Generasi milenial Indonesia, yang digadang-gadang menjadi calon-calon pemimpin di era Indonesia Emas 2045, mengalami ujian yang begitu menantang pada tahun 2020 ini. Kasus Covid-19 yang pertama kali dilaporkan terjadi di Wuhan, China pada Desember 2019 dan mulai terdeteksi di Indonesia pada bulan Maret 2020, menandakan dimulainya babak pandemi yang berdampak besar bagi seluruh aspek kehidupan manusia di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Berbagai sektor sudah merasakan dampak dari pandemi ini, termasuk sektor perekonomian nasional Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami penurunan sebesar 5,32 persen pada kuartal kedua tahun 2020. Banyak pihak yang mulai mengkhawatirkan akan terjadinya penurunan pertumbuhan perekonomian nasional pada kuartal ketiga, yang berarti secara teknis Indonesia akan secara resmi mengalami resesi jika hal itu benar terjadi.
Fase kehidupan normal baru, atau yang biasa dikenal dengan sebutan New Normal menjadi suatu hal yang digalakkan oleh pemerintah dengan strategi “gas dan rem” untuk tetap menjaga aspek kesehatan dan kestabilan perekonomian masyarakat. Berbagai sektor usaha sudah diijinkan untuk dibuka dengan syarat penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Generasi milenial Indonesia menjadi salah satu saksi hidup yang ikut merasakan berbagai dampak dari pandemi ini. Mulai dari permasalahan aspek kesehatan hingga kondisi perekonomian yang kurang baik ikut menggembleng generasi muda Indonesia. Terlepas dari segala dampak negatif pandemi yang ada, ternyata ada hikmah dari pandemi ini yang bisa dimanfaatkan oleh generasi milenial Indonesia jika mau melihat dari sudut pandang berbeda.
Aspek pertama, kepemimpinan. Generasi muda Indonesia bisa mamanfaatkan momen ini untuk setidaknya mempelajari bagaimana pentingnya pengambilan kebijakan yang baik yang dapat menempatkan diri untuk tetap menjaga aspek kesehatan tetap dalam kondisi baik. Dan juga bagaimana kebijakan-kebijakan untuk tetap menjaga stabilitas daya beli masyarakat di tengah pandemi ini.
Beberapa kawan-kawan generasi milenial malah sudah ada yang ikut mengambil peran dalam hal ini, baik itu bergerak di bidang lembaga pemerintahan, kampus, ataupun relawan. Hal seperti ini tentu bisa menjadi pelajaran berharga dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari para milenial untuk bisa mengambil keputusan yang tidak hanya didorong oleh euforia masa muda namun juga mempertimbangkan apa dampaknya dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Aspek kedua, entrepreneurship. Di tengah pesimisme sebagian kalangan dikarenakan susahnya mencari lapangan kerja di masa pandemi ini, masih banyak dan terus bertambah banyak teman-teman generasi milenial yang justru dapat mengeluarkan kemampuannya dalam bidang entrepreneur baik itu mulai merintis usaha di bidang fashion, kuliner, produk-produk kreatif, hingga coffee shop. Dengan tuntutan kondisi yang ada, banyak dari teman-teman milenial yang mampu menyiapkan model bisnis yang dapat bertahan di tengah gempuran pandemi, mulai dari pelaksanaan kegiatan usaha dengan jaminan protokol kesehatan yang baik hingga digitalisasi model bisnis. Semangat dan kreatifitas ini tentunya akan terus memupuk para generasi muda Indonesia untuk dapat bertahan dalam tuntutan zaman baik dari sisi bertahan dimasa pandemi maupun bertahan sesuai dengan kemajuan teknologi.
Aspek ketiga, sosial. Pandemi Covid-19 membawa dampak yang cukup berarti bagi semua segmen, mulai dari rakyat biasa hingga pengusaha. Penyebaran wabah dan kelesuan sektor ekonomi seakan-akan menjadi extra damage bagi kegiatan masyarakat sehari-hari. Edukasi dan sosialisasi menjadi penting agar masyarakat mengetahui betul akan bahaya apa yang sedang dihadapi, bagaimana pencegahannya dan yang tak kalah penting adalah bagaimana menyikapinya.
Pada masa pandemi ini sudah banyak individu, organisasi maupun relawan yang menyadari akan pentingnya saling bahu-membahu, saling menjaga dan saling membantu satu sama lain untuk menghadapi pandemi ini bersama-sama. Dukungan moral adalah hal yang sangat penting diberikan kepada penyintas Covid-19 yang tak seharusnya mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Di sisi lain, gerakan-gerakan sukarela dari seluruh lapisan masyarakat dalam memerangi pandemi ini seperti melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, membagikan masker dan membagikan sembako bagi yang membutuhkan, menyadarkan kita bahwa kita tidak sendiri dalam menghadapi masa-masa ujian ini.
Generasi muda Indonesia tak sepantasnya terus berlarut dalam pesimisme. Seluruh pelajaran dan kondisi yang ada justru dapat memacu kita untuk terus mencari dan menciptakan peluang. Milenial Indonesia sebagai calon-calon pemimpin era Indonesia Emas 2045 adalah pribadi-pribadi yang optimis, tangguh, dan saling menguatkan satu sama lain.
Kata Ir. Soekarno, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Kamu tidak berjalan sendiri, kita hadapi ini bersama-sama. (*)
Penulis merupakan warga Kelurahan Satimpo, Kecamatan Bontang Selatan.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post