Di tengah meluasnya wabah covid-19, masih ada sekelompok pemuda yang peduli kesehatan sesamanya. Dengan keilmuan yang dimiliki, mereka merakit portable disinfectant chamber untuk mencegah berkembangnya virus korona di Kota Taman.
PARA pemuda yang tergabung dalam Komuntas Pemantau Air Sungai (Kompas) Bontang ini tak pernah kehabisan akal. Setelah berhasil membuat alat untuk memantau ketinggian air sungai saat bencana banjir Bontang melanda beberapa waktu lalu, kini mereka membuat alat yang akrab disebut bilik sterilisasi. Bilik ini terinspirasi dari Vietnam saat mencegah penularan virus korona di negara itu.
Cara kerjanya, bilik ini akan menyemprotkan uap disinfektan ke seluruh tubuh seseorang sehingga terbebas dari virus maupun kuman. Potensi penularan penyakit pun dapat diminimalisasi. Sekadar informasi, sejak mewabahnya virus korona di Indonesia, baru Surabaya yang melakukan pengadaan bilik sterilisasi di tempat-tempat publik. Di tangan Kompas Bontang, Kota Taman segera akan memiliki bilik serupa.
Pencetus Kompas Bontang, Wilis Permadi menceritakan proses pembuatannya. Bilik ini, kata Wilis sudah dikerjakan sejak seminggu lalu di workshopnya. Bermodal sumbangan anggota, mereka mulai membeli berbagai bahan pembuatan. Seperti pipa PVC, pompa diafragma, filter, nozzle ukuran 0,2 dan 0,3, selang, proximity censor, LCB, dan plastik tebal.
Bahan tersebut pun mulai dirakit satu persatu. Mulai dari pipa yang dirangkai berbentuk kotak dengan tinggi sekira 2 meter dan lebar 80 sentimeter. Selanjutnya, mulai memasang nozzle di 10 titik yang menjangkau seluruh tubuh manusia. Kemudian dipasangkan selang yang terhubung pada pompa diafragma ke nozzle. Tujuh hari mengerjakan bilik ini, pompa bisa menyemprotkan cairan dengan sempurna saat pengetesan.
“Prosesnya hingga kini sudah mencapai sekitar 60 persen,” ujarnya.
Lebih lanjut, pihaknya akan memasang penutup bilik tersebut, kemudian akan memasangkan monitor yang dibuat sendiri oleh para anggota Kompas untuk mengatur cairan yang bakal keluar. sedangkan proximity censor untuk menyemprot secara otomatis ketika ada orang yang masuk.
“Proximity censor-nya ini masih dipesan. Kebanyakan bahannya dibeli online,” katanya.
Dana yang dikeluarkan pun cukup terjangkau karena menggunakan bahan-bahan yang cukup murah. Yakni sekira Rp 2,5 juta. Seluruhnya bersumber dari dana swadaya anggota Kompas Bontang.
Disinggung kendala yang dihadapi dalam pembuatan, dia mengatakan basic anggotanya sebagian besar terkait teknologi, bukan basic medis. Pihaknya pun kesulitan untuk menentukan berapa lama dan sebanyak apa cairan disinfektan disemprotkan kepada seseorang yang masuk dalam bilik itu. Mengingat, yang lebih berkompeten adalah tenaga medis.
“Kami akan koordinasikan dulu ini,” ucapnya.
Selain itu, pembuatannya yang seharusnya hanya memakan waktu beberapa hari saja, harus memakan waktu sekira dua minggu. Lantaran anggota komunitas ini memiliki pekerjaan masing-masing, sehingga waktu pembuatan dikerjakan ketika waktu luang.
Wilis melanjutkan, pihaknya akan membuat satu bilik terlebih dahulu. Namun jika ada yang ingin membuat juga dan membutuhkan bantuan, komunitas ini membuka lebar-lebar pintunya untuk bergabung dalam pembuatan.
“Kami siap untuk mengajari,” tegasnya.
Untuk penempatan ruangan sterilisasi ini, kata Wilis belum ditentukan. Namun katanya ruangan ini dapat dipindah ke mana saja, lantaran strukturnya yang tidak dibuat permanen dan ringan.
Kini mereka pun telah masuk dalam sukarelawan covid-19 skala nasional. Gabungan dari para engineering yang ingin membuat karya dalam melakukan pencegahan covid-19. Seperti pembuatan disinfectant chamber, UV sterile laser, dan banyak lagi. (Zaenul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post