Wali kota Bontang dan sejumlah anggota DPRD datang ke Pulau Gusung, Guntung, Bontang Utara, Desember 2018 membawa asa besar. Dengan semangat mereka datang ke pulau ini untuk meresmikan pusat pengolahan air laut jadi air tawar siap konsumsi buat warga. Namun sayangnya, euforia ini tak berlangsung lama.
.
bontangpost.id – Di bawah teriknya matahari, Jumadi baru saja mengantar 4 orang jurnalis buat meninjau SDN 011 Gusung yang kondisinya memprihatinkan. Sembari menahan dahaga, mereka melipir ke sisi kiri pulau. Menyambangi salah satu rumah warga yang menjual aneka minuman.
Satu per satu dari mereka membuat pesanan. Sembari menunggu minuman disiapkan, Jumadi, yang juga ketua RT 03 Gusung ini membuka percakapan.
“Banyak sekali masalah di sini (Gusung). Bukan cuma sekolah itu tidak layak sudah dihuni. Kami di sini juga kesulitan air dan listrik,” katanya sembari mengeringkan keringat di tubuh dengan menarik-narik ujung bajunya.
Dia menceritakan, buat memperoleh air bersih, warga Gusung mesti mengambilnya di darat. Paling dekat di Tanjung Limau dan Guntung. Dengan modal jeriken 30 liter, mereka membawa jeriken itu menggunakan ketinting. Memecah ombak, menempuh perjalanan sekitar 25-20 menit. Tergantung beban muatan kapal dan kondisi laut. Kondisi ini sudah lama terjadi. Setidaknya sejak warga mulai mendiami Pulau Gusung.
Akhir 2018 lalu, warga mendapat harapan baru. Sepertinya kesulitan air bersih yang selama ini mereka hadapi bakal berakhir. Pasalnya Pemkot Bontang mendirikan pusat pengolahan air laut jadi air tawar siap konsumsi buat warga Pulau Gusung. “Bukan main senangnya kami waktu itu,” kata Jumadi.
Pusat pengolahan air ini menggunakan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO). Teknologi SWRO adalah teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar yang sering digunakan buat memenuhi kebutuhan air minum. Cara kerjanya, air laut ditampung ke dalam tabung multimedia filter, kemudian masuk ke tangki penampungan dengan kapasitas 6 ribu liter, melalui proses pengendapan.
Selanjutnya, air disedot menggunakan pompa dan di proses di mesin reverse osmosis. Dalam proses itu, air kemudian dibagi, yang asin dibuang, sementara yang tawar masuk ke tangki penampungan dan siap konsumsi. Untuk pengadaan pusat pengolahan air tawar dengan teknologi pembangunan SWRO ini, pemerintah menggelontorkan Rp 2,5 miliar. Bersumber dari APBD Bontang 2018.
Lepas seremonial wali kota, air mulai bisa dinikmati sekitar 333 jiwa warga Pulau Gusung. Mereka tak perlu jauh-jauh lagi mengambil air tawar. Tinggal beli air di pusat pengolahan air. Harganya Rp 8 ribu per 10 jeriken. Kata Jumadil, air itu dibeli buat membayar upah penjaga pusat pengolahan air itu.
“Kami tidak masalah. Dari pada jauh-jauh ke darat lagi,” katanya.
Untuk mendapatkan air, pengelola menerapkan sistem giliran. Jadi dari 333 jiwa warga Pulau Gusung tidak bisa mengambil air bersamaan. Mereka dijadwal. Per sekali ambil dijatah 10 jeriken saja per kepala keluarga (KK). Ini dilakukan karena air yang difilter tidak cukup bila harus dialirkan ke seluruh warga secara bersamaan.
Tak selang berapa lama, hanya 3 bulan usai diresmikan, pusat pengolahan air itu rusak. Penyedia datang ke Pulau Gusung melalukan perbaikan. Air bisa mengalir lagi. Sekitar sepekan. Tak lama, alat rusak lagi. Dua kali dilakukan perbaikan. Dan dari kerusakan terakhir itu, tak ada lagi perbaikan.
Anggararan Rp 2,5 miliar yang digelontorkan pemerintah ludes dinikmati dalam tempo 3 bulan saja. Warga tak lagi dapat air tawar bersih. Alat pengelolaan air mangkrak. Sementara listrik dari PLTS dialirkan ke masjid.
“Sejak itu kami ya ambil air lagi ke darat. Kembali seperti dulu lagi,” ujarnya prihatin.
Walhasil warga mesti harus berhemat kalau soal air bersih. Untuk mandi, mereka campur air laut dan air tawar. Pertama, mereka mandi dulu dengan air laut. Setelahnya baru bilas tubuh sekadarnya dengan air tawar.
“Harus begini kami. Kalau mau mandi pakai air tawar semua, mungkin satu drum itu cukup buat 2-3 orang saja,” katanya.
Jumadi sangat berharap pemerintah sensitif akan kesulitan warga di pesisir. Walau tak tinggal di darat, jauh dari pusat pemerintahan, mereka minta dilihat. Diperhatikan nasibnya.
Air bersih adalah kebutuhan mendasar manusia. Pemerintah, sebutnya, memberikan akses air bersih yang mudah, terjangkau, dan besih buat masyarakatnya.
“Kami minta diperhatikan ini. Kasian kami. Berapa kali sudah minta diajukan juga di Musrembang kelurahan. Tapi enggak tahu kenapa, mungkin karena tidak prioritas jadi tidak pernah tembus,” tandasnya. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda