FARINGITIS menjadi biang jatuh sakitnya ratusan narapidana (napi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Bontang. Media penularan yang mudah, ditambah kondisi lapas yang padat, membuat pihak lapas kerepotan menangani para napi yang mengalami beragam gejala penyakit ini. Lantas, apa sebenarnya faringitis tersebut?
Faringitis adalah inflamasi atau peradangan pada faring, yakni salah satu organ di dalam tenggorokan yang menghubungkan rongga belakang hidung dengan bagian belakang mulut. Dalam kondisi ini, tenggorokan akan terasa gatal dan sulit menelan.
Sebagian besar kasus faringitis disebabkan virus. Beberapa kasus lainnya disebabkan bakteri. Faringitis karena virus atau bakteri ini dapat menular pada orang lain. Penyebaran tersebut bisa terjadi melalui udara, misalnya menghirup butiran air ludah atau sekresi hidung yang dikeluarkan oleh penderita atau melalui benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh virus dan bakteri.
Dokter Umum Puskesmas Bontang Lestari, dr Muhammad Reyhan Syawal menjelaskan, gejala-gejala faringitis akut meliputi batuk, pilek, dan demam. Demam tinggi bisa mendera penderitanya dari pagi sampai malam. Tergantung pada kekebalan tubuh masing-masing.
“Kekebalan tubuh masing-masing orang kan berbeda-beda. Ada yang kekebalannya bagus. Gejala penyakitnya tidak seperti dengan (pasien) yang kekebalan tubuhnya rendah,” jelas Reyhan.
Salah satu gejala faringitis yaitu muntah-muntah dan tidak bisa menelan makanan. Hal ini dikarenakan penyakit ini menyerang di faring yang berada pada bagian tenggorokan. Alhasil, ketika menelan makan terasa nyeri. Nyeri ini bisa merangsang refleks muntah penderitanya.
“Apalagi bila ditambah pasiennya tidak makan atau kurang makan. Jadi perutnya kosong, asam lambung naik,” imbuhnya.
Diakui, penyakit ini memang sangat gampang menular. Apalagi dengan cuaca yang panas dan dingin, ditambah kepadatan lingkungan. Kata Reyhan, dengan kontak bicara dan batuk pilek saja, penyakit ini sudah bisa menular. Termasuk juga melalui bersin dan air liur. Karenanya, pencegahan penularan pertama yang dilakukan yaitu dengan menggunakan masker.
“Selanjutnya kita tingkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan pola makannya agak diperbaiki. Banyak minum, kurangi merokok, kemudian konsumsi vitamin kalau ada dan buah-buahan,” terangnya.
Reyhan menjelaskan, penyakit faringitis ini termasuk golongan penyakit ringan untuk saluran pernapasan atas. Meski begitu, bila penderitanya tidak dipelihara dengan baik, tidak diintervensi, tidak diberikan obat-obatan, atau tidak diberikan terapi, daya tahan tubuhnya akan semakin menurun.
“Sehingga bisa dihinggapi dengan penyakit lain seperti pneumonia atau sesak. Bisa juga demam berdarah dengue (DBD),” tambah Reyhan.
Kasus faringitis di Lapas Bontang sendiri menurut Reyhan bukan sesuatu baru. Malah dia menyebut sering terjadi. Hal ini didapati dari kegiatan puskesmas keliling (Pusling) yang rutin dilakukan Puskesmas Bontang Lestari ke lapas di setiap bulannya. Namun kuantitasnya tidak semasif yang terjadi Ahad (10/2/2019) lalu.
“Jadi ketika kami memeriksa pasien-pasing yang bermasalah kesehatan, memang mayoritas (faringitis). Kebetulan saja mungkin tahun ini sangat banyak. Saya kurang mengerti juga (penyebabnya). Mungkin faktor cuaca atau daya tahan tubuh yang menurun, jadi lebih gampang merebak. Selain semakin lama kan (lapas) semakin padat juga,” tandasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post