Kisah Inspiratif Warga Bontang: Erwin Wahyudiono (165)
Bisa berbagi dan membantu masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan salah satu kebahagiaan yang dirasakan Erwin sebagai dokter gigi. Menjadi tenaga kesehatan puskesmas teladan dan kepala puskesmas, Erwin menyadari mengubah paradigma masyarakat tentang kesehatan bukanlah hal yang mudah.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Berasal dari keluarga perawat membuat Erwin tertarik untuk menjadi dokter. Karenanya ketika lulus dari SMA 2 Jombang, dia pun mengambil pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Lulus dari Unpad, Erwin mesti mengikuti program Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari kementerian agar bisa melakukan praktik. Sayangnya, dua kali dia gagal saat mengikuti tes PTT untuk wilayah Bandung. Dari situ dia lantas mendaftar PTT untuk wilayah Kaltim.
“Pikir saya, bila tidak diterima PTT di Bandung, mendingan saya PTT di luar Jawa sekalian. Nah, saya dapat referensi dari teman untuk mengambil PTT di Kaltim. Katanya waktu itu Kaltim adalah daerah yang kaya,” kenang Erwin saat ditemui Bontang Post di ruangannya, Senin (13/2) lalu.
Setelah mendaftar, Erwin mendapatkan jatah PTT di Kutai Kartanegara (Kukar). Tepatnya di Puskesmas Kahala, kecamatan Kenohan. Saat itu keputusannya untuk merantau ke Kaltim sempat ditentang kedua orangtuanya. Namun setelah Erwin menjelaskan pentingnya program ini untuk kariernya, kedua orangtuanya pun merelakan kepergian Erwin.
“Saat itu Kahala adalah daerah terpencil yang jauh dari kota. Dari Tenggarong butuh waktu dua jam, lantas menyeberang Danau Semayang dengan ketinting yang juga memakan waktu dua jam,” tambahnya.
Usai setahun menjalani program PTT, Erwin kembali ke Bandung. Namun di sana dia kesulitan dalam mencari kerja. Sementara keuangannya pun semakin menipis. Makanya ketika ada lowongan pekerjaan di Bontang, Erwin pun memutuskan kembali ke benua Etam.
Tahun 2007, dia mengikuti seleksi program dokter keluarga dan lulus menjadi tenaga honor dokter gigi di klinik pegawai Bontang. Di penghujung 2008, Erwin mengikuti seleksi CPNS. Dia lulus dan ditempatkan sebagai dokter gigi di Puskesmas Bontang Utara I terhitung sejak 2009. Sejak itu dia menangani para pasien sakit gigi di wilayah Bontang Utara yang masuk dalam lingkungan kerja Puskesmas Bontang Utara I.
“Menjadi dokter gigi bukan sekadar pintar dan berilmu. Tapi juga harus punya kemampuan dan teknik karena dokter gigi melakukan tindakan. Komunikasi dan kepribadian dokter gigi juga harus baik sehingga pasien tidak takut datang memeriksakan gigi. Ketelitian dan kesabaran dalam bekerja mutlak diperlukan dalam menangani pasien,” terang Erwin.
Tahun 2012, dia ikut serta dalam lomba tenaga kesehatan teladan tingkat Kaltim. Sayangnya, dalam keikutsertaannya yang pertama tersebut dia gagal meraih juara. Sehingga dia merasa minder dan malu ketika diminta kembali ikut dalam lomba yang sama setahun kemudian di tahun 2013. Namun karena terus dipaksa ikut lomba, Erwin pun tidak punya pilihan.
“Saya lakukan evaluasi, belajar dari kesalahan saya dan memperbaiki presentasi dan program sesuai dengan tugas saya sebagai dokter gigi. Tanpa disangka saya berhasil menjadi juara 1 dalam lomba tenaga kesehatan teladan tersebut. Menjadi juara tenaga kesehatan teladan ini terasa begitu berkesan,” kisahnya.
Keberhasilan Erwin menjadi tenaga kesehatan teladan tak lepas dari program-program pelayanan gigi yang telah disusunnya. Dia berangkat dari hasil penelitiannya yang menyimpulkan 80 persen anak di Bontang mengalami karies. Sementara jumlah kunjungan anak-anak merupakan yang paling sedikit dari total kunjungan ke poli gigi. Hal inilah yang mendasari Erwin dalam mengembangkan setiap programnya.
“Tentu jadi evaluasi kenapa kunjungan anak-anak begitu rendah. Apakah karena mereka takut datang ke dokter gigi?” tanya Erwin kala itu.
Dia pun mengembangkan program yang disebutnya “Dokter Gigi Sahabatku”. Ruangan poli gigi di puskesmas dirombaknya demi menciptakan suasana ceria bagi anak-anak. Poster-poster menyeramkan tentang sakit gigi dia lepas, diganti dengan poster-poster dan gambar-gambar kartun kesukaan anak-anak. Boneka-boneka ditempatkannya menghias berbagai sudut ruangan. Semua itu dilakukan agar anak-anak tidak takut saat memasuki poli gigi.
“Juga saya berikan hadiah khusus berupa stempel dan stiker menarik agar mereka mau datang kembali memeriksakan gigi. Dan ini efektif meningkatkan kunjungan anak-anak ke poli gigi,” jelasnya.
Erwin juga membuat program yang disebutnya “Uji Nyali”. Yaitu program kunjungan TK dan PAUD ke poli gigi puskesmas. Tujuannya memperkenalkan kepada para murid tentang profesi dokter gigi. Juga menumbuhkan kesan bahwa dokter gigi tidaklah menakutkan. Erwin bercerita, pada awalnya anak-anak ketakutan dan menangis saat disuruh duduk di kursi praktik. Namun anak-anak menjadi berani setelah diberikan hadiah.
Bukan sekadar menyasar anak-anak, program Erwin juga berintegrasi dengan program-program lain di puskesmas. Seperti program poli gizi serta kesehatan ibu dan anak (KIA). Dengan program gizi, anak-anak yang gizinya rendah diperiksa kesehatan giginya. Bisa jadi kekurangan gizi yang dialami dikarenakan gigi yang bermasalah sehingga anak tidak bisa mengunyah dan makan dengan baik. Sementara dengan program KIA, ibu-ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi.
“Bukan hanya ibu hamil, tapi juga calon pengantin perempuan disarankan untuk memeriksakan gigi. Tujuannya mencegah sakit gigi saat hamil. Karena apabila ibu hamil mengalami sakit gigi, dikhawatirkan akan mengganggu asupan gizi pada bayi yang dikandungnya. Dengan begitu pemeriksaan gigi ini bisa mencegah bayi berat badan lahir rendah atau prematur,” ungkap pria kelahiran Jombang, 38 tahun lalu ini.
Program pelayanan gigi juga dilakukan Erwin di luar puskesmas. Yaitu melalui kunjungan rutin ke TK yang berada di wilayah kerja puskemas guna memeriksa kondisi kesehatan gigi anak-anak. Erwin merintis lomba bertajuk “Raja dan Ratu Gigi Sehat”. Dalam lomba ini puskesmas memberikan hadiah kepada anak-anak TK di Bontang yang memilliki gigi sehat.
“Tujuan lomba ini untuk memberikan apresiasi dan penghargaan kepada anak-anak dan orangtua mereka karena telah menjaga kesehatan gigi. Sehingga anak-anak menjadi terpacu untuk selalu menjaga kesehatan gigi mereka,” jelasnya.
Bisa berbagi dan membantu masyarakat untuk meningkatkan kesehatan gigi menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Erwin. Yang membuatnya sedih adalah sulitnya mengubah paradigma masyarakat tentang menjaga kesehatan. Ini tercermin dalam pemeriksaan gigi pasien yang sering tidak berlanjut. Pun begitu, masyarakat baru memeriksakan diri ke puskesmas bila sudah mengalami sakit.
“Padahal semestinya rutin memeriksakan diri ke puskesmas walaupun tidak sakit atau gejala-gejala sakit mulai terasa. Misalnya pemeriksaan gigi harusnya rutin enam bulan sekali. Bila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan indikasi penyakit, bisa dicegah sebelum terlambat,” urai Erwin.
Mei 2015, ayah tiga anak ini mendapat kabar yang mengejutkan. Dia dipercaya menjadi kepala Puskesmas Bontang Utara I. Hal ini sempat membebani dan membuat Erwin stres. Menjadi pimpinan fasilitas kesehatan merupakan hal yang baru baginya. Pasalnya dia belum memiliki latar belakang manajemen. Mau tidak mau Erwin mesti belajar tentang bagaimana memimpin puskesmas.
“Apalagi sebelum itu Puskesmas Bontang Utara I terpilih sebagai juara 1 puskesmas berprestasi tingkat Kaltim dan juara 2 tingkat nasional kategori perkotaan. Saya tentu harus mempertahankan prestasi ini,” ujarnya.
Menjadi kepala puskesmas merupakan tantangan tersendiri bagi Erwin. Dia terpaksa belajar banyak hal tentang manajemen dan kepemimpinan. Karena sebelum mengambil keputusan sebagai pemimpin, dia mesti memahami masalah yang dihadapinya. Erwin belajar secara autodidak dan melalui pelatihan-pelatihan. Semakin banyak dia belajar, dia semakin tahu masih banyak hal yang belum dipelajarinya.
Erwin pun menyadari betapa tidak mudah menjadi seorang pemimpin. Khususnya dalam membimbing dan membina pegawai. Hal ini dikarenakan masing-masing pegawai memiliki karakter yang berbeda-beda satu sama lain. Karenanya dia dituntut untuk bisa berlaku adil dan bijaksana. Sementara keputusannya sebagai pemimpin tidak bisa memuaskan semua pihak yang ada.
“Di sinilah bagaimana cara saya memberikan pengertian kepada mereka,” terang sulung dari empat bersaudara ini.
Bagi Erwin, memberikan yang terbaik dalam bekerja merupakan bentuk rasa syukur. Baik sebagai dokter gigi atau kepala puskesmas. Karenanya Erwin tak segan berkorban dalam melakoni pekerjaannya. Sebagai kepala puskesmas misalnya, tak jarang waktu untuk keluarga menjadi berkurang karena mesti menjalankan tugasnya. Menurutnya, setiap pekerjaan mesti dilakukan dengan penuh cinta.
“Harapan saya bisa selalu memberikan yang terbaik dan bermanfaat untuk orang lain,” tandas Erwin yang turut mengawal Puskesmas Bontang Utara I mendapat akreditasi madya. (bersambung)
Nama: drg Erwin Wahyudiono
TTL: Jombang, 15 Juni 1978
Istri: drg Eka Meibonitasari Widyanti
Anak: Almer Tsaqif Jamail (6), Almeera Tsuraya Jamila (4), Athallah Akmal Ghaisan (3)
Pendidikan:
- SDN Jombatan III Jombang
- SMPN 1 Jombang
- SMAN 2 Jombang
- FKG Universitas Padjadjaran Bandung
Alamat: Jalan Jalak W-20 BTN PKT
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post