PERNYATAAN Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak yang menyebut adanya uang yang bersumber dari Singapura yang digunakan sebagai biaya kampanye oleh salah satu paslon di Pilgub Kaltim, turut direspon Kementerian Jenderal Bea Cukai Cabang Samarinda.
Kepala Sub Seksi Penyuluhan Kementerian Jenderal Bea Cukai Cabang Samarinda, Siswanto mengungkapkan, selama ini pihaknya tidak pernah menemukan pengiriman uang menggunakan kontainer atau kargo yang berasal dari luar negeri.
“Apalagi uang dari Singapura. Kami baru tahu dari Pak Gubernur. Padahal selama ini kami sangat teliti memeriksa apa saja yang berasal dari luar negeri,” ucapnya, Rabu (4/7) kemarin.
Kata Siswanto, pengiriman uang dari luar negeri dibatasi pemerintah. Khusus di Samarinda, setiap orang yang berasal dari luar negeri hanya diperbolehkan membawa uang maksimal Rp 100 juta.
“Tetapi kami belum menemukan orang yang bawa uang sebanyak itu. Kemudian impor di Samarinda ini, bukan produk-produk umum. Hanya barang produksi pabrik. Apalagi semua barang atau uang yang masuk, diperiksa oleh petugas Bea Cukai,” ungkapnya.
Siswanto menyebut, barang yang berasal dari luar negeri harus terlebih dulu dibongkar di Surabaya, Jawa Timur. Pun demikian, seluruh barang dari luar negeri harus terdaftar secara online melalui sistem yang telah dibuat Bea Cukai.
“Semuanya sudah sistem online. Pengimpor harus lapor dulu pada petugas kami. Begitu ada jalur pemeriksaan, khususnya jalur merah, semuanya harus diperiksa secara fisik,” ucapnya.
Sebelumnya, Awang Faroek mengaku adanya uang miliaran rupiah yang dikirim menggunakan kargo dari Singapura. Uang itu digunakan untuk biaya kampanye paslon nomor 3, Isran Noor dan Hadi Mulyadi.
“Mungkin nggak (Isran-Hadi menang tanpa politik uang, Red.) hal itu terjadi. Hal itu dimungkinkan karena ada uang. Saya pernah mengatakan saat memimpin rapat kepala daerah, ada uang yang datang, tidak lewat transfer bank. Tapi lewat kargo dari Singapura. Kan tinggal kita pembuktiannya aja lagi,” sebutnya.
Awang Faroek juga mengaku tahu banyak tentang permainan Isran. Apalagi saat dirinya menjabat Bupati Kutai Timur, Isran adalah mantan Sekretaris Daerah (Sekda)-nya. Tak hanya itu, Isran juga merupakan mantan Wakil Bupati-nya.
“Saya tahu permainannya. Ke mana dia cari duit saya tahu. Saya siap kalau diminta oleh Polda Kaltim untuk menyampaikan dari mana saja dia dapat duit. Saya ini bekas bosnya. Jadi saya tahu. Secara orang tua saya senang, kader saya jadi. Tapi itulah jawaban saya,” tuturnya. (*/um/drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post