SAMARINDA – Tanggung jawab PT Bukit Baiduri Energi (BBE) terhadap kematian Ari Wahyu (12) di lubang tambang yang berlokasi di Desa Bukit Raya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), masih menyisakan tanda tanya. Pasalnya, perusahaan tersebut diduga belum menyalurkan bantuan pascakematian pelajar itu.
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun mengatakan, pimpinan PT BBE selaku pemilik lubang yang digunakan anak-anak untuk mandi di Desa Bukit Raya, perlu dipanggil untuk dimintai keterangan.
“BBE harus bertanggung jawab dong. Pimpinannya harus dipanggil. Walaupun mereka mengatakan sudah melakukan sesuatu, tetapi tetap dipanggil dan dimintai pertanggungjawaban,” tuturnya belum lama ini.
Kata Samsun, perusahaan itu mesti didesak untuk bertanggung jawab. Sebab hingga kini belum ada kejelasan terkait tali asih terhadap kaluarga almarhum. Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, akan mengomunikasikan wacana tersebut pada Komisi III DPRD Kaltim.
“Nanti perusahaan itu bisa dipanggil Komisi III. Dalam waktu dekat, saya akan sampaikan ke Pak Agus. Harapannya BBE bisa segera dipanggil,” ungkapnya.
Sebelumnya, Metro Samarinda meminta keterangan anggota keluarga almarhum Ari. Namun sanak famili pelajar kelas tujuh itu tak bersedia memberikan komentar.
Kepala Desa Bukit Raya, Sutardi mengaku, belum mendapatkan laporangan terkait bantuan yang diberikan pada keluarga korban. Alasannya, pasca meninggalnya Ari, pimpinan di desa itu bertugas di luar kantor.
“Nanti saya minta dulu laporan dari staf. Setahu saya sudah ada kemarin bantuan setelah penguburan almarhum. Tetapi kepastiannya nanti yah,” imbuhnya.
Kematian Ari menambah daftar korban di lubang tambang batu bara. Berdasarkan catatan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, sejak 2011 lalu, sudah 31 nyawa melayang di eks tambang itu.
Dari penelusuran media ini terhadap keterangan saksi mata, Ardian Bayu Saputra (12), kejadian nahas itu berlangsung pada pukul 14.00 Wita. Almarhum bermain bersama delapan anak lainnya.
“Kami baru pertama kali mandi di sana. Jumlah kami ada sembilan orang. Tetapi yang berenang hanya enam orang,” ungkapnya.
Almarhum berenang bersama Ardian, Adit, Fiki, Tola, dan Denis. Sedangkan Agung, Dwi, dan Arman, berdiri di pinggir lubang bekas tambang yang berukuran sekira lima meter itu.
Ari berenang di tengah lubang tambang yang kedalamannya sekira satu meter itu. Berselang 20 menit setelah berenang, buah hati Anton itu meminta tolong kepada temannya. Denis berusaha menyelamatkan pelajar yang duduk di kelas tujuh itu.
“Dia sempat menarik tangannya Denis. Tetapi enggak bisa (diselamatkan). Karena sudah tenggelam,” jelasnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post