BONTANG–Penyebab terjadinya antrean panjang kendaraan berbahan bakar solar di SPBU di Bontang masih menjadi tanda tanya. Sebab, Kapolres Bontang AKBP Siswanto Mukti menyebut kasus pengetapan belum ditemukan di Bontang.
Dugaan sementara antrean karena meningkatnya kebutuhan warga terhadap bahan bakar minyak jenis tersebut. Mengingat, terdapat aktivitas pengerukan proyek pembangunan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di Teluk Kadere, Kelurahan Bontang Lestari. “Rata-rata untuk bahan bakar minyak bersubsidi memang antre,” kata Siswanto.
Namun, bila ada sindikat pengetap BBM di Kota Taman maka aparat keamanan pun tak segan menangkapnya. Sebab itu, jika warga mengetahui dimohon untuk melaporkan ke Mapolres Bontang. Tentunya disertai dengan bukti penunjang. Baik berupa foto maupun video.
“Jangan sampai berpaku pada kata orang saja atau tanpa bukti. Jika kendaraan yang dicurigai terdapat drum pun harus dipastikan. Isinya solar atau justru sopirnya habis mengambil air bersih,” tuturnya.
Diakuinya, belum lama ini ada laporan mengenai dugaan pengetapan dari perwakilan sopir truk. Namun, keterbatasan solar waktu itu karena pengiriman terkendala cuaca. Sehingga distribusi ke daerah tidak menentu. Hal ini berbarengan dengan kelangkaan tabung gas 3 kilogram.
“Memang ada laporan masuk dua bulan lalu. Tetapi kami sudah melakukan mediasi antara perwakilan sopir truk dan pihak SPBU,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan sopir truk Bontang Ical menduga praktik pengetapan solar terjadi di Bontang. Hasil pengamatannya, beberapa kendaraan telah dimodifikasi agar mampu menampung jumlah bahan bakar di luar standar.
Oknum melakukan aksinya dengan segala jenis kendaraan. Mulai mobil pribadi, mobil boks, hingga truk. “Di dalam kendaraan itu ada tiga tandon yang telah dipasang pompa. Kami tahu dari pembayarannya hingga jutaan rupiah. Padahal, normalnya ratusan ribu rupiah saja,” tutur Ical.
Ical berujar sulit menangkap oknum tersebut. Sebab, komplotan ini sangat terorganisasi. Bahkan, ketika hendak mengambil gambar maupun video pun dilarang. “Kami tidak berani kalau menangkap sendiri,” ujarnya.
Dia mengaku telah melaporkan dugaan ini sebanyak dua kali, yakni pada Agustus dan Desember tahun lalu. Tetapi setelah laporan, BBM solar mudah didapatkan selama satu bulan. Setelah itu, situasi serupa kembali.
Selain itu, Ical membeberkan masih banyak pemburu solar yang menggunakan jeriken. Namun, tetap dilayani SPBU.
Ical menjelaskan, dua hari lalu mengantre di SPBU Lhoktuan. Panjang antrean pun mencapai 200 meter. Tepatnya dari simpang empat Lhoktuan hingga lokasi SPBU. “Saya mulai antre pukul 19.00 Wita tetapi baru mendapatkan pukul 21.00 Wita,” terang pria yang bekerja sopir pengangkut material bangunan itu.
Berdasarkan pengamatan Kaltim Post, antrean masih terjadi di sejumlah SPBU di Kota Taman, Selasa (26/2). Meskipun panjangnya tidak seperti hari sebelumnya. Salah satunya, di SPBU Kopkar pada pukul 10.00 Wita. (ak/dwi/k8/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post