MENJADI seorang polisi wanita (polwan) tak pernah diimpikan Yurizca Musiardhillah. Perempuan kelahiran Palembang 1991 ini merasa minder ketika mengikuti tes. Tak ada prestasi yang diraih saat sekolah.
Dipikirannya, setelah lulus sekolah ingin kuliah. Tapi, niat itu dipinggirkan. Tidak ingin terus merepotkan orangtua dan berusaha mandiri, Yurizca ingin segera bekerja.
Lulus dari SMA 1 Palembang pada 2009, penghobi berenang itu mendaftar menjadi anggota polri melalui jalur bintara. Gagal. Coba lagi setahun berselang. Kali ini dengan persiapan yang lebih matang. Latihan fisik, akademik, bahkan psikologi, digiatkan. Gagal lagi.
Motivasi dari kakaknya yang juga polisi membuat semangatnya tak luntur. Tak lama berselang dia mengikuti seleksi lagi. Kali ini melalui jalur akademi polisi (Akpol).
“Saya merasa minder, karena calon peserta Akpol rata-rata bermobil. Sedangkan Bintara masih ada yang jalan atau hanya membawa motor,” ungkap bungsu dari 3 bersaudara ini.
Tak ingin berekspektasi tinggi, dia menjalani tes dengan lebih santai. Tanpa beban. Dan lulus. Ia dikirim mengikuti pendidikan di Semarang. Di sana tahapan seleksi dari awal kembali diulang. “Saya mulai serius menjalankan tahapan seleksi setelah di Akpol Semarang,” ujarnya.
Akhirnya, berdasarkan kuota Polda Palembang yang disediakan sebanyak 5 orang, 4 orang berhasil lulus. Salah satunya Yurizca. Hanya dia yang berasal dari sekolah non-unggulan.
“Makanya, dengan kelulusan saya di Akpol itu, saya mikirnya karena maksimalkan berlatih selama setahun. Karena saya ikut latihan fisik pagi dan sore, latihan akademik, juga latihan psikologi,” bebernya.
Menurutnya, tes psikologi bagi Polri berbeda dengan tes psikologi bagi pekerjaan lainnya. Oleh sebab itu, dirinya mengikuti les psikologi agar bisa lulus saat seleksi Polri. “Awalnya sih rasa penasaran yang tinggi kenapa saya enggak lulus seleksi Bintara. Padahal dua kali dicoba dua kali juga tak lulus. Akhirnya saat seleksi Akpol ini saya meyakinkan diri bahwa saya bisa lulus,” tegasnya.
Empat tahun mengikuti pendidikan Akpol, Yurizca tidak kembali ke Polda Sumatra Selatan. Melainkan di Polda Kaltim. Menyandang pangkat Ipda, dia ditempatkan di Polres Bontang pada 2014.
Yurizca ditempatkan di KSPK selama 3 bulan, kemudian dimutasi ke Sat Intelkam sejak 2015 hingga 2018. Per 10 Oktober 2018, Yurizca yang masih single dilantik menjadi Kapolsek Bontang Selatan. “Jabatan kapolsek ini merupakan promosi dari institusi, sebelumnya saya kanit, dikira bakal ke KBO dulu, ternyata dipercaya langsung menjadi Kapolsek,” kata dia.
Selama menjadi polisi pun, Yurizca merasa dirinya bisa mandiri dan tidak lagi bergantung pada orangtua. Selain itu, ia juga bisa mengenal masyarakat lebih luas, karena tugas polisi sebagai pengayom masyarakat.
Selama jadi polisi dirinya sulit mendapatkan jatah libur. Apalagi meminta libur di tanggal merah. Tetapi karena Yurizca belum berkeluarga, hal itu tak menjadi masalah besar baginya.
Kepada para generasi muda pun, Yurizca berpesan agar selalu menjaga akhlak, meningkatkan keimanan serta ketakwaan. Ia menyarankan di era milenial ini, para pemuda harus semangat menuntut ilmu.
Manfaatkan usia yang muda untuk menimba ilmu, karena dengan banyaknya ilmu yang dimiliki akan membantu pada masa depan.
“Semua hal-hal yang negatif, sebaiknya dijauhi. Para generasi muda juga harus bisa memilih teman agar tidak salah pergaulan dan terjerumus di kegiatan negatif,” pintanya.
Apalagi, lanjutnya, para generasi penerus saat ini tidak perlu berperang seperti para pahlawan terdahulu. “Kita ini hanya tinggal meneruskan perjuangan para pahlawan untuk menjaga NKRI, oleh karenanya generasi milenial harus bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk lainnya,” ungkapnya.
Terkait kepemudaan di Bontang, Yurizca berharap organisasi kepemudaan bisa merangkul anak-anak muda Bontang supaya berprestasi. Kepolisian siap jika diminta bekerja sama.
“Seperti banyaknya kasus anak ngelem, terkadang mereka merupakan anak broken home, ada juga yang orangtuanya cuek. Walau kami bukan siapa-siapa mereka, kami akan tetap membina semampunya. Sebab jika kami ikut tak peduli, sementara mereka sudah diacuhkan oleh keluarganya mau seperti apa. Ini semata-mata agar mereka menjadi lebih baik kedepannya,” pungkasnya (mga)
NAMA : YURIZCA MUSIARDHILLAH, SIK
TTL : PALEMBANG, 20 JULI 1991
NAMA ORTU/ PEKERJAAN :
AYAH : SUWANDI, Bsc (pensiunan karyawan swasta PT. INDOFOOD palembang)
IBU : (almh) Ir. SRI YUNAIDAH HANUM, MP (Dosen Pertanian Universitas Sriwijaya)
Riwayat pendidikan :
– TK ISLAM AZ ZAHRAH Palembang
– SD ISLAM AZ ZAHRAH Palembang
– SMP N 17 Palembang
– SMA N 1 Palembang
– AKPOL 2013 Semarang
– STIK-PTIK 2014 Semarang
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post