SANGATTA – Sekira dua tahun warga Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) akhirnya dapat menikmati jalan protokol yang mulus. Namun sayang, tumpukan debu masih terlihat tebal di pinggir jalan. Tumpukan debu tersebut diduga berasal dari sisa material yang dibawa truk galian c maupun kendaraan angkutan karyawan perusahaan pertambangan yang kerap melintas di jalan utama Kota Sangatta.
Armin (27) menyangkan status Sangatta sebagai kota debu belum hilang. Padahal, kondisi jalan sudah mulus dan tak terdapat satupun kerusakan.
“Kalau dulu berdebu, wajar. Karena jalannya masih banyak yang rusak, atau sedang dalam tahap perbaikan. Tapi sekarang, jalan sudah bagus kan aneh kalau masih berdebu,” ucap warga yang tinggal di Jalan Yos Sudarso III itu.
Menurut dia, kondisi tumpukan debu tersebut kerap kali mengganggu pengguna jalan. Sebab, partikel debu yang berterbangan dapat mengganggu penglihatan pengendara. Selain itu, pengendara sepeda motor juga harus berhati-hati saat menggunakan rem. Karena tumpukan debu tersebut dapat membuat kendaraan menjadi selip.
“Belum lagi soal dampaknya bagi kesehatan. Jangan ditanya mas. Kalau kita keluar enggak pakai masker, seminggu saja bisa langsung kena sakit,” ujarnya.
Sementara, Yahya (36) menilai, salah satu penyebab banyaknya debu di jalan, karena kendaraan perusahaan pertambangan yang masuk dalam kondisi kotor. Terlebih seperti saat musim penghujan sekarang ini.
“Coba liat, banyak kendaraan dari perusahaan yang masuk dalam kondisi kotor. Memang, tidak seberapa. Tapi rutinitasnya masuk jalan kota yang sering membuat tumpukannya jadi banyak,” kata Yahya.
Untuk mengatasi masalah ini, lanjut dia, seharusnya dibuat aturan yang membatasi kendaraan, khususnya untuk kendaraan angkutan perusahaan. Sehingga, jalan kota Sangatta benar-benar bisa bebas dari debu.
“Yah, mungkin bisa terapkan sanksi berupa denda, jika ada kendaraan kotor yang masuk jalan,” sebutnya. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post