Belakangan ini, Kutai Timur (Kutim) terus dihebohkan oleh keberadaan oknum pegawai, bukan pengabdian ataupun prestasinya, namun kompetensi dan kemalasannya dalam bekerja. Baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) terlebih Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TK2D). Namun yang paling disorot belakangan ini ialah kemalasan dalam bekerja.Seperti yang dikatakan Bupati Kutim, Ismunandar.
Pulang kampung hari Kamis, datang bekerja hari Selasa. Datang bekerja jam 10.00 wita pulang kerja jam 12.00 wita. Benar saja, dari hasil razia yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP, tidak sedikit pegawai yang kedapatan bermalas-malasan dalam bekerja. Mulai dari keluyuran di pasar dan pusat keramaian, nongkrong di warung kopi dan main game di kantor pada saat jam kerja. Tentunya, hal ini semua terkuak dari keluhan dan laporan masyarakat.
Memuncaknya kemarahan Bupati dan Wakil Bupati, karena pegawai tersebut tak kunjung sadar. Beberapa kali diberikan nasehat, namun terus mengabaikan peringatan. Untuk mengambil sikap profesionalisme, maka pemerintah langsung membentuk kebijakan tepat dengan menggelar evaluasi dan kepantasan pegawai dalam bekerja.
Sedikitnya ada enam ribu lebih TK2D yang ikut dalam tes tersebut. Tes ini digelar dengan maksud, untuk menyeleksi TK2D yang benar-benar laik dalam bekerja. Jika dalam tes tersebut tidak lulus, maka bisa dipastikan, kontraknya akan diputus pada tahun 2017 pekan depan. Tetapi tes ini tampaknya menimbulkan masalah baru. Sebab, dari penelusuran Forum TK2D, sebelum tes digelar, TK2D Kutim mengalami kenaikan yang relatif signifikan dari data kongkrit sebelumnya. Data awal, hanya tercatat 5 ribu sekian saja, sedangkan saat ini sudah mencapai 6 ribu sekian.
Pengamatan Forum TK2D juga diaminkan oleh Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kutim. Menurut Zainuddin Aspan, dirinya cukup terkejut dengan data terbaru ini. Besar dugaan, bertambahnya TK2D lantaran adanya titipan oknum memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Timbul pertanyaan, keberadaan tes ini apakah benar-benar untuk menyeleksi TK2D yang malas, atau malah hanya serimonial semata. Karena dari pengamatan Forum TK2D, materi yang diujikan kepada peserta tidak memiliki korelasi yang seimbang dengan aktifitas bekerjanya masing-masing. Contoh kasus, seorang guru tidak diberikan tes mengenai kepiawaiannya dalam mengajar atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Begitupun halnya dengan perawat dan TK2D di intansi pemerintahan lainnya.
Beberapa keganjilan ini tampaknya memang perlu mendapatkan jawaban pasti. Karena jangan sampai, TK2D yang benar-benar berkompeten, sudah lama mengabdi, aktif dalam bekerja, malah tersingkir akibat ketidakadilan. Sebab dikalahkan oleh titipan dari oknum pejabat. Tentunya, hal ini tidak diinginkan dan dibenarkan.
Tetapi jika memang berpatokan pada keseriusan untuk membenahi semua kinerja TK2D, maka siapapun akan mendukung hal tersebut. Hal ini akan lebih baik daripada menampung TK2D yang tidak produktif. Karena hal tersebut malah akan menjadi beban daerah. Haknya terus dikucurkan, namun kewajibannya diabaikan. Tentu, ini akan menjadi momok buruk bagi pemerintah. Terlebih, pegawai yang sudah tersandung berbagai masalah. Mulai dari kasus kriminal, narkoba, dan lainnya. Tentunya, ketegasan ini tidak hanya dialamatkan kepada pegawai TK2D saja, tetapi diterapkan bagi PNS juga.
Dibeberapa daerah lain, tak sedikit PNS yang dipecat gara-gara tersandung masalah. Kenapa Kutim takut hal tersebut. Semuanya sudah tertuang dalam aturan. Sehingga, PNS yang bermasalah, wajib disingkirkan dari kursi kenyamanannya. Hal ini lagi-lagi demi kebaikan, kemajuan Kutim kedepan. Meskipun pahit, aturan wajib ditegakkan.Dengan ketegasan tersebut, maka akan menjadi contog bagi pegawai lainnya.
Tetapi jika hanya berputar pada peringatan yang tidak berujung pangkal, sangsi ringan, ancaman penundaan pangkat, maka hal tersebut tidak akan membuat pelaku jera. Malah, ancaman tersebut hanya menjadi permainan semata. Semoga, dengan kepemimpinan baru ini, semua kebijakan dilakukan dengan seadil-adilnya. Sehingga, tidak ada yang terzalimi sedikitpun. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post