SANGATTA – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), melakukan demo menuntut realisasi kinerja Ismunandar-Kasmidi yang sudah berjalan dua tahun. Aksi itu dimulai di simpang tiga lampu merah jalan AW Sjahranie (eks Pendidikan) Pukul 09.30 Wita.
Dalam orasi yang disampaikan oleh koordinator lapangan, Aziz mengatakan ada lima perihal yang harus didengar oleh pemerintah. Pertama meminta pemerintah agar fokus melakukan pelunasan hutang, bahkan mereka mengusulkan agar rencana proyek pembangunan pada 2019 dialihkan saja untuk membayar utang.
Selain itu mahasiswa tersebut mendesak bupati dan wakilnya untuk mengevaluasi proses rekrutmen Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D). Selain itu wajib membuka hasil tes TK2D pada 2016 lalu.
Disisi lain mereka juga meminta pemerintah transparan dalam pengelolaan anggaran dengan menggunakan E-bugeting sehingga prinsip good governance dapat diimplementasikan. Selain itu mahasiswa juga menuntut menuntut tidak menjadikan Musrembang sebagai kegiatan seremonial saja.
Dalam permintaannya yang kelima ia menegaskan pada pemerintah untuk membayar insentif PNS, Guru, dan membayar gaji RT.
“Kami hanya membela rakyat, mana realisasi janji mereka saat kampanye dua tahun lalu. Penuhi lima keinginan kami. Stop pembangunan 2019 dan 2020 kita harus membayar semua utang. Jelaskan hasil test TK2D 2016 silam. Transparasi anggaran. Musrembang bukan seremonial. Bayarkan insentif PNS, guru, juga RT. Itu saja yang kami minta,” ujar Aziz saat berorasi.
Aksi tersebut sempat menimbulkan kemacetan. Beberapa kendaraan tepantau ramai menekan klakson. Sejumlah mahasiswa menganggap bunyi klakson karena ada instruksi dari pihak kepolisian. Sejumlah pendemopun sempat terpancing emosi.
“Kenapa polisi menghalangi demo kami. Ini tidak boleh terjadi. Karena polisi harus netral. Kami siap mati, walaupun harus ditabrak mobil. Ini perlakuan tidak adil. Dimana polisi menyuruh warga menekan klakson. Kami tidak takut,” teriak Khair orator lainnya.
Tidak terima atas perlakuan tersebut, mereka sempat beradu argumen dengan kepolisian. Kejadian saling tarik ban pun terjadi. Aksi bakar ban berhasil digagalkan polisi. Tak terima dengan kejadian itu, mereka memblokir jalan. Seluruh barisan demo semakin memenuhi jalur tengah.
“Kami sudah melakukan izin aksi. Lagi-lagi polisi menghalangi. Kami tidak akan anarkis jika polisi tidak banyak melarang ini itu. Biarkan kami menyalurkan aspirasi kami,” ungkapnya dalam orasi.
Tidak puas dengan kegiatannya. Mereka melanjutkan demo di halaman Kantor Bupati Kutim. Kembali meneriakan isi aksinya. Mereka memaksa masuk ke dalam gedung untuk menemui pemerintah daerah. Aksi saling dorong terjadi antara mahasiswa dengan petugas penjaga benteng pertahanan Polisi dan Satpol PP.
“Kami minta pemerintah keluar dari gedung. Temui kami, dengarkan kami. Jangan hanya janji-janji. Janji sekadar janji. Janji kampanye dua tahun lalu. Yang mana yang akan direalisasikan,” ungkapnya.
Sekira satu jam menyampaikan orasinya. Kabag Pemerintahan Setkab Kutim, Alexander Siswanto mendatangi peserta demo. Sesuai hasil negosisasi, mereka diizinkan masuk ke dalam gedung untuk melakukan mediasi. Beberapa aspirasi kembali disampaikan. Serta dijawab langsung oleh Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kutim, Rupiansyah.
Dirinya mengatakan akan mengkaji tuntutan demo tersebut.
“Saya menyambut kedatangan rekan-rekan mahasiswa. Perihal lima tuntutan yang diajukan, tidak semuanya bisa saya jawab. Namun saya akan tampung. Kemudian setelah ini saya akan melaporkan pada bupati dan wakil. Kami upayakan untuk mengkaji kembali mengingat semua kegiatan pemerintah mengacu pada kebijakan yang berlaku,” tutupnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: