 Loktuan
Prestasi:
- Sertifikasi Pelatih daerah Shorinji Kempo tahun 2014
- Sertifikasi Pelatih nasional Shorinji Kempo tahun 2015 di Jakarta
- Sertifikasi wasit nasional Shorinji Kempo tahun 2015 di Jakarta
- Pelatih Bontang di Kejurnaskot 2005 di Sidoarjo (1 perak 1 perunggu)
- Pelatih Bontang di Kejurnaskot 2012 di Tanggerang- Banten (1 perunggu)
- Pelatih Bontang di Kejurprov 2016 (5 emas 4 perak 8 perunggu)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post