Oleh Adiel Kundhara
Wartawan Bontang Post
TAK terasa esok hari umat Kristiani akan memperingati hari Jumat Agung. Di mana waktu mengenang peristiwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Beragam persiapan selama sepekan dilalui dengan melakukan ibadah di gereja. Salah satunya ialah ibadah Kamis Putih.
Kamis Putih ialah peringatan malam terakhir sebelum Yesus menggenapi firman-Nya untuk menebus dosa manusia. Kala itu, Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan dua belas murid-Nya. Disitulah Yesus melakukan pembasuhan kaki. Hal ini tertuang dalam nats Alkitab, Yohanes 13 : 1–17.
14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu. 15 Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. 16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Biasanya, gereja akan melakukan prosesi pembasuhan kaki saat Kamis Putih. Kegiatan ini dilakukan baik oleh pendeta, majelis, maupun jemaat. Sebuah baskom berisi air disiapkan oleh majelis gereja, tak lupa pula handuk sebagai penyeka. Setelah itu seluruh jemaat mulai melakukan prosesi ini dengan situasi khidmat.
Lantas apa makna dari prosesi ini, apakah hanya sebuah ritualitas atau ada ajaran yang ingin disampaikan?
Ada dua nilai keteladanan dalam prosesi ini. Pertama, pembasuhan kaki erat kaitannya dengan motivasi melayani. Pelayanan bisa secara horizontal maupun vertikal. Horizontal berarti kita melayani sesama manusia, sedangkan secara vertikal ialah bentuk pelayanan terhadap Yesus Kristus.
Zaman sekarang tak banyak orang yang beranggapan melayani ialah menjadi aktor terdepan di setiap persekutuan. Layaknya menjadi liturgos, pemain musik, singer, pembawa firman Tuhan. Tetapi persepsi demikian tidak tepat, bentuk keputusan untuk membersihkan gedung gereja, mengunjungi rekan yang terkena musibah, merupakan satu wujud bentuk pelayanan.
Pertanyaannya sekarang sudahkah kita melayani? Jika Dia memberikan sebuah talenta kepadamu, gunakan dengan persembahan yang terbaik.
Kedua, pembasuhan kaki juga meneladani kita untuk memiliki kerendahan hati. Kerendahan hati bukan berarti tidak unjuk gigi, melainkan ketaatan untuk menumbangkan keakuan serta menuruti sabda Tuhan sesuai yang Ia inginkan.
Umat Kristiani identik dengan kasih. Tanpa kerendahan hati orang tidak bisa menabur kasih. Bagaimana ia mampu memberikan pengampunan jikalau ia tak memiliki sikap tersebut. Bahkan pertobatan diri pun dimulai dari kerendahan hati.
Kamis Putih menjadi sebuah momen untuk evaluasi diri akan bukti keteladanan Yesus. Jangan biarkan ini hanya menjadi agenda rutin tiap tahun yang mudah berlalu. Tetapi buatlah ini menjadi pengingat dalam menjalani hari-hari bersama Tuhan Yesus. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: