Kisah Inspiratif Warga Bontang: H Muh Zubair Muin (172)
Bagi Zubair, setiap pekerjaan dan jabatan yang diemban harus benar-benar ditekuni. Tak heran bila setiap amanah yang diberikannya kepadanya berujung pencapaian prestasi yang membanggakan. Bukan hanya di tingkat lokal Bontang atau Kaltim, Zubair juga sukses mencatatkan prestasi di tingkat nasional.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Berbekal keahlian dalam memperbaiki mesin ketik dan berbagai alat elektronik, Zubair muda merantau ke kota Dili, Timor Timur (sekarang Timor Leste) selepas lulus SMA tahun 1987. Di Dili, dia mulai menjalankan usahanya sebagai tukang servis keliling. Dari rumah ke rumah, dari desa ke desa, Zubair menawarkan jasanya.
“Di kota ini saya bertemu dengan tambatan hati yang kemudian menjadi istri saya, Zusana. Kami menikah di tahun 1998,” kenang Zubair saat bertandang ke kantor Bontang Post, Selasa (21/2) kemarin.
Namun gejolak yang terjadi di Timor Timur kala itu membuat kedamaian hidup Zubair bersama keluarganya terancam. Ketika akhirnya Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia, mau tak mau memaksa Zubair dan istri mesti kembali ke kampung halaman mereka di Makassar.
Akan tetapi darah perantau yang mengalir dalam tubuh Zubair membuatnya tak betah berlama-lama berada di kampung halaman. Makanya dia pun kembali merantau, kali ini menjejakkan kaki di Kota Taman. Sebagaimana di Dili, di Bontang Zubair juga berkeliling menawarkan jasa perbaikan mesin ketik dan alat-alat elektrik.
“Waktu itu mesin ketik masih banyak digunakan. Saya berkeliling dari kantor ke kantor menawarkan jasa saya. Setelah merasa yakin menetap di Bontang, baru istri saya ajak ke sini,” tuturnya.
Pergaulannya yang baik dengan masyarakat membuat Zubair mendapat tempat di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga meski baru dua bulan menetap di Bontang, Zubair sudah dipercaya warga untuk menjadi ketua RT di wilayahnya yaitu di RT 13 Bontang Baru. Kepercayaan warga dijalankannya dengan baik, yang membuatnya terpilih menjadi ketua RT teladan tingkat Bontang di tahun 2004.
“Saat itu saya menyisihkan 483 ketua RT yang lain. Oleh pemerintah Bontang, saya mendapat hadiah kesempatan menjalankan ibadah jadi di tahun 2006,” cerita Zubair.
Di tahun yang sama, Zubair juga terpilih sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) teladan. Dia mewakili Provinsi Kalimantan Timur ke Jakarta untuk mengikuti lomba PSM tingkat nasional di Hotel OASIS Jakarta.
Dalam pembinaan generasi muda, Zubair telah membawa organisasi yang dipimpinnya meraih prestasi. Baik dalam kipranya di Gerakan Pemuda Keluarga Sakinah (GPKS) Bontang dan ketua Karang Taruna Setia Taru Bontang Baru. Selama dua tahun berturut-turut, karang taruna yang dipimpinnya menjadi juara dalam kontes antar karang taruna se-kota Bontang yang digelar PT Pupuk Kaltim.
Zubair mengawali kariernya di Pemkot Bontang sebagai tenaga honorer di kelurahan Bontang Baru di tahun 2000. Karena dedikasinya pada pekerjaan, di tahun 2001 dia diangkat menjadi pegawai tidak tetap (PTT) di kelurahan tersebut.
Selanjutnya terhitung sejak 2006, Zubair diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Jabatannya kala itu sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Kantor Dinas Kependudukan, Sosial dan Keluarga Berencana (KSKB) Bontang.
“Tugas saya memberikan penyuluhan keluarga berencana (KB). Wilayah kerja saya berpindah-pindah, mulai dari Bontang Baru lalu Guntung. Lalu pada 2016 kemarin saya dipercaya menjadi koordinator penyuluh KB kota Bontang, membina 15 kelurahan dan 3 kecamatan di Bontang,” terangnya.
Saat pertama menjadi penyuluh KB, Zubair banyak menemui kendala. Apalagi kala itu dia masih belum paham benar tentang KB. Tak jarang dalam sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukannya mendapat penolakan dari warga. Karena pada wilayah-wilayah yang dibina Zubair memiliki persepsi masing-masing tentang program KB yang dilaksanakan.
Misalnya masyarakat di Kampung Jawa yang dikenal sebagai kampung para pemuka agama menganggap KB bertentangan dengan ajaran Islam. Kemudian masyarakat Tanjung Limau yang rata-rata berpendidikan SD dan SMP masih beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki. Sedangkan di Salebba, sebagian besar masyarakatnya belum memahami tentang apa itu program KB.
“Walau begitu saya tidak menyerah dalam melakukan pekerjaan saya memberikan penyuluhan tentang pentingnya KB. Saya berikan pemahaman kepada mereka tentang apa dan bagaimana KB itu sebenarnya,” jelas ayah tiga anak ini.
Riwayat penyuluh KB sendiri rupanya telah ada dalam riwayat keluarga Zubair. Sang ibu, Siti Nuraeni merupakan kader KB andalan di kota Makassar saat orde baru. Karenanya dengan keinginan melanjutkan apa yang pernah dilakukan sang ibu, Zubair tanpa kenal lelah melakukan pekerjaannya sebagai penyuluh KB.
Apalagi dalam menjalankan pekerjaannya ini dia mendapat dukungan dari sang istri. Sang istri merupakan kader Sub PPKB RT, ketua Posyandu, ketua Satgas GSI, kader Pokja Sehat dan Kader PKK. “Maka setahap demi setahap saya dapat berbaur dengan masyarakat setempat untuk dapat mengatasi semua permasalahan yang ada di wilayah Bontang,” kata Zubair.
Sebelum menjadi pegawai, Zubair sudah menjalankan program KB dalam keluarganya. Jarak kelahiran ketiga anaknya terbilang ideal, antara 4 hingga 5 tahun. Kemudian dalam rangka untuk menambah semangat dan motivasi kepada masyarakat, di tahun 2008 Zubair mengikuti program KB untuk pria yaitu vasektomi atau MOP. Dia menjadi pengguna atau akseptor vasektomi tanpa pisau pertama di Bontang.
“Semua itu saya lakukan karena saya dan istri ingin memberi contoh bahwa program KB sekarang bukan lagi diperuntukkan bagi kaum perempuan. Tapi sekarang laki-laki pun dianjurkan untuk ikut program KB karena sudah merupakan visi dan program KB secara nasional yaitu seluruh keluarga ikut KB. Juga menjadi bagian dalam menciptakan penduduk yang seimbang,” jelasnya.
Dari keikutsertaan sebagai akseptor vasektomi itulah, Zubair dipilih menjadi ketua kelompok KB pria “Kuntul Perak” kecamatan Bontang Utara. Berkat kerja sama dengan seluruh anggota kelompok, ditambah bantuan dari seluruh PLKB dan penyuluh KB yang ada di Bontang, jumlah akseptor KB pria khususnya vasektomi dari tahun ke tahun semakin bertambah. Bahkan melampaui target yang diberikan.
Dalam sosialisasi program KB yang dilakukannya, Zubair menciptakan inovasi baru yang unik. Yaitu melalui olahraga dan olah vokal. Dalam setiap kesempatan berolahraga Zubair pasti mengenakan baju kaos bergambar atau bertuliskan program KB. Kemudian dalam setiap undangan acara, Zubair biasanya menyanyikan lagu-lagu populer yang liriknya diubah sedemikian rupa menjadi ajakan untuk ikut program KB.
“Misalnya lagunya Wali yang judulnya Aku Bukan Bang Thoyib, liriknya saya ganti dengan ajakan untuk ber-KB. Saya sengaja rekaman lagu-lagu tersebut dengan lirik baru sebagai sarana penyuluhan. Kebetulan saya juga suka bernyanyi,” urainya.
Inovasi Zubair ini rupanya mendapat sambutan positif di kalangan masyarakat. Bahkan lagu-lagu rekamannya telah tersebar di berbagai daerah di nusantara, yang digunakan oleh para penyuluh KB dalam mengajak warga mengikuti program KB. Bukan hanya melalui lagu, Zubair juga mengemas penyuluhan dengan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian masyarakat.
“Bentuk-bentuk penyuluhan yang saya lakukan berbeda satu sama lain, menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang menjadi target penyuluhan. Karena situasi di setiap kelurahan berbeda antara yang satu dengan yang lain. Sementara bila sekadar penyuluhan seperti biasanya, terasa monoton dan kurang efektif,” terang Zubair.
Salah satu bentuk inovasi yang diselipkan dalam penyuluhan yang dilakukannya yaitu dengan mengadakan demo dan pelatihan memasak. Kebetulan Zubair memiliki bakat memasak sejak kecil yang terus diasahnya hingga dewasa. Dalam penyuluhan, Zubair menentukan suatu menu untuk kemudian diajarkan kepada warga secara gratis.
“Ketika ibu-ibu sudah tertarik, barulah saya menyampaikan informasi-informasi terkait program KB. Memang pendekatannya tidak bisa sama. Kuncinya adalah bagaimana mereka bisa tertarik dengan apa yang akan saya sampaikan. Bisa dengan demo memasak atau juga dengan kegiatan sosial lainnya,” ungkapnya.
Pendekatan demo memasak ini juga diterapkannya dalam membina kader-kader KB di setiap kelurahan. Dalam setiap rapat koordinasi (Rakor) dengan kader, Zubair hampir selalu menyelinginya dengan demo singkat memasak bagi para kader. Bentuk rakor dengan demo memasak ini disebut Zubair sebagai satu-satunya yang ada di Indonesia. Kemampuan memasak Zubair sendiri didapatkannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan memasak dalam setiap perjalanan dinasnya.
“Saya memang suka memasak sejak kecil. Sampai-sampai saya sempat dimarahi keluarga karena sering berada di dapur. Dari situ saya sering ikut pelatihan dan akhirnya saya buka usaha katering sendiri di rumah,” kisah Zubair.
Dengan inovasi-inovasi penyuluhan KB yang diterapkannya, jumlah pengguna KB di Bontang bertambah secara signifikan. Bahkan sejak 2008 hingga sekarang, Zubair telah berhasil mengajak sebanyak 283 akseptor vasektomi. Pencapaian ini membawa Bontang terus menjadi juara di Kaltim dengan jumlah akseptor terbanyak. Padahal, jumlah penduduk di Bontang terbilang paling kecil dibandingkan kota-kota di Kaltim.
Bukan hanya berdampak positif pada Kota Bontang, inovasi-inovasi yang digalakkan Zubair membawa pria kelahiran Makassar 48 tahun lalu ini menorehkan prestasi baik di tingkat lokal, regional, hingga nasional. Di tahun 2008, dia terpilih sebagai PLKB berprestasi 1 di tingkat Bontang. Prestasi ini diulanginya di tahun 2013.
Di tingkat provinsi, Zubair pernah meraih juara 3 PLKB berprestasi Kaltim. Sementara pencapaian bergengsi di kancah nasional dia torehkan lewat keberhasilannya menjadi juara II lomba KB pria tingkat nasional serta juara 1 motivator KB pria tingkat nasional tahun 2015.
“Saya juga sampai sekarang dipercaya menjadi ketua IPeKB (Ikatan Penyuluh KB) baik di Bontang maupun di Kaltim,” sebut Zubair.
Pria yang pernah menjadi juara 1 dalam lomba mengucap panca prasetya KORPRI di Bontang ini memang menjalankan pekerjaannya dengan ikhlas dan sepenuh hati. Setiap hari dia pergi dari satu kelurahan ke kelurahan lain dalam rangka melakukan penyuluhan KB. Bukan hanya di sekitar daerah kota, Zubair bahkan sampai ke daerah-daerah pelosok nan terpencil di Bontang dan sekitarnya.
“Saya sampai ke daerah Sangkulirang, ke wilayah perkebunan kelapa sawit dengan akses jalan yang sulit dilewati. Buat saya sulitnya akses dan kendala-kendala lainnya adalah tantangan yang mesti saya hadapi dalam pekerjaan saya ini,” kata dia.
Demi mendukung kegiatannya berkeliling, Zubair memodifikasi sepeda motor dinas yang digunakannya dengan pernak-pernik KB. Modifikasi ini dilakukan dengan inisiatif dan dana pribadinya. Alhasil, sepeda motor tersebut pun disulap menjadi memiliki daya tarik, bahkan sampai menjadi contoh bagi penyuluh-penyuluh KB di berbagai daerah di Indonesia.
“Inisiatif ini merupakan bentuk kecintaan saya terhadap pekerjaan saya. Tidak lupa saya cantumkan nomor telepon saya di belakang motor agar warga bisa menghubungi saya untuk berbagai hal mengenai KB,” terang Zubair.
Dia menyebut, ada kepuasan tersendiri ketika kegiatan penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukannya bisa berhasil. Yaitu masyarakat mulai menggunakan program KB sebagaimana yang disarankannya. Salah satu pengalaman paling berkesan yaitu ketika dia memberikan penyuluhan di lingkungan Kodim 0905/Balikpapan. Setelah selesai memberikan penyuluhan, tanpa disangka-sangka sembilan prajurit di lingkungan Kodim langsung menyatakan diri untuk menggunakan KB vasektomi.
“Vasektomi ini justru lebih efektif dan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dibandingkan metode-metode lainnya. Risikonya juga lebih ringan. Dan memang di zaman sekarang ini jangan hanya kaum perempuan yang ikut KB, tapi laki-laki juga mesti ikut KB. Kalau perempuan yang ikut KB itu sudah biasa, tapi kalau laki-laki, itu baru luar biasa,” jelasnya.
Bagi Zubair, program KB sangat penting untuk mengimbangi jumlah penduduk yang semakin bertambah. Namun prinsip KB tidak lagi kaku seperti dulu yaitu harus dua anak. Melainkan mesti memenuhi empat pilar program KB yang meliputi pendewasaan usia pernikahan untuk remaja, pengaturan jarak kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan pendapatan keluarga.
“Memang dua anak itu lebih baik. Tapi saat ini sesuai pilar KB, bagaimana agar keluarga tersebut dapat berjalan dengan penuh tanggung jawab dan berkualitas. Misalnya kalau memang punya anak lagi, ya harus mau merawat. Jangan lantas dititipkan karena tidak sanggup merawat. Itu namanya tidak bertanggung jawab karena membebani orang lain,” tandas anak keempat dari enam belas bersaudara ini. (bersambung)
Nama: H Muh Zubair Muin
TTL: Makassar, 31 Desember 1968
Pendidikan: SLTA
Istri: Zusana Syarifuddin
Anak:Budiman Putra S, Muh Nur Hikmawan, Novi Riyanti Lestari
Alamat: Jalan P Suryanata RT 13 Bontang Baru
Prestasi:
- RT Teladan tahun 2004 tingkat Bontang
- PSM Teladan tahun 2006 tingkat Kaltim
- Peringkat 1 pelatihan kewirausahaan Pupuk Kaltim tahun 2003
- PLKB Beprestasi I tingkat Bontang tahun 2008
- Peringkat 2 Pra Jabatan di Bantul
- Juara I lomba mengucap Panca Prasetya KORPRI
- Juara I lomba mengucap Pembukaan UUD 1945
- Juara II lomba KB Pria tingkat nasional
- PLKB Berprestasi tingkat Bontang 2013
- Juara III PLKB Berprestasi tingkat Kaltim 2013
- Juara I Motivator KB Pria tingkat nasional 2015
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post