bontangpost.id – Pengusutan kasus dugaan setoran tambang ilegal terus berlanjut. Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter) Bareskrim Brigjen Pipit Rismanto memastikan bahwa keluarga Ismail Bolong telah mengonfirmasi kehadiran dalam pemeriksaan yang akan dilakukan Kamis (1/12). Pipit menjelaskan, surat panggilan terhadap keluarga Ismail Bolong telah dipastikan sampai.
Bahkan, keluarga Ismail Bolong telah berkomunikasi dengan penyidik dan memastikan akan hadir dalam pemeriksaan di Bareskrim. ”Sudah konfirmasi kehadiran kok,” jelasnya. Namun, belum diketahui siapa dari keluarga Ismail Bolong yang akan hadir untuk diperiksa. Begitu pula soal jam kehadiran ke Bareskrim. ”Siapa yang datang belum tahu, jam berapa pun datang kami layani,” urainya.
Lanjut dia, keadaan Ismail Bolong kini telah diketahui. ”Katanya sedang sakit,” jelasnya. Untuk sakitnya, keluarga menyebut bahwa Ismail Bolong sakit karena stres. ”Stresnya karena wartawan-wartawan begitu,” ujarnya. Menurutnya, jika Ismail kembali mangkir, penyidik akan melakukan tindakan tegas dengan memasukkannya ke daftar pencarian orang (DPO) atau menjadi buronan. ”Kalau mangkir lagi nanti kita DPO-kan,” tuturnya.
Terpisah, pengamat kepolisian Bambang Rukminto mengatakan, sebenarnya yang penting itu bukan Ismail Bolong. Namun, proses kasus yang berjalan. Setiap pihak yang diduga terlibat diperiksa untuk memastikan kebenaran pernyataan Ismail. ”Termasuk mantan Karopaminal,” ujarnya. Yang juga mengemuka dalam kasus ini, konsolidasi di tubuh Polri terasa belum selesai. Sebab, perintah yang keluar dari pimpinan ternyata tidak diikuti jajarannya. ”Ini yang terlihat, ada perintah menangkap tapi kok tidak ditangkap,” jelasnya.
Sebagaimana diberitakan, awal November lalu beredar video testimoni Ismail Bolong yang mengaku pernah memberikan setoran dengan nilai total Rp 6 miliar kepada Kabareskrim Komjen Agus Andrianto. Upeti tersebut diberikan untuk mengamankan bisnis tambang ilegal di Kaltim. Namun, tak lama setelah video itu menyebar, muncul video susulan yang berisi klarifikasi dari Ismail Bolong. Purnawirawan Polresta Samarinda dengan pangkat Aiptu itu membantah semua ucapannya di video pertama. Dia mengaku mendapat tekanan dari Brigjen Hendra yang kala itu menjabat Karo Paminal Divpropam. Hendra kini terjerat kasus pembunuhan Yosua bersama Ferdy Sambo. (idr/jpg/riz/k16)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda