SAMARINDA – Menyikapi melonjaknya harga ayam beberapa saat lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda mengambil kebijakan dengan meminta para pedagang menjual ayam dengan sistem kiloan, bukan lagi perekor. Instruksi itu pun telah disebarkan dengan surat edaran yang telah ditandatangi Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang tertanggal 1 Agustus 2018.
Salah satu penjual ayam di Pasar Segiri Jalan Pahlawan, Mandariah mengaku, sampai saat ini belum pernah mendengar instruksi Pemkot Samarinda itu. Walaupun sempat ada isu yang beredar bahwa pemerintah bakal menetapkan sistem jual ayam dengan kiloan, namun tetap saja ia menilai hal tersebut tidak masuk akal.
“Pemerintah tidak masuk akal dengan menetapkan kebijakan seperti itu. Dan saya yakin teman-teman pasti banyak yang tidak setuju,” tutur dia, saat disambangi media ini di lapaknya di Pasar Segiri, Jumat (10/8) kemarin.
Menurut dia, sangat sulit menjual harga ayam dengan sistem kiloan. Karena kebanyakan para pedagang di pasar mengambil ayam dari pengepul. Dan pengepul sendiri mengambil ayam-ayam tersebut dari peternakan. Dari awal sistem pembeliannya memang menggunakan sistem per ekor.
“Masalahnya semua daerah di sekitar Samarinda mengambil ayam di sini, seperti Bontang, Tenggarong, Muara Ancalong, Sangatta dan beli pasti pakai sistem ekor bukan kiloan. Sekali ambil ayam bisa sampai 50 ekor, dengan jumlah sebanyak itu jika mau dihitung kiloan seperti apa?” tutur dia.
Belum lagi ada kekhawatiran pedagang yang akan merugi jika menjual dengan sistem kiloan. Mardaniah berkata, jika ayam telah bermalam, dengan artian tidak habis kemudian didinginkan menggunakan es batu, maka itu akan mempengaruhi bobotnya. Membuat timbangan ayam menjadi berkurang.
“Kalau timbangannya kurang kami lagi yang merugi, sudah untungnya tidak seberapa. Belum lagi orang-orang yang matanya tidak bisa terlalu jeli melihat angka di timbangan. Perlu tempat lagi untuk taruh timbangan,” keluh Mardaniah.
Kendati demikian, ia mengaku, untuk saat ini harga ayam sudah mulai turun. Ayam dengan ukuran sedang hanya dijual seharga Rp 45 ribu dan yang agak besar Rp 65 ribu. Kembali ke sistem awal sebelum lebaran.
Walaupun harga ayam sudah turun, ia berkata, masih minim pembeli karena di pasar kebanyakan yang membeli hanya ibu rumah tangga dengan hitungan satu hingga dua ekor ayam. “Beda dengan pengepul. Mereka langsung datang ke warung-warung jual banyak,” ungkap Mardaniah.
Menurunnya harga ayam ini, tutur dia, karena ada pasokan ayam dari Banjarmasin. Sehingga menambah pasokan ayam yang ada di Samarinda sendiri. “Kalau kemarin peternak keluarkan ayam sedikit-sedikit makanya harganya mahal. Sekarang sudah ada ayam dari Banjarmasin baru mereka keluarkan stoknya. Makanya harganya pun jadi turun,” ungkap dia.
Terpisah, salah satu penjual di Pasar Pagi, Eri mengatakan, ia tak masalah dengan adanya kebijakan tersebut. Selama pedagang tidak merugi. “Tidak apa-apa jika kami disuruh jual dengan sistem kiloan. Namun, kembali lagi penetapan harga kiloannya jangan sampai malah merugikan pedagang ayam. Pemerintah juga harus memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan kami,” ungkapnya.
Serupa dengan Mardaniah, ia juga mengaku, walaupun harga ayam sudah turun namun masih minim pembeli. Sehingga pedagang pun masih merasa kesulitan. “Itu banyak penjual ayam yang jualan Cuma sampai siang, tidak ada yang membeli,” ujarnya. (*/dev)
INFO HARGA SEMBAKO
Harga Sembako di Pasar Segiri
Nama Barang Pekan Lalu Pekan Ini
Daging Sapi Rp 125 ribu Rp 125 ribu
Daging Ayam Rp 50 ribu Rp 45 ribu
Bawang Merah Rp 38 ribu Rp 22 ribu
Bawang Putih Rp 38 ribu Rp 22 ribu
Cabai Rp 55 ribu Rp 30 ribu
Telor Rp 53 ribu Rp 48 ribu
Harga Sembako di Pasar Pagi
Nama Barang Pekan Lalu Pekan Ini
Daging Sapi Rp 125 ribu Rp 125 ribu
Daging Ayam Rp 50 ribu Rp 40 ribu
Bawang Merah Rp 40 ribu Rp 28 ribu
Bawang Putih Rp 40 ribu Rp 28 ribu
Cabai Rp 75 ribu Rp 40 ribu
Telor Rp 53 ribu Rp 48 ribu
Sumber Data: Dihimpun Metro Samarinda
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post