Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD Taman Husada Bontang drg Toetoek Pribadi Ekowati membantah kabar adanya praktik kecurangan yang dilakukan oknum rumah sakit. Menurutnya informasi ini sengaja dibuat untuk menjatuhkan kredibilitas rumah sakit milik Pemkot Bontang.
Saat menghubungi Bontang Post, Minggu (3/9) ia menyayangkan oknum yang mem-posting informasi tersebut tidak melakukan konfirmasi terlebih dulu ke pihak rumah sakit. Jika merasa pelayanan di rumah sakit kurang baik, sedianya dia menuliskan ke kotak saran bukan melalui media sosial. “RSUD ini milik pemerintah untuk masyarakat Bontang. Silahkan kritik yang membangun,” ujarnya.
Dijelaskan, informasi terkait cuitan salah seorang netizen yang mengeluh dengan aturan pengambilan nomor antrean sudah ia ketahui beberapa waktu lalu. Sayangnya, ia tidak mengetahui siapa nama akun yang melakukan postingan itu.
Usai cuitan itu ramai di media sosial, esok paginya ia ditelepon langsung oleh Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni. Saat itu Neni ingin memastikan benar atau tidaknya kabar terkait praktik kecurangan yang dilakukan oknum rumah sakit, mengambil nomor pendaftaran dengan jumlah yang banyak bahkan memperjual belikan nomor antrean.
“Setelah kami ditelepon Bu Wali, kami langsung lakukan cross check kami mintai keterangan semua karyawan, yang dihadiri direktur utama, dewan penagawas, manajemen, security yang berjaga malam itu dan dua orang saksi dari masyarakat yang ngantre. Kami tanyakan apakah betul, ada jual beli. Semua bilang tidak benar termasuk saksi. Itu hanya orang yang enggak mau ngantre. Wajar saja jika dalam waktu berapa menit nomor antrean keluar banyak. Itu kan mesin sekali ditekan langsung keluar nomornya,” katanya.
Dia menuturkan, waktu pengambilan nomor anrean sudah sesuai Standard Operating Procedure (SOP) pelayanan. Alasan membuka pengambilan nomor antrean pada pukul 00.00 Wita dini hari, lantaran banyaknya permintaan keluarga pasien dengan mobilitas di pagi hari yang cukup padat.
Dikhawatirkan jika mengambil nomor antrean pagi hari dapat menghambat aktivitas. Semisal mengantar anak sekolah di pagi hari, dan berangkat kerja.
“Dia yang komplain ini tidak mau ngantre makanya buat opini di media sosial dan sudah diperjual belikan. Kami tegaskan itu tidak benar. Tapi ini kami jadikan bahan evaluasi di internal kami agar menjadi motivasi kepada kami untuk terus memberikan pelayanan yang prima,” pungkasnya. (*/nug)