Kisah Inspiratif Warga Bontang: Rumani (161)
Keinginan menjadi guru telah tertanam kuat dalam diri Rumani. Karena itu bukan masalah baginya mengajar di taman kanak-kanak (TK) walaupun memiliki latar belakang guru SMP. Malahan, dia sempat terpilih menjadi kepala sekolah berprestasi tingkat Bontang.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Besar di kampung dengan segala keterbatasan membuat Rumani melihat sosok guru sebagai profesi yang mulia. Di matanya, guru adalah sosok mencerdaskan yang kehadirannya memberikan cahaya bagi anak didiknya. Apalagi ayahnya juga menyempatkan waktu sebagai guru buta huruf di kampungnya, di luar kesibukan bertani. Karena itulah dia menjadikan guru sebagai cita-cita yang hendak dikejar.
“Guru zaman saya dulu berbeda dengan guru sekarang. Saat itu masyarakat kampung saya melihat guru sebagai pekerjaan mulia. Banyak yang menyegani dan menghormati guru, walaupun saat itu kendaraannya hanya sepeda ontel,” kenang Rumani.
Karena itu selepas SMP, Rumani berkeras untuk masuk sekolah pendidikan guru (SPG). Padahal kala itu sang ayah yang berprofesi sebagai asisten praktik dokter memintanya untuk masuk ke sekolah pendidikan kesehatan (SPK). Sayang, keinginan Rumani untuk masuk ke SPG kandas karena dia gagal dalam tes masuknya.
“Jangankan jadi dokter, lihat darah saja saya sudah pingsan. Makanya saya tidak mau masuk SPK dan bertekad masuk SPG. Sayangnya saya gagal,” kisahnya.
Gagal ujian masuk SPG membuat Rumani akhirnya memilih bersekolah di SMA. Dia ingat benar betapa kala itu keinginannya untuk bersekolah begitu besar. Namun apa daya pendidikannya di SMA terhenti karena dia dinikahkan oleh orangtuanya menjelang ujian kelulusan di tahun 1980.
Setelah menikah, Rumani ikut suami dinas ke Samarinda. Kala itu sang suami, Muklis Pitut Arso, tercatat sebagai pegawai di Dinas Perhubungan Kaltim. Walaupun sudah menjadi ibu rumah tangga, namun keinginannya untuk mengejar cita-cita tidak surut. Dia pun mencari informasi bagaimana melanjutkan pendidikan SMA-nya yang sempat terhenti.
“Ternyata saat itu dimungkinkan melanjutkan SMA dengan mengikuti ujian persamaan. Syaratnya rapor kelas 3 semester pertama. Saya pun ikut ujian persamaan dan akhirnya bisa lulus SMA,” ungkap Rumani.
Setelah dinyatakan lulus SMA, Rumani lantas kuliah Pendidikan Guru Sekolah Menengah Tingkat Pertama (PG SMTP) bidang matematika di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Setelah lulus tahun 1989, dia sempat mengikuti ujian guru negeri. Namun dalam empat kali mengikuti ujian tersebut, dia selalu gagal. Rumani pun mesti puas mengajar di beberapa sekolah swasta sebelum akhirnya pindah ke Bontang di tahun 2003.
“Waktu itu suami saya dipindahtugaskan ke Dinas Perhubungan Bontang. Jadi saya ikut suami setahun setelah suami pindah ke Bontang. Sebelum itu, saya juga sempat bekerja jadi sekretaris di kursus bahasa Inggris,” ungkap Rumani.
Sebagai istri pegawai negeri, Rumani aktif dalam kegiatan Dharma Wanita di Dinas Perhubungan. Sempat menjadi sekretaris Dharma Wanita Dinas Perhubungan Kaltim, di Bontang pun dia kembali dipercaya untuk jabatan yang sama. Dari keaktifannya itulah dia dikenal di kalangan Dharma Wanita Bontang. Lantas, dia mendapat tawaran untuk mengajar di TK Cendrawasih.
“Awalnya saya ragu apakah bisa menjadi guru di TK. Karena saya dasarnya guru SMP yang jelas berbeda jauh dengan mengajar anak-anak TK. Perbedaan utama yang menyulitkan saya ada pada perbedaan kurikulumnya,” ujarnya.
Namun begitu Rumani tetap mencobanya. Sempat ragu, awalnya dia meminta hanya menjadi pendamping guru. Setelah bisa menyesuaikan diri dalam dua semester, Rumani pun memulai profesinya sebagai guru TK untuk kali pertama. Dia menyadari bahwa menjadi guru TK ternyata menyenangkan. Karena dia berhadapan dengan anak-anak yang masih polos dan lucu. Dia mengaku menemukan kebahagiaan sebagai guru TK.
“Mereka membuat saya bahagia. Rasa suntuk saat berangkat dari rumah hilang begitu saja setelah saya melihat anak-anak yang lucu-lucu,” ucap perempuan kelahiran Pelabuhan Rejo, 55 tahun lalu ini.
Setelah dua tahun mengajar, Rumani dipercaya menjadi kepala sekolah di TK Cendrawasih. Jabatan itu diembannya selama enam tahun lamanya. Hingga kemudian di 2011 dia pindah ke TK Miftahul Huda yang merupakan bagian dari PAUD Terpadu Islam Miftahul Huda. Di sini dia langsung dipercaya menjadi kepala sekolah yang dijalaninya hingga sekarang.
Sebagai kepala sekolah, Rumani pernah mencatatkan prestasi yang membanggakan. Di tahun 2012, dia terpilih sebagai juara 1 kepala sekolah TK berprestasi tingkat Bontang. Best practice berjudul “Tingkatkan Keimanan dan Ketakwaan Melalui Belajar Mengaji secara Qiro’ati” mengantarnya maju ke tingkat Kaltim. Sayangnya di tingkat Kaltim dia mesti puas sebagai juara harapan 3.
“Pendidikan anak usia dini adalah pondasi yang menjadi dasar dari semua pendidikan. Bila pondasinya kokoh, tentu pendidikannya akan kuat. Karenanya guru TK harus bisa membangun pondasi tersebut pada diri muridnya dengan berbagai pendidikan yang diberikan,” terang Rumani.
Dia menyebut, guru harus menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya. Khususnya dalam pembangunan karakter. Salah satunya dengan penyampaian kata-kata positif di sepanjang pembelajaran. Misalnya saat akan menyuruh, guru mengucapkan kata “minta tolong”. Sedangkan ketika akan mecegah anak melakukan sesuatu, menggunakan kata “maaf”, bukan kata “jangan”.
“Harapannya dengan penyampaian kata-kata positif ini, karakter anak pun bisa menjadi positif. Budaya-budaya positif juga mesti ditanamkan sejak dini, seperti misalnya budaya antre. Dalam penyampaian materi-materi ini guru harus kreatif, agar anak-anak tidak merasa bosan,” jelasnya.
Selain mengurus TK sebagai kepala sekolah, Rumani juga aktif berorganisasi. Di tahun 2008, dia terpilih menjadi ketua Ikatan Guru TK Indonesia (IGTKI) Bontang. Meski mendapat perolehan suara terbanyak, Rumani sebenarnya tidak berniat maju sebagai ketua. Namun karena desakan teman-temannya di IGTKI, dia pun menjalankan amanah tersebut sebaik mungkin.
“Kemudian pada periode berikutnya, periode sekarang ini saya kembali dipilih menjadi ketua. Padahal saya ingin agar teman-teman lain yang jadi ketua, khususnya yang masih muda-muda. Tapi kata mereka selama saya masih bisa menjadi ketua, akan tetap memilih saya,” terang Rumani yang juga pengelola Universitas Terbuka (UT) di Bontang.
Dalam perannya sebagai ketua IGTKI, dia berharap guru-guru TK di Bontang bisa menjadi lebih profesional. Artinya, seorang guru jangan hanya melihat dari materi. Namun juga sebagai tenaga pendidik yang menjalankan tugasnya dengan amanah dan ikhlas. Selain itu, dia juga ingin guru-guru TK di Bontang bisa meningkatkan keilmuannya melalui berbagai media yang ada.
“Tujuannya agar guru-guru di Bontang secara keilmuan tidak ketinggalan di Kaltim. Salah satunya jangan gagap teknologi, karena berbagai ilmu sekarang bisa diambil melalui teknologi. Semua kegiatan pembelajaran pun sekarang ini sudah menggunakan teknologi,” kata dia.
Kini di usianya yang tak lagi muda, Rumani terus bertekad aktif melakoni profesinya sebagai pendidik. Dia juga mengaku masih akan terus belajar sampai kapanpun demi kebaikan dirinya dan lingkungan sekitarnya. Karena prinsipnya, hidup adalah perjuangan. Dia akan berjuang melakukan yang terbaik selagi dia masih bisa melakukannya.
“Hal inilah yang saya tekankan pada rekan-rekan guru, jangan malas menggali ilmu. Harapan saya mudah-mudahan saya sebagai kepala sekolah bisa menjadi panutan bagi rekan-rekan guru. Dan guru-guru TK di Bontang bisa menjadi panutan bagi anak-anak didiknya,” tandas Rumani. (***)
Nama: Rumani S. Pd AUD
TTL: Plabuhan Rejo, 18 April 1961
Suami: Muklis Pitut Arso, SE
Anak: Gandar Sukmana Adi Wijaya
Pendidikan:
- SDN Plabuhan Rejo, Lamongan
- SMP Nusantara Gresik
- SMA Nusantara
- PG SMTP Universitas Mulawarman
- S1 PAUD Universitas Terbuka
Alamat: Jalan Mulawarman RT 10 Nomor 31 Bontang Baru
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: