“AKSI ranjang” bagi Tejo — bukan nama sebenarnya — sudah seperti makan. Sehari tiga kali. Bahkan lebih. Begitu lah kegiatannya dalam berhubungan suami istri. Ada kesempatan, sikat. Pagi, sebelum berangkat kerja, dia minta “jatah” dulu pada istrinya, sebut saja Surti.
Hari beranjak siang, saat jam istirahat, Tejo segera pulang ke rumah. Setelah makan siang, kembali minta “jatah”. Sebelum kembali bekerja. Perkasa memang si Tejo ini. Pulang kerja, eh, minta lagi. Tak langsung mandi, dia beri kode kepada istri, “Mah, pengen”.
Malam juga begitu. Seakan tak ada henti tiap hari. Surti harus melayani hasrat Tejo yang tinggi. Sah-sah saja sebenarnya dalam hubungan suami-istri. Surti pun selalu melayani kebutuhan suaminya dengan baik.
Sayang, lama-kelamaan Surti tak kuat. Lelah dia dengan hasrat suami. Sampai akhirnya memilih minggat dari rumah. Yang dilanjutkan dengan gugatan cerai kepada suami di Pengadilan Agama (PA) Samarinda.
“Ya, ada kasus begitu (karena istri lelah melayani hasrat suami yang tinggi). Kasusnya sudah diputus cerai. Waktu itu, kasusnya di Samarinda. Pas saya tugas di sana,” kata Panitera PA Bontang, H Mursidi.
Kasus perceraian karena pemicu tingginya hasrat seksual suami seperti ini memang terbilang langka. Tetapi benar-benar ada. (mga/pro/one/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post