SANGATTA – Minimnya anggaran, menjadi alasan “terbengkalai”-nya galeri yang menyimpan benda-benda hasil penelitian dari sejumlah karst Kutim. Padahal, fungsi galeri ini sangat besar, salah satunya menjadi sarana edukasi dan wisata masyarakat.
Dikatakan oleh Plt. Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kutim Nurullah, galeri itu sudah jarang dikunjungi, padahal sebelumnya selalu ramai dan sangat menarik.
“Kami ada galeri, setiap hasil penelitian dipajang disana. Tapi sekarang tidak lagi terawat,” ujarnya saat diwawancarai.
Benda hasil penelitian tersebut merupakan bukti bahwa kawasan karst selalu dicermati oleh banyak elemen. Banyak kerugian yang berdampak akibat keterbatasan dana.
“Sangat disayangkan, karena kami tidak terdukung. Tidak hanya galeri, harusnya pengurus juga dikursuskan, namun lagi-lagi anggaran menjadi penghambat,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kabid Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Disbud Kutim, Budi menyampaikan pihaknya telah berupaya untuk melakukan perawatan, seperti pengajuan untuk corporate social responsibility (CSR) di sejumlah perusahaan. Namun sangat disayangkan, galeri tersebut mulai terabaikan sejak 2015 silam.
“Sayang sekali, tiga tahun tidak terurus, padahal sebelumnya selalu banyak pengunjung, termasuk dari sekolah-sekolah, instansi, atau tamu luar daerah,” bebernya.
Galeri yang diresmikan sejak 18 Juni 2008 itu terletak di jalan Soekarno-Hatta, tepatnya di belakang kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutim ini, sebelumnya sangat diperhatikan. Terlebih saat Disbud masih bergabung dalam Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar).
“Sebelumnya kami berkantor disini, bahkan galeri kadang jadi tempat kerja. Tapi karena dipisah, akhirnya jauh kurang terpantau, apalagi tidak ada anggaran perawatan. Beginilah kondisinya,” jelasnya.
Dia berharap, galeri ini bisa kembali difungsikan, termasuk untuk mengedukasi masyarakat Kutim. Mengingat masih banyak yang awam atas hal ini. Ia juga menyayangkan benda-benda tersebut kondisinya saat ini hanya disimpan di lemari.
Benda-benda antik ini sebelumnya dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sejak 2001 silam. Barang tua ini didapat dari 38 situs karst se-Kutim. Adapun jenisnya yakni, alat berburu yang digunakan zaman purba, alat masak, gerabah, alat tukang, bahkan yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Namun seluruh barang ini masih dalam tahap kajian dan penelitian lebih dalam.
“Karena mulai tidak terurus, kami sudah usulkan rehab tapi tidak ada tindak lanjut. Semoga ke depan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpihak pada galeri,” harapnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post