SANGATTA – Tekanan darah tinggi atau penyakit ‘hipertensi’ merupakan salah satu penyakit tertinggi yang diderita warga Kutim. Terlebih saat Ramadan.
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, gagal jantung, bahkan menyebabkan kematian.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kutim, Yuwana Sri mengatakan dalam suasana Ramadan tubuh manusia kerap diserang penyakit. Terlebih tekanan darah tinggi bagi masyarakat yang tidak bisa mengatur pola hidup sehat.
“Kalau data penyakit secara keseluruhan belum masuk di Dinkes. Tapi data sementara yang ada, no satu banyak diderita penyakit ISPA, kemudian disusul hipertensi, gastritis, diabetes mellitus (DM) dan penyakit penyakit lainnya,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Menurutnya penyakit yang sangat sering menyerang masyarakat umum sangat banyak. Hanya saja jika melihat rentetannya, hipertensi merupakan penyakit yang selalu datang tiba-tiba. Berbeda konteks dengan ISPA yang menduduki peringkat pertama.
“ISPA dengan hipertensi berbeda penyebab. Pasalnya penyakit tekanan kerap kali berubah-ubah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu masyarakat diharap lebih aktip menjaga daya tahan tubuh agar tekanan darah memompa sesuai kapasitasnya,” terangnya.
Yuwana menjelaskan perihal kesehatan yang dapat dinormalkan saat bulan puasa. Menurutnya hal tersebut sangat baik. Hanya saja mayoritas masyarakat masih awam akan hal ini. Padahal dalam hal ini, jika warga mampu mengontrol diri, maka akan terhindar dari segala penyakit, terlebih hipertensi.
“Bulan ramadan sebenarnya merupakan moment yang tepat untuk menormalisasikan kondisi kesehatan kita. Terutama lambung dan pencernaan manusia yang selama 11 bulan bekerja terus. maka dengan berpuasa akan memperbaiki fungsi saluran cerna kita,” katanya.
Masyarakat diimbau harus selektif dalam mengonsumi makanan, ketika berbuka puasa sampai makan sahur. Dengan begitu, kata dia, kesehatan selalu terjaga agar bisa menjalankan ibadah dengan baik.
“Yang perlu diwaspadai adalah memilih makanan untuk berbuka, jangan gelap mata. Semua makanan yang dijual dibeli. Seperti balas dendam karena siang tidak makan. Sehingga asupan gizi yang masuk tetap saja bahkan lebih banyak dari hari biasa,” imbaunya.
Selain asupan makanan yang dikonsumsi. Dirinya menyarankan agar tetap melakukan olahraga. Walaupun kegiatannya ringan. Menurutnya pergerakan sangat baik untuk metabolisme tubuh. Pasalnya hal tersebut dapat menekan penyakit.
“Jadi, meskipun puasa sebaiknya tetap jaga menu makanan dengan gizi yang seimbang. Jangan terlalu banyak makan yang manis-manis dan berlemak tinggi. Karena saat ini pola penyakit sudah bergeser ke Penyakit Tidak Menular (PTM) yang disebabkan oleh pola makan yang salah dan tidak diimbangi olahraga,” ungkap Yuwana. (*/la)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda