“Komunikasi sekarang masih paralel. Kami masih butuh melakukan evaluasi. Tapi satu hal yang harus diketahui, dalam komunikasi politik itu tidak diakhir dengan titik, tapi selalu tanda koma. Makanya politik ini dinamis.” Hadi Mulyadi, Anggota Majelis Dewan Syuro DPP PKS
SAMARINDA – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kaltim belum ingin terburu-buru menentukan sikap politik di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2018 mendatang. Begitupun dengan gerbong politik mana yang nanti akan jadi kawan koalisi.
Anggota Majelis Dewan Syuro DPP PKS Hadi Mulyadi mengatakan, di legislatif Karang Paci, partai tempatnya bernaung hanya memiliki keterwakilan empat kursi. Sementara syarat maju di Pilgub minimal harus diusung sebelas kursi.
Melihat situasi itu, PKS menurutnya cukup sadar diri dan tidak ingin memasang target yang muluk-muluk menghadapi pesta demokrasi di tanah Borneo. Kendati demikian, komunikasi politik dengan sejumlah partai tetap dilakukan. Baik itu dengan PKB, PAN, PAN dan Gerindra.
Sementara dengan PDI Perjuangan, bagi Mulyadi peluangnya cukup kecil. Pasalnya, partai moncong putih tersebut telah memiliki gambaran politik sendiri di Pilgub Kaltim 2018. Begitupun dengan Partai Golkar.
“Komunikasi dengan partai lain belum membuahkan hasil. Semisalnya pun PKS berkoalisi dengan Gerindra, kan masih kurang kursinya. Kami ingin maju dengan kepastian bisa menang. Begitupun dengan pasangan nantinya,” kata Mulyadi belum lama ini.
Ia menyebut, bila keinginan maju di pilgub sekedar meramaikan pesta lima tahunan di Benua Etam, maka PKS dipastikan tidak akan bisa berkomunikasi lebih jauh dengan partai manapun itu, apalagi mendeklarasikan diri sejak dini. Selain itu, pada pilgub ini PKS ingin melakukan kajian dan menghitung setiap peluang supaya bisa menang.
“Kan tahu sendiri, selain PDI Perjuangan dan Golkar, maka minimal harus ada tiga partai yang berkoalisi supaya bisa maju di Pilgub. Mengumpulkan itu tentu tidak gampang. Yang satu cocok, tapi yang lain belum tentu,” tuturnya.
Anggota DPR RI ini juga enggan memutuskan terlalu dini dengan siapa idealnya PKS berkoalisi. Menurutnya, saat ini semua partai sedang membangun komunikasi politik. Karena itu dinamika politik masih belum bisa tentukan arahnya.
“Komunikasi sekarang masih paralel. Kami masih butuh melakukan evaluasi. Tapi satu hal yang harus diketahui, dalam komunikasi politik itu tidak diakhir dengan titik, tapi selalu tanda koma. Makanya politik ini dinamis,” sebutnya.
Lebih lanjut, diakui politisi yang pernah duduk di Karang Paci ini, secara khusus PKS aktif membangun komunikasi dengan mantan Bupati Kutai Timur Isran Noor maupun dengan Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Yusran Aspar. Namun dari komunikasi selama ini belum ada yang mengerucut dalam sikap politik resmi. “Seperti apa kelanjutannya, nanti kita lihatlah. Tahapan pilgub inikan juga masih cukup panjang,” ujarnya.
Sebagai salah satu kandidat yang digadang-gadang mewakili PKS di Pilgub Kaltim, Hadi Mulyadi membeberkan, berdasarkan hasil survei dilakukan dia, elektabilitas antara Isran dan Yusran, maka masih lebih tinggi dirinya. Begitupun ketika dipasangkan dengan kedua nama itu, tingkat elektabilitasnya tidak jauh berbeda. “Semua punya peluanglah,” tandasnya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post