Berbekal sebuah majalah di perpustakaan saat berada di jenjang perguruan tinggi, mengantarkan Muliadi Leonardo Ravale Sianturi menjadi seorang komposer dan arranger lagu.
Adiel Kundhara, Bontang
Kecintaan akan dunia musik sejak dini menjadikan pria yang akrab disapa Pendeta Muliadi ini menggeluti bidang musik. Ia bermimpi sejak kecil ingin menjadi seorang komponis lagu dan cita-cita terbayar sudah mengingat sekarang ia juga menjadi komposer dan arranger lagu.
“Rasanya luar biasa apabila dapat menjadi pemimpin orkestra, termasuk mengarang atau mengaransemen lagu sendiri,” ungkapnya.
Kegemarannya akan musik dimulai sejak ia berumur 3 tahun. Minimnya fasilitas pada era 90-an membuatnya sarana untuk melihat dan mendengarkan hiburan sangatlah sulit. Diakuinya pertama kali tertarik musik setelah melihat serial televisi yang menyenandungkan alunan etnik musik minang.
“Waktu itu televisi jarang, hanya orang-orang kaya yang mempunyai televisi di gang rumah kami. Jadi ceritanya ada tayangan favorit saya yaitu sinetron laga dari Tanah Minang berjudul Sengsara Membawa Nikmat. Di film tersebut ada alunan musik Minang, dari situlah saya tertarik musik,” tambahnya.
Keberuntungan melingkupi Muliadi, hal ini dikarenakan teman sepermainannya yang memiliki televisi tersebut juga mempunyai alat musik piano dengan ukuran kecil (satu oktav). Piano tersebut terbuat dari bahan dasar kayu.
“Benda itulah yang saya pakai meniru-niru musik di tayangan tadi,” jelasnya.
Melihat bakat yang dimiliki anaknya, orang tua (bapak) Muliadi lantas membelikan alat musik keyboard. Bukan hanya sampai disitu saja, support kepada anaknya juga ditunjukkan melalui dorongan untuk mengisi di acara keagamaan, hal tersebut guna menambah jam terbangnya.
“SD saya dibelikan keyboard merk Casio sederhana yang masih memakai baterai. Kemudian, tepatnya saat menginjak kelas 6 SD, saya didorongnya mengiringi acara Natal di lorong kami hingga SMP,” papar dari suami Lenny Octavia Situmeang ini.
Kiprahnya begitu menanjak saat duduk di bangku SMA, ia tergabung dalam sebuah band dan berhasil meraih beberapa penghargaan dalam ajang festival band antar sekolah tingkat rayon Medan 1. Selama dua tahun berturut-turut yakni 2000 dan 2001, ia berhasil menyabet predikat Keyboardist terbaik dalam kejuaraan tersebut dengan membawakan lagu diantaranya Jangan Lelah, T’lah Kini Jadi Terang, dan Menuju Kesempurnaan.
Selang beberapa waktu muncul kegelisahan dalam hati Muliadi terkait materi lagu yang sering dibawakannya. Terbesit dalam hatinya untuk melakukan inovasi dengan mencipatakan lagu sendiri.
“Saya bosan dengan materi lagunya, kenapa kita tidak bikin lagu sendiri,” katanya kepada anggota bandnya.
Rasa jenuh kembali dialaminya ketika berada di jenjang pendidikan tinggi yakni Sekolah Tinggi Theologia Abdi Sabda Medan. Faktor sarana menjadi penyebabnya, mengingat alat musik di kampus tersebut sangatlah minim.
Namun, di kampus tersebutlah pengetahuan akan dunia musiknya bertambah. Sehubungan dengan keinginan untuk membuat lagu ciptaan sendiri, ia menemukan sebuah referensi terkait langkah-langkah dalam proses penciptaan lagu.
“Saya baca satu majalah kecil di perpustakaan yang menguraikan cara membuat lagu sendiri hanya dari keyboard. Itulah yang memacu saya untuk belajar lagi,” ucap pria kelahiran Medan ini.
Berbekal dari majalah tersebut, Muliadi sering dipercaya untuk membuat komposisi atau mengaransemen musik iringan dari beberapa kelompok pelayanan di dalam maupun luar kampus. Pengerjaan tersebut dipakai untuk mengiringi vokal grup, solo, maupun drama.
“Hingga akhirnya saya dipercaya memilih dan melatih grup musik (5 orang) untuk mengiringi mini konser dari paduan suara di kampus pada tahun 2011,” sambungnya.
Kini, meski sudah menjadi pendeta tidak menyurutkan tekad untuk tetap berkarya di bidang musik. Ia sering diminta membuat musik iringan untuk drama, paduan suara, ataupun berupa Minus One (karaoke) untuk menyanyi solo dan vokal grup, khususnya dari gereja-gereja yang pernah dilayaninya.
“Tidak dapat disangkal tugas pelayanan semakin banyak, bukan cuma musik saja. Tetapi saya tetap berupaya berkarya dengan sedikit talenta yang saya punya,” kata Pendeta GKPI Jemaat Eben Haezer ini.
Bahkan, terdapat sebuah keinginan untuk menyalurkan talenta yang ia punya kepada beberapa orang. Metode yang dipakainya yaitu memberikan pengajaran baik melalui tatap muka maupun melalui perkembangan teknologi yang ada.
“Misi saya berikutnya adalah regenerasi, dan itu saya lakukan dengan berbagi ilmu dengan orang lain ataupun dengan cara membuatkan video tutorial yang saya unggah ke YouTube,” terang pria yang lahir 10 Januari 1985 ini.
Pesan kepada anak muda Kristiani yang memiliki kegemaran di bidang musik ada 5 poin. Pertama, teruslah belajar dari sumber apapun, baik itu dari lagu, musik di film, games dan sebagainya karena musik itu dinamis. Selalu saja ada genre yang baru seiring perkembangan zaman.
“Jikalau serius, jangan terjebak dengan trend karena akan menjadi stagnant. Buatlah warnamu sendiri,” pesannya.
Kedua, Bermainlah untuk Tuhan, jangan yang lain. Apabila, kamu bermain musik atau pelayanan musik di gereja demi amplop kasih maupun supaya dianggap eksis, hal tersebut diperbolehkan tetapi hanya sampai disitulah upah kita.
“Believe me, I’ve been through it all (Percayalah, saya telah mengalaminya),” tuturnya.
Ketiga, waspadai penyakit atau jebakan dosa didalamnya yakni mudah bosan, belum selesai menguasai sudah ingin yang lebih, sombong, pelit ilmu, dan mencuri kemuliaan Tuhan. Keempat, sebelum dan mengakhiri pelayanan musikmu, berdoalah kepada Tuhan supaya Dia yang mengasahmu hari lepas hari, dan pelayanan yang kamu kerjakan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan. Kelima, suatu hari nanti, kita akan bermain musik bersama untuk kemuliaanNya. (bersambung)
Tentang Pendeta Muliadi
Nama: Pdt.Muliadi Leonardo Ravale Sianturi
TTL: Medan, 10 Januari 1985
Alamat: GKPI Jemaat Khusus “Eben Haezer”. Jln.Surabaya 1 No.27 RT.19 Kel.Telihan Kec. Botang Barat
Istri: Lenny Octavia Situmeang.
Pendidikan:
SD Advent 4 Medan (1990-1996)
SMP GKPI Medan (1997-1999)
SMA GKPI Medan (2000-2002)
Sekolah Tinggi Theologia Abdi Sabda Medan (2003-2010)
Pelayanan (setelah menerima Gelar akademik/ STh):
Calon Pendeta/ Vikar GKPI di GKPI Jemaat Khusus Jambi Kota (2012-2013)
Calon Pendeta/ Vikar GKPI di GKPI Resort Persiapan Pakpak Bharat (2013-2014)
Calon Pendeta/ Vikar GKPI di GKPI Jemaat Khusus Tebing Tinggi (2014)
Menerima penahbisan Pdt (Nov 2014)
Penempatan perdana: Pdt GKPI di Bontang (2015)
Prestasi
Keyboardist terbaik terbaik se-rayon Medan 1, tahun 2000 dan 2001
Juri di Pesparawi daerah Pakpak Bharat tahun 2013
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post