bontangpost.id – Dilansir Al Jazeera, 110 ribu warga Palestina telah meninggalkan Rafah. Invasi tentara Zionis itu kini telah menewaskan 34.904 orang dan 78.514 orang mengalami luka-luka sejak 7 Oktober.
Direktur Keperawatan Rumah Sakit Gaza Eropa dr Saleh Al Hans menyatakan, perlengkapan medis mulai menipis. Sejumlah rumah sakit yang beroperasi sebagian di sekitar Rafah benar-benar kewalahan.
“Beberapa rumah sakit yang berfungsi di Gaza mungkin terpaksa berhenti beroperasi dalam beberapa hari karena kekurangan bahan bakar untuk menggerakkan generator mereka,’’ ungkap Saleh.
Dengan tidak beroperasinya rumah sakit tersebut, ratusan pasien yang sedang menjalani perawatan intensif dengan bantuan pernapasan akan terputus. Ambulans juga kesulitan untuk mencapai Rumah Sakit Gaza Eropa yang berada di Khan Younis. Sebab, jalan utama yang menghubungkan Rafah diblokade akibat operasi militer Israel.
Rumah Sakit Martir Al Aqsa juga terancam kehabisan bahan bakar dalam 48 jam ke depan.
“Kami menyerukan kepada semua organisasi PBB dan lembaga internasional untuk segera memasok bahan bakar ke Rumah Sakit Martir Al Aqsa sebelum terlambat,’’ kata pihak RS.
Menurut mereka, upaya perlu intervensi segera dan mendesak untuk memasok bahan bakar ke semua rumah sakit demi merehabilitasi serta memulihkan pasien. “Sebelum terjadi bencana kemanusiaan, membunuh ribuan orang,’’ serunya.
Koordinator Darurat United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) Hamish Young mengatakan, sebagian besar pengungsi dilaporkan mencari perlindungan di Khan Younis dan Deir Al Balah. Namun, daerah tersebut kekurangan layanan dasar yang diperlukan untuk warga sipil. Misalnya, makanan, layanan kesehatan, dan tenda sebagai tempat tinggal.
“Sekali lagi, keadaan akan memburuk jika operasi kemanusiaan tidak dilanjutkan dalam 48 jam ke depan,’’ seru Young seperti dikutip SkyNews.
Dia menggambarkan pemandangan yang menyedihkan ketika para keluarga Palestina kembali mengungsi dengan ratusan truk, bus, mobil, dan kereta keledai yang membawa harta benda mereka. Mereka terus berdatangan menuju zona pesisir Al Mawasi.
“Orang-orang yang saya ajak bicara mengatakan bahwa mereka kelelahan, ketakutan, dan tahu bahwa kehidupan di Al Mawasi, sekali lagi, mustahil akan menjadi lebih sulit,’’ kata Young.
Warga Palestina sudah tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak, air minum, dan tempat berlindung. Masyarakat membuat toilet darurat dengan menggali lubang di tanah di sekitar tenda.
Salah seorang ayah mengatakan kepadanya bahwa dia tidak punya pilihan lain. Yang tersisa hanya pilihan buruk. “Dan, ketika dia menceritakan ke mana dia pergi, dia mulai terisak-isak. Kemudian anak-anaknya mulai menangis dan bertanya kepada saya apa yang harus saya lakukan. Ini adalah situasi yang tragis dan tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak di Gaza,’’ terangnya.
Sementara itu, melalui media sosial X, Markas Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menutup kantor pusatnya di Yerusalem Timur. Langkah itu terpaksa dilakukan setelah ekstremis Israel membakar perimeter kantor. Meski demikian, tidak ada korban jiwa.
“Malam ini (Kamis, 9 Mei waktu setempat), warga Israel membakar dua kali di sekeliling markas UNRWA di Yerusalem timur yang diduduki,’’ cuit Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini. (han/c7/bay/jpg/er/k8)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post