bontangpost.id – Warga perkotaan besar lebih cenderung mengalami stres dan kecemasan. Namun, gangguan mental yang sama juga dapat dialami ratusan warga yang tinggal di daerah kecil di Kaltim, seperti di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
“Rata-rata per bulan kami menerima 150 pasien dengan tiga besar penderita gangguan jiwa, yaitu skizofrenia, depresi sedang, depresi berat,” kata dr Andi Asri Arief, SpKj, dokter psikiatri Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Aji Putri Botung (RAPB) PPU, Rabu (1/11).
Pemicu gangguan mental ini, kata dia, disebabkan beragam faktor, seperti tekanan ekonomi dan terbatasnya akses terhadap informasi. Juga stigma bahwa datang ke psikiater di rumah sakit terkesan hanyalah untuk orang gila.
”Nah, perlu edukasi ini, bahwa datang ke psikiater itu tentu bukan orang gila,” katanya.
Dikatakannya, jumlah pasien yang dia tangani itu hanya kecil. Jumlah penderita gangguan jiwa jauh lebih besar di luar dan tidak berobat secara khusus. Selama ini, ujarnya, pasien yang datang ke ruang kerjanya karena dirujuk poli lain.
“Ya itu tadi, mereka yang berada di masyarakat tak mau berobat akibat terkendala stigma datang ke psikiater dianggap orang gila,” ujarnya.
Ditemui di sela-sela melayani pasien kemarin, dokter yang mulai bekerja di RSUD RAPB PPU pada 2019 itu mengungkapkan, pasien yang dia tangani rata-rata usia remaja hingga dewasa itu mengalami gangguan mood, yaitu masalah mental yang memengaruhi keadaan emosi seseorang. Kemudian, gangguan cemas menyeluruh, fobia (perasaan takut berlebihan), dan depresi.
“Ada juga pasien yang mengalami gangguan proses pikir, misalnya, mendengar suara-suara dalam pikiran yang tak sesuai dengan keyakinan atau agama yang dia anut. Dalam bahasa kami itu disebut waham,” ujarnya.
Dalam bahasa lainnya adalah delusi, yaitu sebuah keyakinan salah yang dipegang teguh atau terus-menerus, tetapi tak sesuai kenyataan.
“Ada pula pasien yang salah di dalam mempersepsikan halusinasi, padahal yang mereka alami adalah gangguan fantasi,” ujarnya.
Halusinasi, beber dokter perempuan ini, gangguan pengalaman seseorang mendengar, merasakan, mencium, atau melihat hal-hal yang tidak ada. Adapun fantasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan khayalan.
Pasien yang ditanganinya, kata dia, mayoritas akibat multifaktor. Di dalam proses penyembuhannya, ia mengamatinya secara biopsikososial, meliputi kepribadian dan lingkungan pasien yang dihubungkannya dengan tingkat kasus yang dialaminya.
“Spiritualnya juga bisa berperan terhadap berkembangnya suatu masalah yang dihadapi pasien,” tuturnya.
Pencegahan agar terhindar dari gangguan mental ini, kata dia, dimulai pola asuh anak dan lingkungan, karena pola asuh yang baik dan tepat sejak dini bakal berpengaruh pada kesehatan mental yang baik.
Di samping itu, lingkungan yang baik turut membantu penderita gangguan mental dapat mengatasinya dengan baik.
“Dukungan orang sekitar juga baik untuk penyemangat pada penderita gangguan mental,” tegasnya. (ari/far/k16)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post