Perlu lebih sadar dan waspada bencana
JAKARTA – Bencana sepanjang 2016 meningkat cukup drastis dibandingkan 2015. Mulai dari jumlah kejadian hingga korban jiwa akibat bencana. Kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana perlu ditingkatkan lagi.
Data hasil evalusi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukan jumlah kejadian 2.342 kali dengan dominasi bencana hidrometrologi. Misalnya, banjir, longsor, dan puting beliung. Jumlah tersebut naik 35 persen dibandingkan 2015 yang hanya ada 1.732 kali. Korban jiwa pun meningkat dari 340 orang pada 2015, menjadi 522 orang sepanjang tahun ini. (Selengkapnya lihat grafis)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan peningkatan tersebut dipicu oleh musim penghujan yang hampir sepanjang tahun. Bahkan, kemarau pun masuk kategori kemarau basah. ”Tapi (jumlah bencana) naik ini juga karena pendataan kami yang lebih baik,” ujar dia di kantor BNPB di Jakarta, kemarin (29/12).
Selain itu, kewaspadaan masyarakat terhadap bencana juga harus ditingkatkan lagi. Dia mencontohkan Kabupaten Bojonegoro sebagai salah satu daerah yang memilih jalan mengakrabi banjir. Masyarakat setempat diajak untuk waspada dan siap hadapi banjir. Sebab, hampir tidak mungkin Bojonegoro lepas dari banjir tahunan. Lantaran, menerima limpahan air dari 16 kabupaten/kota lain. ”Anak-anak SD wajib bisa renang. Di sekolah dibangunkan kolam renang,” ujar Sutopo.
Dia juga mencontohkan banjir bandang di Kota Bima, NTB pekan lalu. Tidak ada satu korban jiwa pun dalam musibah tersebut. Sebab, informasi datangnya banjir bandang itu tersebar dengan cepat sehingga warga bisa mengantisipasi. ”Rupanya masyarakat punya grup-grup whatsapp. Sehingga informasi bisa tersebar cepat,” tambah dia.
Lebih lanjut, Sutopo menuturkan pada 2017diprediksi jumlah bencana tidak akan sebanyak tahun ini. Sebab, berdasarkan prakiraan cuaca BMKG la nita dan el nino tidak akan sekuat tahun ini. sehingga diprediksi curah hujan akan normal. Begitu pula musim kemarau juga akan relatif normal juga. ”Tapi itu bisa saja berbalik, sangat tergantung pada perkembangan kondisi cuaca tentunya,” ujar Sutopo.
Kewaspadaan terhadap bencana menjadi kunci agar jumlah korban semakin berkurang. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) rutin mengirimkan data potensi tanah gerak alias longsor dan potensi banjir bandang tiap bulan. Informasi tersebut bisa dijadikan acuan pemerintah daerah untuk mengantisipasi kawasan-kawasan yang rawan.
Kepala Badan Geologi KEmenterian ESDM Ego Syahrial menuturkan pihaknya juga memasang alat untuk pemantau gerakan tanah di daerah rawan longsor. Alat bernama Landslide Early Warning System (LEWS) itu telah dipasang di 38 lokasi di Pulau Jawa. Memang masih minim. Itu diimbangi dengan pengiriman peta potensi tanah longsor. ”Setiap perioda 1 bulan ke seluruh Kecamatan di Indonesia yang berpotensi longsor atau banjir bandang,” ujar dia.
Sementara itu, Peneliti Mitigasi Bencana Amien Widodo mengungkapkan peran pemerintah daerah dalam mitigasi bencana itu kurang terlihat. Yang lebih sering terdengar malah kesiapan menghadapi bencana. Seperti sudah mempersiapkan logistik dan peralatan. Jarang sekali yang mengungkapkan keberhasilan mengantisipasi atau menurunkan potensi bencana. ”Kurang sadar mitigasi bencana,” ujar akademisi dari ITS itu.
Dia menuturkan selama ini memang sudah ada peta potensi bencana atau tanah longsor. Tapi, seringkali informasi tersebut tidak tersampaikan dengan baik sampai ke masyarakat yang berpotensi terdampak. ”Padahal warga harus tahu dengan betul kondisi mereka,” imbuh dia.
Amien menyebut bencana hidrometrologi yang makin banyak itu juga dipicu oleh aktivitas manusia sendiri. Seperti longsor atau banjir bandang karena hutan yang gundul. ”Di bagian puncak gunung sudah dirubah menjadi kawasan wisata, permukiman, hotel, vila, perkebunan, dan pertanian,” kata dia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy ikut memantau langsung dampak gempa di Bima. Hasil koordinasi dengan sejumlah lembaga, Muhadjir mengatakan ada sejumlah sekolah yang terdampak banjir. Dia mengatakan ada 39 unit sekolah yang terdampak banjir di Kota Bima. Sedangkan di Kabupaten Bima ada 5 unit sekolah yang terkena dampak banjir. ’’Sedangkan siswa yang terdampak banjir mencapai 6.000 anak,’’ jelasnya.
Muhadjir mengatakan kebutuhan mendesak seperti seragam sekolah dan perlengkapan belajar, akan dibantu oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kemendikbud akan membantu perbaikan saranan laboratorium dan kerja praktik. Kemendikbud akan mengelokasikan anggaran perbaikan itu dari alokasi APBN 2017. Sampai saat ini masih dilakukan pendataan infrastruktur laboratorium dan tempat kerja praktik yang rusak akibat banjir.
Saat ini sedang musim libur pergantian dari semester ganjil ke genap. Kemendikbud berharap ketika hari sekolah efektif semester genap sudah berjalan, sekolah-sekolah bisa difungsikan secara normal kembali. Muhadjir mengatakan pembersihan lumpur dibantu oleh aparat TNI. (jun/wan/jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post