SANGATTA – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit makin anjlok. Khusus di Bengalon dan Teluk Pandan, bahkan dihargai hanya Rp 200. Hal itu berdasarkan pantauan Asbudi, Ketua Forum Petani Sawit Kutim (FPSK) Kutim.
Menurutnya, wajar petani sawit mengeluh dengan anjloknya harga TBS. Bahkan, mereka lebih memilih membakar sawit ketimbang menjualnya. Pasalnya, jika dihitung-hitung, pengeluaran jauh lebih besar ketimbang pemasukan.
Ia yang juga merupakan petani sawit tak mampu lagi berbuat banyak. Hasil panen hanya dibiarkan begitu saja. Langkah satu-satunya ialah mendapatkan bantuan dari DPRD dan pemerintah untuk menekan perusahaan agar membeli sawit mereka dengan harga yang rasional. “Kami terus berusaha agar suara petani didengar. Legislatif, eksekutif, dan perusahaan dapat mendengar suara petani,” kata Budi.
Beberapa waktu lalu, dirinya bersama petani lainnya sempat menghadap DPRD Kutim. Tujuannya untuk mencari solusi terbaik. Namun hasilnya belum maksimal. “Kami harap semua ada perhatian. Pemerintah mengambil tindakan. Jangan sampai petani menderita namun tak ada solusi yang diberikan. Padahal aturan sudah jelas. Harga TBS sudah jelas,” katanya.
Sebelumnya, DPRD sudah mengambil keputusan keberpihakan kepada petani. Beberapa rekomendasi dikeluarkan sesuai dengan permintaan masyarakat. Pertama, bupati, sekda, dan Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) agar segera turun tangan langsung mengatasi keluhan petani.
Kedua, meminta bupati membuat surat edaran agar perusahaan mengutamakan membeli sawit dari masyarakat terlebih dahulu, ketimbang yang lain. “Soal panja (panitia kerja) adalah usulan dari petani. Di mana kami siap saja bila pimpinan membentuk panja, agar kami secara intensif bisa mendorong pemerintah melakukan langkah-langkah cepat dalam urusan petani sawit,” kata salah satu anggota DPRD, Uce Prasetyo. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post