Oleh:
Muthi’ Masfu’ah ‘Ma’ruf’ Amd
(Ketua Gagas Citra Media dan Rumah Kreatif Salsabila)
Alhamdulillah, usia kemerdekaan kita mencapai 72 tahun. Kita sendiri merasakan bagaimana semaraknya masyarakat menyambut Pesta Kemerdekaan di seluruh penjuru bangsa ini… Tak terkecuali di tanah air, warganegara Indonesia di luar negeri pun turut meramaikannya… ‘Melupakan’ sejenak problem bangsa yang kian menggunung…
Mengingat betapa berat perjuangan mereka mempertahankan bangsa ini, tak terhitung banyaknya korban yang gugur karena mempertahankan kemerdekaan. Menunjukkan betapa kejamnya kolonialisme dan imperialisme dengan nafsu jajahannya. Karena itulah para pendiri Republik dalam Pembukaan UUD 1945 merumuskan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Ikrar tersebut sejalan dengan prinsip dan ajaran Islam yang mengutuk segala macam bentuk penjajahan dan penindasan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Islam juga menegaskan: kemerdekaan merupakan hak bagi setiap bangsa. Karena itulah begitu Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, banyak kyai dan tokoh agama melalui pesantren dan masjid-masjid menyerukan jihad untuk membela Tanah Air dan mempertahankan kemerdekaan.
”Hanya bangsa yang besar yang menghormati jasa pahlawannya”, demikian ungkapan patriotik yang dimaksudkan agar kita tetap mengenang pejuang kemerdekaan. Islam malah memberikan penilaian yang sangat tinggi kepada mereka. Dalam surah Ali Imran Ayat 169 Allah berfirman: ”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup terus di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezki.” Subhanallah…
Bila memasuki Bulan Agustus saya selalu mengingat sosok ayah yang begitu menginspirasi… Berikut ada pula beberapa tokoh pahlawan kita yang menginspirasi untuk bahan renungan kita bersama, betapa bangsa kita merdeka adalah Rahmat Allah SWT juga usaha perjuangan mereka… Walaupun tidak semua saya paparkan disini… Semoga kita dapat belajar dari sosok-sosok pejuang bangsa kita…
Ayahku seorang Veteran yang mengajarkan kejujuran dan kerja keras, sikap jujur, pantang berbohong dan kerja keras, selalu ayah tanamkan kepada tiga putrinya sejak kami masih kecil. Termasuk juga membiasakan bangun waktu subuh hari, bila kami terlambat bunyi tendangan pintu kamarpun terdengar…
Ayah memang mendidik kami sangat tegas dan disiplin, sholat terlambat pun sangat pantang bagi ayah, mungkin karena ayah terbiasa saat berjuang dahulu… Ayah adalah Pejuang Veteran RI asal Blitar, berjuang mempertahankan RI di bawah komando Sukarno… Bersama beberapa temannya, ayah dibuang ke hutan Kalimantan Timur oleh penjajah saat itu. Mendengar cerita perjuangan ayah tentu sangat luar biasa, bagaimana hidup di hutan lebat Kalimantan bersama beberapa teman tanpa bekal apapun. Dari cerita duka perjuangan, hal-hal gaib yang ditemui dilalui bersama.
Walau mata ayah hanya satu yang dapat melihat, karena satu matanya buta karena terkena peluru zaman Belanda dahulu, tapi ayah jago sekali menggambar termasuk mengajariku sejak kecil cara menggambar yang baik… Sosok ayah yang religi, tegas serta sabar sangat lekat dalam ingatan kami putri-putrinya…
Hingga di era kemerdekaan hidup ayah berkecukupan karena ayah memiliki banyak keahlian sementara tak sedikit teman seperjuangan ayah yang hidup masih memprihatinkan…
Mohammad Hatta yang memiliki kepedulian pada saudara sebangsa.
Sosoknya terkenal cerdas dan sederhana, menggemari buku. Sangat tertib berbahasa Indonesia. Itulah Mohammad Hatta. Pejuang Indonesia yang melewati saat-saat susah dengan kesederhaan dan semangat juang tinggi. Meski dihormati banyak kalangan, Hatta bukan jenis orang haus pujian. Bukan pula, beliau jenis orang yang melupakan teman. Apalagi suka memakan teman.
Dalam penjara, Hatta mendapat jatah logistik seperti tahanan lain.
Jatah logistiknya antara lain ikan asin dan minyak goreng. Setiap hari, Hatta menjemur ikan asinnya. Ketika ditanya, beliau menjawab agar ikan itu lebih kering dan cepat masak ketika digoreng. Tidak memakan minyak banyak. Di akhir bulan, minyak goreng sisa yang disimpan Hatta dari hasilnya berhemat, dijual kepada sipir. Hatta senang sekali mendapat uang tersebut. Buat apa?
Buat tiga keperluan: beli buku, beli perangko dan membantu keluarga-keluarga para janda-yatim yang ayahnya wafat atau ayahnya juga dipenjara.
Bayangkan! Beliau sendiri di penjara! Beliau sendiri butuh bantuan, butuh banyak uang, butuh sokongan dana hidup. Namun perhatiannya pada teman-teman seperjuangan sunggu luar biasa.
Ah, andai Hatta tahu, sekarang ada slogan: teman makan teman. Saat susah teman seperjuangan. Saat senang, teman ditinggalkan, bahkan dikhianati…
Habib Husin Al Muthohar, pencipta lagu 17 Agustus
Muthohar Lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916. Beliau orang kepercayaan sekaligus “Supir” pribadi Bung Karno Saat perang. Beliau lah pencipta lagu 17 Agustus, lagu Syukur dan lain sebagainya.
Muthohar juga Pendiri Gerakan Pramuka, Pejuang “Pertempuran Lima Hari” Semarang, Pengawal Bung Karno saat haji, Orang yg di percaya Bung Karno untuk menyelamatkan Bendera Pusaka saat Belanda melumpuhkan Yogyakarta pada 1948. dan Muthohar lolos dari pemeriksaan ketat tentara Belanda. Beliau pernah menjadi Duta Besar RI di Takhta Suci Vatikan, menjadi Penerima anugerah Bintang Gerilya, Penerima Bintang Mahaputra dan masih banyak prestasi beliau.
Masyarakat luas tak perlu tahu kalau beliau adalah seorang habib, karena beliau merasa manusia umumnya manusia, sehingga selama ini hanya disebutkan H. Muthohar. Beliau Meninggal dunia Rabu petang 9 Juni 2004, pukul 16.30, dua bulan menjelang ulang tahunnya yang ke-88. Beliau dimakamkan sebagai rakyat biasa di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut Jakarta Selatan dengan tata cara Islam.
Semestinya beliau berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dengan upacara kenegaraan sebagaimana penghargaan yang lazim diberikan kepada para pahlawan. Tetapi, beliau tidak menginginkan itu. Sesuai dengan wasiat beliau.
Kesederhanaan Muhammad Natsir
Natsir pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan dan Perdana menteri Indonesia di era Soekarno. Kesederhanaan hidup beliau benar-benar membuat orang geleng-geleng kepala. Beliau mungkin, satu-satunya PM Indonesia yang punya jas bertambal-tambal. Baginya, jas tak perlu baru dan bermerek. Selama yang lama masih ada dan cukup pantas dipakai rapat –meski bertambal-tambal- tak perlu beli yang baru.
Suatu ketika, anak-anak Natsir senang sekali. Mobil dinas DeSoto yang sudah kusam, yang dipakai bekerja dan sesekali dipakai acara keluarga; akan diganti dengan mobil Impala merek baru. Anak-anak Natsir yang merasakan duka derita hidup sebagai anak pejabat serba kekurangan, ingin punya mobil baru. Toh itu bantuan dari seorang teman. Tapi anak-anak beliau gigit jari. Sebab Natsir menolak pemberian itu.
Nasehat Natsir kepada anak-anaknya sungguh mulia.
“Cukupkan dengan yang ada. Jangan cari yang tiada. Pandai-pandailah mensyukuri nikmat.”
MasyaAllah Allah… Duhai, andai semua pejabat negara seperti Natsir… (Dari berbagai sumber). (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post