SAMARINDA – Meski Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2018 menempatkan pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Andi Sofyan Hasdam-Rizal Effendi di posisi terbawah, namun Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golongan Karya (Golkar) Kaltim tak ingin dibayangi kekalahan tersebut. Bahkan sebagai wujud move on, Golkar mengusung misi besar kembali memenangkan kursi Ketua DPRD Kaltim di Pemilu Legislatif (Pileg) 2019.
Wakil Bendahara DPD I Golkar Kaltim, Rinda Handayani Karhap mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan strategi khusus untuk tetap mempertahankan kursi mayoritas di DPRD Kaltim. Pasalnya, pengurus Golkar Kaltim telah melakukan evaluasi di balik kekalahan di Pilgub Kaltim.
Selain itu, terdapat perbedaan yang mendasar antara pertarungan politik di pemilihan kepala daerah dan pileg. “Jadi hasil di pilkada bukan tolok ukur di pileg. Apalagi Golkar itu partai yang infrastrukturnya kuat. Artinya dinamis dan hantaman badai apapun yang terjadi, Golkar akan tetap solid,” ucapnya.
Begitu juga dengan kasus tersanderanya sejumlah kader dalam kasus korupsi. Golkar belajar dari fenomena tersebut. Sehingga pihaknya mengusung kader-kader yang dapat dipilih dan mewakili harapan masyarakat Benua Etam.
“Tentunya kami sudah melakukan seleksi terhadap bacaleg (bakal calon legislatif, Red.). Yang diusung ya figur-figur yang kami anggap mampu mendulang suara di daerahnya masing-masing,” jelas Rinda.
Seleksi calon, lanjut dia, dilakukan secara profesional dan ketat. Rinda mencontohkan, Dayang Donna Faroek yang notabenenya putri Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak tidak mendapat nomor urut yang “spesial.”
“Artinya ada tahapan-tahapan yang wajib dilewati oleh setiap caleg. Jadi sudah ada kriteria dengan kualitas dan indikator tertentu yang harus dipenuhi untuk menjadi caleg di Golkar. Karena itu akan berpengaruh pada kemenangan di pileg,” ungkapnya.
Jika di Pileg 2014 partai berlambang beringin tersebut mendapatkan 13 kursi, maka di Pileg 2019 pihaknya menargetkan untuk meraih 17 kursi di gedung Karang Paci. Khusus di daerah pemilihan (dapil) satu Samarinda dan enam Bontang, Kutai Timur, dan Berau, Golkar menargetkan perolehan kursi mayoritas.
“Karena di dapil enam itu ada Pak Makmur, Mahyunadi, dan saya sendiri. Di Samarinda kami menempatkan figur-figur yang bagus. Target kami di dapil satu dan enam masing-masing dapat enam kursi,” tuturnya.
Pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Budiman mengatakan, Golkar memiliki pengalaman panjang dalam menghadapi pemilu. Karenanya, terdapat modal politik untuk menyongsong Pileg 2019.
“Golkar sudah memiliki modal politik dan sejarah. Walaupun bermunculan partai baru, tetapi Golkar tetap eksis. Artinya apa? Golkar ini punya modal dasar untuk pemilu. Ada yang bisa diunggulkan,” ucapnya.
Budiman menyebut, salah satu sebab kekalahan Golkar di pilkada karena sentralisasi pengambilan keputusan. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) mengusung Andi Sofyan Hasdam yang notabenenya tidak dipilih secara mayoritas oleh masyarakat, pengurus di tingkat provinsi, dan pengurus partai di kabupaten/kota.
“Karena Sofyan tidak muncul dari bawah. Makanya pilkada kemarin bukan pertarungan masyarakat Kaltim. Makanya ada gejolak di bawah. Karena terpusatnya pengambilan kebijakan partai politik,” ungkapnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post