SANGATTA – Pelakor, alias perempuan perebut suami orang, ternyata sangat meresahkan para perempuan di Kutim. Beberapa kejadian yang sempat tersiar tentang retaknya rumah tangga karena pelakor di Kutim memang sempat membuat heboh.
Terdapat beberapa kejadian pertikaian rumah tangga di Kutim yang terpantau oleh media ini. Namun, tidak sampai ke ranah hukum. Bahkan, satu kejadian sempat direkam oleh warga, saat seorang istri memergoki suaminya yang sedang bersama pelakor di suatu cafe di Kecamatan Sangatta Utara beberapa waktu lalu. Peristiwa itu sempat menjadi viral di media sosial.
Kejadian ini yang sempat tersorot masyarakat. Belum lagi keluhan di beberapa media sosial yang disebarkan di forum Sangatta.
Asisten I Setkab Kutim Mugeni mengatakan pelakor di Kutim yang terdengar aksinya saat ini jumlahnya masih sedikit. Meski memang, keberadaannya tetap harus diwaspadai. Namun, hal itu bukan sepenuhnya menjadi sumber keretakan rumah tangga. Banyak faktor lainnya.
“Tidak sepenuhnya keretakan rumah tangga disebabkan pelakor. Kejadian perselingkuhan di rumah tangga juga sebenarnya disebabkan para suami yang tergoda, sehingga dia yang memulainya,” ujar Mugeni, usai menjadi pemateri suatu acara seminar tentang waspada terhadap pelakor, di Komplek Bukit Pelangi, Sangatta Utara, Selasa (10/4).
Dia mengimbau agar perempuan yang sudah berumah tangga di Kutim harus pandai merawat dan mempercantik diri.
“Kalau istri di rumah cantik, tentu suami akan senang. Tapi kalau istri sudah malas mempercantik diri untuk suaminya, maka jangan salahkan bila pasangannya tergoda oleh perempuan yang cantik di luar rumah,” paparnya.
Ketua Bidang Sosial Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kutim, Amanah mengatakan belakangan ini pelakor mulai marak membuat resah para ibu rumah tangga di Kutim. Meski jumlahnya sedikit, tapi beberapa kasus yang terjadi membuat para perempuan resah ketika mendengarnya.
“Bagi para pelakor di Kutim, kami minta sebaiknya cari saja lelaki yang belum memiliki istri. Jangan mendekati suami orang lain, karena itu membuat rumah tangga orang berantakan,” kata Amanah meminta kepada para pelakor.
Sebelumnya, Bupati Kutim Ismunandar mengaku sudah tidak asing lagi dengan kata pelakor. Bahkan dirinya dengan lancar menyebutkan kata tersebut.
“Sekarang yang wanita bukan selingkuh lagi namanya. Tetapi pelakor atau perebut laki orang,” kata Ismunandar belum lama ini.
Dirinya mengaku, laporan pelakor hingga akhir 2017 ini mengalami penurunan. Tidak seperti sebelumnya.
“Alhamdulillah sudah berkurang laporan anggota Korpri,” katanya.
Tak ingin kasus ini marak di Kutim, dirinya langsung memerintahkan sekda untuk mendata laporan tersebut. Jika benar maka karirnya akan terancam.
“Saya ingatkan kepada sekda, kalau ada anggota Korpri suami atau istri yang ceraikan maka diancam jabatannya sedang sedang saja,” kata Ismu.
Lebih mendalam, Valakor atau Pelakor adalah perebut pasangan lelaki atau perebut suami orang lain. Istilah baru buat pemicu keributan.
Lazimnya, istilah ini digunakan untuk menyebut para wanita yang menjadi orang ketiga dalam hubungan rumah tangga seseorang.
Terlepas dari kata pelakor, sebenarnya lebih dulu juga sudah ada istilah untuk menggambarkan seorang wanita yang menjadi orang ketiga.
Dulu, istilahnya adalah WIL, atau wanita idaman lain. Sementara jika pelakor, alias perebut lelaki orang, si wanita terkesan jahat karena berusaha merebut, memiliki yang bukan haknya. (dy)a
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: