oleh
Drs H Alit Abdurahim
Ketua PD Muhammadiyah Kutai Timur Periode 2010-2015
Kita bersyukur masih bisa dipertemukan kembali dengan bulan yang penuh rahmat, bulan yang penuh maghfirah, bulan yang penuh dengan keberkahan. Bulan yang kedatangannya sangat dirindukan oleh umat yang beriman dan bulan yang ditangisi kepergiannya.
Ibadah puasa adalah ibadah mahdoh yang merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran Surat Albaqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertaqwa”.
Seyogianya ibadah puasa tidak semata-mata dipandang sebagai kewajiban saja, akan tetapi dengan melaksanakan puasa harus ada value (nilai) yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada efek/pengaruh dalam kehidupan di masyarakat. Kita yakini bahwa setiap melaksanakan perintah Allah Swt.
tidak sebatas ketaatan seorang hamba terhadap kholiknya, akan tetapi ada value yang bermanfaat bagi manusia. Sebagaimana para ulama mengatakan bahwa: “Tidak semata-mata Allah memerintahkan sesuatu kecuali hal itu bermanfaat bagi yang diperintah, sebaliknya Allah tidak semata-mata melarang sesuatu, kecuali hal itu akan berakibat buruk bagi diri yang diperintah”.
Begitu juga ketika Allah Swt.
memerintahkan kepada orang yang beriman untuk melaksanakannya, tidak hanya sekedar dipandang sebagai kewajiban saja. Sebab kalau puasa dipandang hanya sebagai kewajiban saja tentu hanya sebatas ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt.
Sehingga dengan telah melaksanakan ibadah puasa, maka telah selesai dan gugur kewajiban sebagai seorang yang beriman. Padahal goal yang harus dicapai adalah ketaqwaan. Untuk itulah supaya puasa ini memberikan makna dan memberikan efek dalam kehidupan ada beberapa nilai yang harus kita ambil, diantaranya adalah:
Pertama, dengan puasa Allah Swt memberikan pendidikan kepada manusia untuk senantiasa memelihara pola hidup sehat. Baik sehat jasmanai maupun sehat rohani. Dengan melaksanakan puasa, maka aktifitas organ-organ pencernaan berkurang, sehingga memberikan kesempatan kepada tubuh untuk menghilangkan bahan-bahan makanan yang berlebihan serta memperbaiki organ tubuh yang rusak. Para ahli kedokteran mengatakan bahwa: “Penyakit sering bersumber dari pencernaab nutrien yang tidak sempurna dalam satu atau beberapa tahap pencernaan (dikutip dari kompasiana.com)”.
Puasa merupakan salah satu cara membersihkan tubuh dari lemak-lemak berpenyakit maupun dari makanan yang tidak bermanfaat di dalam tubuh. Tubuh selain membutuhkan konsumsi makanan, juga perlu dibersihkan dari berbagai zat kimia yang akan merusak anggota tubuh itu sendiri diantaranya mengurangi asupan makanan.
Maka tak heran jika dalam dunia kesehatan puasa dijadikan salah satu terapi, bahkan Ibnu Sina (bapaknya ilmu kedokteran) selalu menharuskan setiap pasien yang datang kepadanya untuk berpuasa selama tiga minggu. Nabi Muhammad bersabda: “Shumu tashihhu, puasalah niscaya kamu akan sehat” (Hadist riwayat At Thabrani).
Makanan juga merupakan sumber penyakit, apabila tidak bisa mengontrolnya. Semakin banayak makanan yang kita asupkan, maka peluang brepenyakit semakin besar. Kita lihat orang-orang dulu yang macam makanannya terbatas, maka penyakit yang timbul juga terbatas.
Sedangkan zaman sekarang dengan bermacam-macam makanan yang ada, maka penyakit yang timbul juga semakin kompleks. Dengan berpuasa, maka asupan makanan semakin selektif dan terbatas. Hal ini yang digariskan dalam Quran surat Al Araf ayat 31: “Kulu wasrobu wala tusrifu”.
Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan.
Selain menjaga kesehatan jasmani, puasa juga menjaga kesehatan rohani. Berpuasa bukan hanya menahan diri dari makanan, minuman dan syahwat. Akan tetapi juga harus dijaga dari perilaku-perilaku yang akan mengurangi terhadap pahala puasa. Diantara perilaku yang akan mengurangi pahala puasa adalah penyakit rohani seperti: berbohong, iri, dengki, fitmah, ghibah dan emosional.
Sebab jika puasa hanya menahan dari makan, minum dan syahwat saja, sementara penyakit-penyakit rohani kita biarkan, maka puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, sedangkan secara pahala kita tidak mendapatkannya. Hal ini nabi tegaskan: “Kam min shoimin laisa lahu min shiamihi illal ju’ wa alattsu” banyak umatku yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.
Penyakit rohani lebih berbahaya dari penyakit jasmani, karena kalau penyakit jasmani ada dokternya sedangkan penyakit rohani tidak ada dokternya. Jadi untuk menyembuhkannya, dikembalikan kepada manusianya itu sendiri.
Kedua, dengan puasa Allah telah memebrikan pendidikan kepada manusia untuk senantiasa berdisiplin diri. Baik disiplin dengan waktu maupun disiplin dengan aturan. Disiplin waktu, dalam puasa sudah jelas waktunya di mulai sejak terbit fajar (waktu shalat subuh) sampai terbenam matahari (waktu shalat maghrib).
Islam sangat mengahargai sekali waktu. Banyak ayat-ayat Alquran yang membahas tentang waktu. Dalam Islam orang yang menyia-nyiakan waktu termasuk orang yang merugi, kecuali orang yang beriman, orang yang produktif dan orang yang saling mengingatkan.
(Quran surat Al Ashar).Saking berdisiplinnya dalam berpuasa ketika tiba waktunya berbuka (iftor) disunatkan untuk menyegerakan berbuka puasa. Tidak boleh hanya karena masih kuat (belum lapar), sehingga menunda-nunda untuk berbuka. Begitu disiplinnya dalam hal waktu, sehingga kedisiplinan ini bisa dipraktekan dalam kehidupan, baik dalam bermasyarakat maupun dalam lingkungan kerja.
Disiplin aturan, dalam puasa sudah jelas apa saja yang membatalkan puasa, apa saja yang diwajibkan bagi orang yang berpuasa dan apa saja amalan-amalan yang disunahkan bagi orang yang berpuasa. Ini semua adalah aturan-aturan yang harus ditaati oleh orang yang berpuasa. Dalam kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan kerja misalnya masih banyak orang bekerja rajin karena ada atasan, ketika tidak ada atasan bekerja leha-leha.
Orang masih banyak melanggar aturan-aturan lalu lintas padahal sudah ada tanda-tanda larangan. Baru disiplin aturan lalu lintas manakala ada polisi. Bagi orang yang berpuasa aturan-aturan yang ada di masyarakat maupun di tempat kerja senantiasa berdisiplin baik ada yang mengawasi ataupun ridak ada yang mengawasi.
Ketiga, dengan puasa Allah telah memberikan pendidikan kepedulian sosial. Orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga kurang lebih 14 jam (mulai terbit fajar sampai terbenam matahari) tentu ada efek merasakan letih.
lemah. Itu terasa hanya 14 jam, sementara ada saudara kita (fakir dan miskin) yang mungkin bukan hanya 14 jam mereka “menderita” bisa saja sehari, dua hari atau bahkan lebih mereka tidak menemukan makanan.
Harapannya adalah timbul rasa empati terhadap sesama (terutama terhadap fakir miskin), keinginan rasa saling membagi kepada sesama. Dengan demikian bisa mengurangi disparitas/kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Sementara ini kalau kita lihat masyarakat di Indonesia sangat jauh ketimpangannya.
Kalau ada urutan orang terkaya di Asia pasti ada 2 atau 3 orang Indonesia, sementara masih banyak kita temukan orang-orang yang hidup di daerah kumuh dan kolong jembatan. Jadi ibadah puasa tidak hanya berdimensi individual tetapi juga berdimensi sosial.
Kepedulian sosial ini juga merupakan barometer kesempurnaan imannya seseorang. Nabi mengatakan: “La yu’minu ahadukum min baata sabaana wa jaairuhu jaa’iun ilaa jaanibihi” yang artinya: “Tidak sempurna imannya seseorang yang tidurnya sebab kekenyangan oleh makanan, sedangkan tetangganya lapar dibiarkan padahal dia tahu bahwa tetangganya itu sedang lapar”. (HR Bukhari).
Dari uraian di atas jelas bahwa jika ibadah puasa itu sesuai dengan harapan Allah Swt. maka akan melahirkan manusia yang sehat jasmani maupun rohaninya, berdisiplin sehingga melahirkan etos kerja dan kepedulian sosial untuk pengentasan kemiskinan. Jika hal ini dilaksanakan setidaknya kita membantu pemerintah dalam bidang pembangunan sumber daya manusia. Wallohu bisawab. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post