SAMARINDA – Cuaca ekstrim di perairan Kaltim selama Februari mengakibatkan tangkapan ikan nelayan berkurang drastis. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Selili Samarinda memperkirakan, penurunan tangkapan ikan mencapai 20 persen. Karena itu, harga ikan di Samarinda bakal melambung.
“Normalnya sehari tangkapan ikan laut mencapai 35 ton. Dengan adanya cuaca buruk ini, tangkapan menurun 20 persen. Maka dipastikan stok ikan yang didistribusi di Samarinda, bisa menurun drastis,” kata Ketua PPI Selili Samarinda, Ambo Tang, Rabu (7/2) kemarin.
Karena itu, cuaca buruk di laut membuat nelayan hanya menangkap ikan di jarak sejauh empat mil. Di jarak yang tidak terlalu jauh ini, tangkapan nelayan di perairan dangkal hanya berupa udang dan ikan kakap.
Dia menyebut, tangkapan ikan laut akan kembali normal di awal bulan Maret. Pasalnya, bulan depan cuaca akan kembali membaik. Sedangkan pada Mei sampai Juli, ikan laut akan berangsur melimpah karena ikan yang sebelumnya bermigrasi dan berkembang biak sudah mulai membesar.
“Kalau cuaca buruk seperti ini, umumnya ikan bermigrasi. Ikan mencari tempat yang aman untuk menginap. Ikan yang bermigrasi pada Februari berkembang biak, sehingga tiga bulan kemudian dipastikan sudah besar,” ungkapnya.
Dikatakan Tang, salah satu cara menstabilkan distribusi ikan yakni memasok ikan air tawar. Biasanya, dari seluruh stok ikan yang terdistribusi di Samarinda, 10 persen di antaranya ikan air tawar hasil budi daya.
“Budi daya ikan di Samarinda cukup bagus. Ada ikan mas, lele sangkuriang, dan nila. Tapi kembali lagi soal selera, kebanyakan masyarakat lebih senang makan ikan laut. Akibatnya penjualan ikan hasil budi daya kalah saing dengan ikan laut,” sebutnya.
Sementara penjual ikan di Pasar Pagi Samarinda, Jafar (29) membenarkan kenaikan harga ikan laut. Ikan layang yang pada bulan lalu dijual Rp 30 ribu setiap kilogram, sekarang naik jadi Rp 40 ribu.
“Sudah seminggu ini harganya naik, karena stok ikan yang tersedia sedikit. Ikan tongkol biasanya Rp 20 ribu, sekarang dijual Rp 30 ribu. Ikan bawal yang biasanya kami jual Rp 45 ribu, sekarang naik jadi Rp 60 ribu,” katanya.
Penjual nasi Padang Si Upik Jo Buyung di Jalan Pangeran Antasari Samarinda, Norwati (35) mengaku, kenaikan harga ikan laut membuat penjualannya berkurang drastis. Untuk mengakalinya, ia tidak meningkatkan harga jual ikan, tetapi porsi nasi dikurangi.
“Susah kalau harga setiap porsi nasi dan ikan dinaikan. Karena kalau harganya naik, maka pengunjung akan menyebutnya mahal, otomatis berkurang peminat yang berkunjung ke sini,” katanya.
Akibatnya, sebut Norwati, setelah harga ikan laut naik, pendapatannya yang biasanya mencapai Rp 2 juta, kini berkurang jadi Rp 1 juta. “Karena yang naik bukan hanya ikan, tapi juga beras, cabai, dan sayur,” ungkapnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: