Menghidupkan budaya daerah dari masa ke masa menjadi mimpi besar yang ingin selalu ditumbuhkan Sanggar Apo Lagaan Samarinda. Terutama membumikannya dari generasi ke generasi, di tengah gempuran dunia modern saat ini.
DEVI NILA SARI, Samarinda
APO Lagaan merupakan sanggar seni yang berkiprah dalam kesenian tradisional Dayak Bahau. Sanggar tari yang didirikan semenjak tahun 2007 ini, memiliki anggota aktif sebanyak 15 orang. Kebanyakan dari mereka merupakan anak muda.
Ketua Sanggar Apo Lagaan Samarinda, Adrianus Liah didampingi pengurus operasional, Arbiansyach Jueng mengatakan, keanggotaan dari sanggar tempat dia berkecimpung memang mempriotaskan anak muda. Namun ada juga di antara mereka yang telah berusia dewasa.
Selain itu, di Sanggar Apo Lagaan juga terdapat anak-anak. Namun untuk anak-anak, Sanggar Apo Lagaan menyediakan tempat latihan tersendiri yang diberi nama Apau Punyaat. Kata dia, dibentuknya Apo Lagaan bertujuan untuk melestarikan seni budaya, seperti seni tari dan musik. Terutama yang berasal dari Dayak Bahau.
“Kami memang lebih banyak mengeksplor budaya terutama dalam bidang seni tari dan musik untuk diperkenalkan kembali ke generasi muda. Jadi, tujuan awal dibentuknya sanggar seni ini sampai sekarang masih tetap sama,” Arbi disambangi Sanggar Seni Apo Lagaan di Jalan Siti Aisyah, Jumat (18/5) kemarin.
Dia menjelaskan, kata Apo Lagaan sendiri berarti kayangan, atau yang berarti tempat tinggal para dewa. Atau yang juga dikenal sebagai surga. “Melalui sanggar ini, kami ingin melestarikan budaya Dayak Bahau, yang merupakan salah satu suku asli di Kaltim,” katanya.
Dia menyebut, sejak didirikan beberapa tahun lalu, Sanggar Seni Apo Lagaan tidak pernah sepi peminat. Meskipun jumlah mereka yang datang untuk mempelajari seni tari dan musik di tempat tersebut tidak terbanyak. Layaknya sanggar lain di Samarinda.
“Sejak saya menjabat, jika dikatakan peminatnya berkurang juga tidak, bertambah juga tidak, peminatnya masih stabil. Masih banyak generasi muda yang berminat untuk belajar seni budaya,” kata dia.
“Hal itu wajar, karena sanggar ini bukanlah sanggar yang dibentuk untuk keperluan manggung atau kompetisi semata. Kami memang tidak banyak membuat kreasi tari seperti untuk dance company. Sanggar ini adalah tempat untuk belajar dan mengenal seni budaya,” tambahnya.
Selain itu, dia mengatakan, Apo Lagaan juga pernah go internasional. Mereka pernah mempertunjukkan kesenian tari dan musik di beberapa negara. Menurut dia, hal itu menjadi kebangaan bagi pihaknya bisa mengenalkan budaya khas Kaltim di mata dunia.
“Kami pernah ke Cina, Singapura, Belanda, Amerika Serikat, Jerman, India, Perancis, dan masih banyak lagi. Namun, untuk event lokal seperti Festival Mahakam dan Festival Kemilau kami hanya kadang-kadang saja mengikuti” ujar dia.
Arbi mengatakan, sanggar tari yang dia urus tersebut terbuka untuk umum, bagi mereka yang ingin belajar budaya terutama kesenia Bahau, bisa bergabung kapan saja. “Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar dan mengenal kesenian Bahau,” ujarnya.
Namun, dia menuturkan untuk saat ini peminat sanggar seni tersebut masih sebatas kaum muda Mahakam Ulu. “Walau begitu, bagi generasi muda yang berminat belajar seni khususnya kesenian Bahau silahkan datang ke Jalan Siti Aisyah Gang 14, Samarinda,” tandasnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post