Ketua Ikatan Waria Kota Bontang (Iwakaba) Iksan meminta kepada masyarakat agar tidak menyamakan kaum gay dengan waria. Sejak pemberitaan terungkapnya pesta gay sebanyak 141 pria di Jakarta beberapa waktu lalu, pihaknya dihantui rasa ketakutan tatkala beraktivitas.
Saat ditemui Bontang Post, Kamis (25/5) di kediamannya Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Berbas Pantai, Kecamatan Bontang Selatan, Iksan mengatakan kaum waria dan gay sangat berbeda. Waria merupakan lelaki yang berperawakan perempuan dan kerap memakai baju perempuan. Sedangkan gay adalah pria yang terlihat tulen, namun memiliki orientasi seks menyimpang.
“Gay ini munafik mengaku laki tulen, tapi ternyata kelakuannya lebih bejat daripada waria. Makanya kami mohon agar masyarakat tidak menyamakan waria dengan gay,” pintanya.
Dia menjelaskan, sejak dibentuk tahun 2003, Iwakaba menjadi wadah para kaum transgender berkarya dan kreasi. Tercatat, sebanyak 370 anggota Iwakaba yang diberdayakan dengan keterampilan yang dimiliki. Mulai berwirausaha hingga melebur ke masyarakat.
Namun, kata dia tak semua mendapatkan kehidupan laik seperti masyarakat yang lain. Selebihnya, para transgender yang sudah terlanjur dikucilkan dari keluarganya pun tak bisa berbuat banyak.
“Sejak dibentuk, saya bersama teman-teman lain konsen untuk membuat pelatihan rias kecantikan, tata rias rambut, dan kulit. Dengan begitu sekiranya sudah ada 200 waria sudah memiliki keterampilan dasar untuk usaha sendiri dan jauh dari usaha-usaha yang haram seperti menjajakan diri,” terangnya.
Dia meminta masyarakat tidak memandang kaum transgender sebelah mata saja. Sebagai sesama manusia, seharusnya anggota Iwakaba juga mendapatkan perlakuan sama dan setara. Cemooh dan hinaan kerap diterima Iksan dan kawan-kawannya.
“Seharusnya kami bisa diperlakukan seperti layaknya manusia, saya sedih jika masih ada masyarakat mencemooh atau memperolok kelompok waria. Seharusnya siapapun dia, harus dapat memberikan solusi bukan malah menyudutkan kami,” keluh Iksan.
Itulah yang menjadi alasan Iksan dan kawan-kawan mendirikan Iwakaba. Hingga kini, organisasi tersebut memiliki satu lembaga kursus keterampilan (LKP) di bidang tata rias dan kecantikan yang sudah terakreditasi.
Selain itu, tambahnya, rata-rata anggota Iwakaba telah mempunyai salon sendiri atau berusaha salon keliling. “Ada juga yang sudah bekerja di beberapa perusahaan di Kota Bontang,” jelas Iksan.
Tidak hanya pelatihan dan pendidikan saja, Iwakaba juga acap kali mengadakan acara keagamaan. Pengajian misalnya, biasanya dilakukan 3 bulan sekali bagi pemeluk Islam. Begitu pula pemeluk Nasrani mempunyai ibadah sendiri atau di gereja sesuai dengan jemaatnya.
Kendati demikian, Iksan mengeluhkan kepedulian pemerintah yang saat ini dinilai rendah. Sehingga, Iksan berharap agar pemerintah harus dapat melihat potensi dari kelompok waria dan mendukung dengan bantuan moril ataupun materil.
“Selain berharap bisa diterima oleh masyarakat, kami juga meminta perhatian dan bantuan pemerintah. Saya yakin kegiatan kami positif. Jadi seharusnya tidak ada kata untuk menolak membantu kami dalam bentuk apapun,” harap Iksan. (*/nug)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post