Hasil Penelitian KPAI Samarinda
SAMARINDA – Peredaran narkotika dan obat/bahan berbahaya lainnya (Narkoba) semakin mengkhawatirkan. Bahkan sudah menyerang anak-anak usia sekolah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda mencatat, sebanyak 27 persen pelajar tingkat SMP dan SMA/sederajat telah terkontaminasi zat-zat terlarang ini.
Ketua Harian KPAI Samarinda Adji Suwignyo mengatakan, persentase itu didapat dari penelitian yang dilakukan KPAI sejak Januari silam. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada 100 sekolah menengah yang ada di Kota Tepian. Meliputi jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MAN.
“Rata-rata di setiap sekolah ada pelajar yang sudah menggunakan narkoba,” jelas Adji kepada Metro Samarinda, Sabtu (4/8) kemarin.
Narkoba yang digunakan pun beragam jenisnya. Bukan hanya terbatas pada sabu-sabu, tapi juga bentuk zat-zat adiktif berbahaya lainnya seperti lem, minuman keras (miras), rokok elektrik, dan juga oplosan/koteng.
Kata Adji, bahan-bahan adiktif yang dikonsumsi pelajar menyesuaikan dengan dana yang mereka miliki. Biasanya, sabu-sabu dan narkoba lainnya dibeli secara patungan antar teman di sekolah. “Kalau sedang ada banyak uang, mereka patungan membeli sabu. Kalau sedang tidak ada uang, patungan membeli lem,” tambahnya.
Angka 27 persen menurut Adji sudah masuk dalam taraf bahaya. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, karena kini semakin banyak pelajar yang berani melaporkan diri pada pihak-pihak terkait. Sebelumnya, kasus narkoba di kalangan pelajar ibarat gunung es. KPAI sendiri sejak awal tahun telah menerima ratusan pelajar yang datang untuk konsultasi maupun rehabilitasi.
“Kami belum merinci berapa jumlah pastinya. Yang pasti setiap konsultasi, bisa mencapai 10 sampai 15 anak,” terang Adji.
Parahnya, anak-anak kini bukan lagi hanya mengonsumsi narkoba. Melainkan sudah ada yang terlibat dalam tindakan kriminalitas dengan menjadi pengedar. Temuan KPAI, ada dua pelajar di Kota Tepian yang tertangkap sebagai pengedar. Masing-masing di tingkat SMP dan SMA. Tidak main-main, jenis narkoba yang diedarkan berupa sabu-sabu.
“Hal inilah ini yang mesti diwaspadai. Karena peredaran narkoba di kalangan pelajar salah satunya lewat pergaulan,” sebutnya.
Adji menjelaskan, penyebab peredaran narkoba di kalangan pelajar lebih dikarenakan gaya hidup dan pergaulan. Selain itu, lingkungan keluarga juga ikut memengaruhi. Kurangnya perhatian orang tua membuat anak mencari pelarian pada tempat yang salah. Sehingga terjerumus pada narkoba.
Rehabilitasi menjadi alternatif bagi pelajar yang kecanduan narkoba untuk bisa sembuh. Dalam rehabilitasi yang dilakukan, KPAI bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan juga lembaga-lembaga pemerhati anak lainnya. Kesembuhan anak dalam rehabilitasi ini menurut Adji bergantung pada peran dan dukungan keluarga.
Sementara, guna mencegah peredaran narkoba lebih jauh di kalangan pelajar Samarinda, KPAI telah melakukan serangkaian sosialisasi ke sekolah-sekolah. Pada setiap sekolah yang dikunjungi, dibentuk duta anti narkoba berikut dengan satgas yang terdiri dari para pelajar. Diharapkan, duta anti narkoba ini bisa memberikan pemahaman kepada teman-temannya mengenai bahaya narkoba.
“Mereka yang memantau di sekolah. Bukan hanya kampanye tentang narkoba, tapi juga tentang bahaya pornografi dan kenakalan remaja lainnya,” beber Adji.
Dia mengurai, peredaran narkoba di kalangan pelajar ini menjadi tanggung jawab semua pihak. Khususnya lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pihak-pihak inilah yang semestinya intens dalam mengawasi pergaulan anak-anak. Pun dengan pemerintah yang mesti ikut mengawasi melalui kebijakan yang disusun.
“Kerja pemerintah sudah bagus. Hanya saja realisasinya belum maksimal. Belum ada pihak atau instansi yang memiliki kepemimpinan kuat dalam memperhatikan anak -anak. Harapannya semua lembaga pemerhati anak bisa bersama-sama dalam menangani permasalahan yang terjadi,” pungkasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post