Penulis: Muhammad Zulfikar Akbar, Adiel Khundara
Fotografer: Fahmi Fajri
Layout: Fahmi/Melky
Malam Puncak Duta Wisata Bontang 2017
THE show will begin! Malam ini (5/7) bakal menjadi malam yang tak terlupakan bagi ke-20 finalis Duta Wisata Bontang 2017. Setelah menjalani proses seleksi yang panjang mulai seleksi berkas, audisi, pra karantina, hingga karantina, kini waktunya untuk menunjukkan apa saja yang telah diraih para finalis Putra Putri Pariwisata Bontang.
Psst, secara eksklusif, tim Zetizen Bontang Post berhasil mewawancarai empat dari ke-20 finalis saat hari pertama menjalani karantina di Hotel Grand Equator, Kamis (3/7) lalu. Mereka yakni Amos Rante Salu, Rahil Ramadhani Islami, Flandy Chandra Hasnold Rumimpunu, dan Vania Elian Sukarno.
Amos aka Ramos, cowok yang merupakan karyawan Pupuk Kaltim ini mengaku tertarik mengikuti ajang ini karena suka dengan dunia pariwisata. Doi yang juga mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Industri Bontang (STTIB) pun yakin, dengan turut berpartisipasi di Duta Wisata Bontang, dirinya dapat berkontribusi mengembangkan pariwisata di Kota Taman. Lain halnya dengan Rahil.
Siswi kelas XII SMAN 1 Bontang ini mengaku miris melihat potensi wisata yang menarik di Bontang, namun kurang dimaksimalkan. “Saya ingin mengundang pengunjung lebih banyak lagi, sehingga bisa turut memajukan perekonomian Bontang,” jelas dara kelahiran Bontang, 5 Januari 2000 silam ini.
Berbeda pula dengan Flandy. Cowok yang bekerja di Sugar Rush Cafe ini mengaku ingin mengembangkan karakternya menjadi lebih baik lagi melalui ajang Duta Wisata Bontang. “Banyak orang mengenal Bontang hanya dari industrinya saja. Saya ingin membantu memajukan wisata di Bontang,” katanya.
Senada dengan Flandy, Vania, siswi SMA YPK ini juga ingin mengenalkan Bontang dan tempat wisatanya kepada daerah-daerah lain. “Bontang bukan cuma hutan. Bontang punya industri, tempat wisata, kuliner, batik sendiri, dan lain-lain,” jelas cewek kelahiran Bontang, 27 Januari 2000 ini.
Tak hanya memperkenalkan budaya dan pariwasata Bontang loh, fellas. Mereka punya social project yang akan dilakukan oleh seluruh finalis. Usut punya usut, mereka tertarik banget dengan Wisata Mangrove dan Sungai Belanda yang ada di Bontang Kuala. Katanya, wisata di sana itu unik. Namun, masih minim dengan tempat sampah yang memadai. “Kami berencana akan membuat tempat sampah yang unik dari bahan daur ulang,” ujar Amos diamini ketiga rekan lainnya.
Well, kita doakan semoga di malam puncak ini mereka bisa tampil maksimal, ya. Semangat para finalis! (zul)
Awal Mula Duta Wisata Bontang
GUYS, apa kalian sudah tahu awal mula diadakannya Duta Wisata Bontang? Tim Zetizen Bontang Post berhasil mewawancarai salahsatu penggagas ajang bergengsi bagi anak muda di Kota Taman ini, loh. Yap, dia adalah Abdul Hakim.
Kepada Zetizen, pria yang juga berprofesi sebagai guru di SMP YPK ini bercerita jika Duta Wisata Bontang berawal dari ajang lomba-lomba fashion show di 2001, fellas. “Embrionya pelaksanaan putra-putri Bontang itu,” ujar Hakim.
Kala itu, mitra pertama yang digandeng yakni Dinas Perhubungan (Dishub). Saat itu pula, Dishub menganggap kalau ajang ini harus mendapat dukungan dari Pemkot Bontang. Empat tahun kemudian, Hakim pun memutuskan untuk mengganti nama ajang tersebut agar menjadi ikon Kota Taman. “Akhirnya berubah nama menjadi Duta Wisata Bontang di 2005,” ungkap guru yang sering menjadi MC ini.
Dalam perjalanannya, Hakim bercerita kalau pelaksanaan ajang ini tidak semulus yang dibayangkan, guys. Di 2009, penyelenggaraan Duta Wisata Bontang sempat terhenti selama dua tahun. Ajang ini pun kembali diadakan di 2011 dengan menggandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar).
Meski begitu, kita patut berbangga, loh. Sebab, kata Hakim yang sempat menjabat sebagai Dewan Pendiri Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo) di 2005 itu, kiprah finalis Duta Wisata Bontang tak hanya sampai provinsi saja. “Wakil Bontang juga ada yang sampai menjadi finalis Miss Indonesia di 2006,” katanya.
Hakim mengaku, konsep Duta Wisata Bontang ini diadopsi dari daerah-daerah yang terlebih dahulu menyelenggarakan kontes serupa. Sebut saja Jakarta yang terkenal dengan Abang-None dan Surabaya yang terkenal dengan Cak dan Ning. “Referensinya seperti itu walaupun dalam pelaksanaannya mereka sangat siap, tetapi daerah-daerah itu menjadi model bagi kita,” ucapnya.
Bersama dua orang rekannya Zainu Arifah dan Poppy, Abdul Hakim menyelenggarakan kegiatan selama 11 tahun dengan pure ingin menampung wadah anak-anak muda untuk menggali potensi dirinya.
Selama di tangannya, beberapa rekan yang erat kaitannya dengan kegiatan ini dilibatkannya. “Dalam pelaksanaan aku dulu, karena modalnya banyak temen, jadi banyak yang meng-cover. Pemotretan saya bisa hire teman-teman saya fotografer, untuk make-up dan baju finalis dia tanggung semua,” tuturnya.
Begitu pula dengan kepanitiaan, tak jarang mahasiswa yang sedang pulang kampung dan alumni Duta Wisata dijadikan tenaga lapangan. Sampai saat ini dampak Duta Wisata benar-benar terasa. Terbukti beberapa alumni bekerja di berbagai profesi. “Ada yang bekerja di perusahaan, ada yang jadi pilot, dan sebagainya,” katanya. (*/ak/zul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post