BONTANGPOST.ID, Jakarta – Peristiwa G30S PKI pada 30 September 1965 merupakan salah satu titik balik penting dalam sejarah Indonesia.
Gerakan yang dikenal sebagai kudeta oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini berusaha untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan menggantikan ideologi negara dengan komunisme.
PKI, yang saat itu adalah salah satu partai terbesar di Indonesia, memanfaatkan kekuatan militernya untuk menculik dan membunuh enam perwira tinggi TNI Angkatan Darat dalam sebuah gerakan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
Namun, rencana mereka gagal total dan justru berakhir dengan dibubarkannya PKI serta perubahan besar dalam politik Indonesia.
Perjalanan panjang PKI sebagai partai komunis di Indonesia dimulai pada tahun 1914 dengan nama awal Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV).
Namun, seiring berjalannya waktu, PKI mulai menarik banyak anggota dari kalangan masyarakat pribumi.
Pada tahun 1920, ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia Belanda dan akhirnya berubah menjadi Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924.
Sejak saat itu, PKI terus berkembang pesat hingga menjadi salah satu partai politik terkuat di Indonesia.
PKI sempat melakukan pemberontakan di Madiun pada tahun 1948, yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso.
Pemberontakan ini bertujuan menggulingkan pemerintah Indonesia dan mengganti Pancasila dengan komunisme.
Meski berhasil dipadamkan, PKI tetap menjadi kekuatan politik yang cukup besar di masa Orde Lama.
Kemudian, pada tanggal 30 September 1965, PKI melancarkan Gerakan 30 September (G30S), sebuah gerakan kudeta untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Soekarno.
Dengan dipimpin oleh DN Aidit, PKI mencoba menguasai pemerintahan melalui penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi militer.
Aksi penculikan dimulai di Jakarta pada malam 30 September 1965. Pasukan Cakrabirawa yang dipimpin oleh Letkol Untung melakukan operasi di bawah arahan DN Aidit.
Mereka menculik enam perwira tinggi militer di kediaman masing-masing, termasuk Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, dan Brigjen DI Panjaitan.
Sayangnya, upaya PKI untuk menangkap Jenderal AH Nasution tidak berhasil. Nasution berhasil melarikan diri dengan melompat dinding rumahnya, sementara ajudannya, Kapten Pierre Tendean, ditangkap dan dieksekusi karena dikira sebagai Nasution.
Jenazah keenam perwira tinggi militer tersebut akhirnya ditemukan di sumur dengan diameter kecil, di mana mereka dimasukkan bersama korban lainnya.
Setelah menemukan jenazah di Lubang Buaya pada 3 Oktober 1965, operasi militer pun dilancarkan untuk menumpas PKI.
DN Aidit, sebagai pemimpin PKI, ditangkap di Solo pada November 1965 dan dieksekusi mati keesokan harinya.
Peristiwa ini tidak hanya mengakibatkan tewasnya para perwira militer, tetapi juga menandai runtuhnya kekuatan PKI di Indonesia. Pada 12 Maret 1966, Presiden Soekarno secara resmi membubarkan PKI melalui Keputusan Presiden.
Peristiwa G30S PKI menjadi catatan kelam dalam sejarah Indonesia, di mana kudeta yang gagal ini berujung pada perubahan besar dalam lanskap politik.
Penghapusan PKI dari politik Indonesia dan tindakan militer yang lebih dominan menandai berakhirnya era Soekarno dan memulai kekuasaan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto.
Enam perwira yang gugur dalam peristiwa tersebut dikenang sebagai pahlawan revolusi yang berjuang mempertahankan keutuhan bangsa.
Di antaranya Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT Haryono, dan Brigadir Jenderal Sutoyo.
G30S PKI tetap menjadi peristiwa yang kontroversial dan diperdebatkan dalam sejarah Indonesia, tetapi yang pasti adalah bahwa kejadian ini menjadi titik balik yang mengubah arah perjalanan bangsa. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post