BONTANG – Kondisi korban kecelakaan lalu lintas di simpang empat RSUD Taman Husada, Fajri masih kritis. Kini, ia mendapat perawatan intensif di RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda. Keluarga korban, Ika memaparkan belum ada agenda pelaksanaan operasi dari pihak rumah sakit. Pasca dirujuk dari RSUD Taman Husada, Kamis (5/3/2020) lalu.
“Belum tahu kami kapan operasinya,” kata Ika.
Sebenarnya ayah Fajri menginginkan perawatan dikembalikan ke RSUD Taman Husada. Mengingat dua hari lalu keluarga lagi berduka karena ibu Fajri, Darnita meninggal dunia. Akan tetapi pihak rumah sakit tidak memperbolehkan.
“Dokter belum mengizinkan terkai kondisi Fajri. Mata kanannya yang bengkak belum bisa terbuka juga dan kondisinya belum sadar,” ucapnya.
Kini, Fajri masih berada di ruang ICU RSUD AWS Samarinda. Ika menuturkan saat dirujuk kondisi Fajri sebenarnya mulai membaik. Bahkan dalam keadaan sadar.
Diketahui, anak berusia empat tahun ini mengalami luka di kepala bagian depan. Sehari setelah musibah, kondisi kepala mengalami bengkak. Tak hanya itu, kaki kanannya pun mengalami patah. Korban langsung dilarikan ke RSUD Taman Husada dan mendapatkan penanganan dari tim medis.
Saat kejadian Fajri ikut dalam rombongan keluarga merayakan panen rambutan di kebun. Tepatnya di kilometer 15. Ketika pulang, ia dibonceng oleh Silaturahman yang mengendarai sepeda motor Yamaha Aerox merah. Keduanya bersama dengan Rahma, korban meninggal dunia dalam insiden berdarah tersebut.
Sewaktu di tempat kejadian perkara, kendaraan yang mereka tumpangi diseruduk bus perusahaan yang melaju kencang dari arah belakang. Sontak mereka jatuh bersama dengan pengendara roda dua lainnya. Total terdapat sembilan korban dalam kejadian ini. Tiga korban meninggal dunia yakni Jaswati, Darnita, dan Rahma.
Sementara Wakil Direktur Pelayanan RSUD Taman Husada drg Toetoek Pribadi Ekowati mengaku belum mendapat informasi mengenai perkembangan klinis Fajri. Dari manajemen rumah sakit di Samarinda. Ia menuturkan Fajri dirujuk untuk menjalani penanganan dari dokter spesialis bedah syaraf.
Pasalnya tiga bulan lalu dokter spesialis bedah syaraf telah selesai tugas di rumah sakit pelat merah Bontang. Kini manajemen masih menjajaki proses kerjasama dengan Universitas Airlangga atau Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya.
“Karena pasien harus ditangani oleh dpesialis bedah syaraf dan perawatannya melibatkan beberapa spesialis terpadu. Maka itu kami rujuk ke sana,” kata drg Toetoek.
Nantinya, korban bakal menjalani operasi pada bagian kepala. Sebelumnya pasien telah menjalani operasi bagian kaki dan daerah perut sehari pasca kejadian. Luka dalam diderita akibat benturan yang terlalu keras. (*/ak/kpg)