Biodata Pribadi
Nama : Sefteanus
TTL : Loa Tebu (Kukar) 5 September 1996
Nama Ayah : Ahen Alung
Nama Ibu : Uyang Ujuk
Tempat Pelayanan : Gereja Oikoumene Persekutuan Kristen Bontang, PT Badak NGL
Rutinitas yang padat dilalui oleh Sefteanus sebagai penginjil di Gereja Oikoumene Persekutuan Kristen Bontang di komplek PT Badak NGL. Namun, ia memiliki passion terhadap anak muda di dalam segala bentuk pelayanannya.
—
MENAPAKI usia muda banyak orang yang enggan untuk menyerahkan segenap hidupnya untuk menjadi seorang penginjil. Namun, bukanlah demikian dengan Sefteanus, pria berumur 21 tahun ini lebih memilih untuk menjadi Hamba Tuhan full-time karena keterpanggilan akan pentingnya pemberitaan firman Tuhan saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). “Ini kewajiban semua orang. Injil penting untuk dibagikan kepada siapa pun,” kata Sefteanus.
Pemaparan tersebut sesuai dengan nats yang terdapat dalam Efesus pasal ayat 10 dan Matius pasal 28 ayat ke-9 dan 10, di mana setiap orang hendaknya memiliki kesadaran sebagai membagikan firman. Diakuinya, semangatnya untuk menjadi seorang pendeta didukung oleh orang tua.
“Mereka sangat mendukung dengan senang hati. Mereka memberikan dorongan juga dan motivasi sebagai bentuk dukungan mereka,” tambahnya.
Dengan yang padat ia jalani tiap harinya mulai dari melakukan renungan setelah bangun tidur lalu terjun melayani di organisasi gereja baik di komisi pemuda, remaja, sekolah minggu, persekutuan kaum bapak serta kaum ibu. Belum lagi pada waktu malam hari mempersiapkan pelayanan keesokan harinya.
“Ya seperti itu tetapi ada waktu juga untuk berkomunikasi dengan keluarga,” ujarnya.
Penginjil yang masih menempuh studi di Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong (STTT) ini memiliki passion terhadap generasi muda. Ia merasa prihatin dengan kondisi pemuda yang tidak menjadikan Tuhan sebagai fokus utama.
Menurutnya, pemuda Kristen masa kini tergila akan kecanggihan teknologi dibandingkan dengan pengetahuannya akan firman. Sehingga, generasi penerus ini tidak dapat mengontrol dirinya ketika berada dalam konteks persekutuan di gereja.
“Pemuda Kristen pada umumnya sulit membedakan memanfaatkan teknologi atau dimanfaatkan teknologi? Nilai keagamaan diabaikan demi mengejar nilai teknologi, sehingga gereja menjadi tempat yang aneh atau asing bagi mereka,” paparnya.
Tantangan lain ketika melayani di komisi pemuda sehubungan dengan pergaulan hidup yang di luar batas. Fenomena seks bebas yang terjadi beberapa waktu ini merupakan salah satu keprihatinannya untuk mengarahkan pemuda sesuai dengan konsep hidup yang benar.
Pria kelahiran Loa Tebu ini mengingatkan kepada para pemuda Kristen untuk menjaga tubuhnya sesuai dengan ajaran Roma 12:1-2, 13:13, serta 1 Kor 6:13. “Seks bebas ini menjadi tantangan iman pemuda saat ini,” ungkap anak dari Ahen Alung ini.
Beragam cara dilakukannya untuk mendekatkan diri terhadap generasi pemuda Kristen salah satunya ialah aktif dalam berkhotbah serta mendekati pemuda guna membangun relasi. Itu dilakukan agar mudah mengajak dan memberikan pemahaman yang jelas tentang pergumulan pemuda.
“Melibatkan mereka dalam pelayanan gereja seperti main musik, pimpin ibadah, dan lain-lain. Melaksanakan ibadah yang bervariasi contohnya ibadah padang, youth camp, ret-reat, dan pendalaman Alkitab (PA),” katanya.
Dalam penyampaian khotbahnya, ia kerap menggunakan metode tekstual (berdasarkan teks) dan eksegesis (mengeluarkan makna kata dari bahasa asli). Di hari sumpah pemuda ini ia berpesan kepada para penerus tongkat estafet gereja agar berpegang teguh terhadap dasar negara serta sang pencipta.
“Jadilah pemuda yang menghormati hari sumpah pemuda, pancasila, UUD, dan Tuhan. Manfaatkan kecerdasan untuk memberikan manfaat kepada bangsa, negara dan Tuhan,” tukasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: