Kisah Inspiratif Warga Bontang: Rustamsyah (193)
Manusia memang tak luput dari kekurangan. Namun oleh Tuhan, manusia juga diberikan keistimewaan yang bermacam-macam. Seperti yang dialami Rustamsyah, pegawai negeri sipil (PNS) penyandang difabel sejak lahir. Lahir dengan kaki kiri yang tak tumbuh normal, tak membuatnya patah semangat menjalani hidup.
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
PRIA kelahiran Balikpapan, 13 Juni 1965 silam ini tetap beraktivitas seperti biasa tiap harinya. Berangkat dari rumah yang beralamat di Jalan Diponegoro RT 17 Kelurahan Berbas Pantai, Rustam diantar anggota keluarganya menuju lokasi kerjanya di kantor Kecamatan Bontang Selatan yang berada di Jalan Selat Karimata Kelurahan Tanjung Laut. Pada 2000 silam, Rustam sebelumnya merupakan honorer di kantor Desa Berbas Pantai. “Waktu Berbas Pantai jadi kelurahan, saya menjadi PTT (pegawai tidak tetap),” kenang Rustam.
Beruntung, pada 2007 Rustam mulai diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Tiga tahun berselang, suami dari Sutini ini dipindahtugaskan di Kecamatan Bontang Selatan sebagai staf ekonomi pembangunan, hingga saat ini. Menderita cacat fisik sejak lahir, kata Rustam sama sekali tak mengganggu perjalanan hidupnya. “Saya tidak tahu apa kata dokter, yang pasti bukan polio. Hanya kaki kiri yang lebih pendek dari kaki kanan,” ujar Rustam sambil memperlihatkan kondisi kakinya.
Meski mengalami keterbatasan, bukan jadi alasan pula bagi Rustam untuk membatasi, atau bahkan terbatasi dari pergaulan. Teman-teman semasa kecilnya pun tak mempermasalahkan apa yang dialami oleh bapak empat anak ini. “Mungkin ada beberapa permainan yang tak bisa ikut main. Tapi sehari-hari bergaul seperti biasa, tak ada masalah atau yang aneh-aneh,” katanya.
Dia pun termasuk salah satu siswa yang pandai semasa sekolah tingkat SD hingga SMA. Seingat Rustam, sejak kelas 5 SD hingga lulus SMA, dirinya tak pernah lepas dari peringkat pertama. Moncernya prestasi Rustam pun, juga tak lepas dari nasehat kakak kepada dirinya. “Karena punya keterbatasan, maka harus belajar. Begitu kira-kira yang diucapkan waktu itu kepada saya,” ucap Rustam.
Dia meyakini, tiap orang yang memiliki keterbatasan, pasti memiliki keistimewaan yang berbeda-beda dibanding lainnya. Keistimewaan ini, kata Rustam yang harus digali dan dimaksimalkan oleh tiap orang. Rustam yang juga pernah mengenyam pendidikan tinggi non gelar jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM) ini meyakini, kemampuan berpikir dan analisis merupakan kelebihan utamanya. “Meski terbatas fisik, tapi kemampuan otak saya harus dimaksimalkan,” katanya.
Prinsipnya pun dipegang dengan teguh, hingga akhirnya Rustam menjadi salah satu pegawai yang masuk dalam kelompok kerja (pokja) unit layanan pengadaan (ULP) selama tiga kali, yakni di 2010, 2011, dan 2013. “Waktu itu ada tes, Alhamdulillah lulus dan termasuk yang terbaik. Dari situlah saya dipinjamkan di pokja ULP tersebut selama tiga kali,” ungkap Rustam.
Di lingkungan kerjanya pun, Rustam juga tak pernah berhenti memberikan motivasi kepada sesama pegawai, terutama kepada pegawai honorer di kecamatan. Rustam yang pernah merasakan digaji sebesar Rp 150 ribu per bulan saat jadi honorer, yang bahkan di bayar pada 6 bulan setelahnya, menguatkan kondisi rekan-rekannya yang tengah dilanda krisis. “Saya sering kasih motivasi ke mereka, jangan berputus asa. Jika mau berusaha, pasti Tuhan akan memberikan jalan,” katanya.
Pun kepada teman-teman difabel lainnya di Bontang, dia berharap untuk mengubah pola pikir atau mindset yang selama ini tertanam. Rustam merasa miris, saat bertemu di jalan dia melihat seseorang yang sama-sama penyandang difabel, namun bekerja sebagai pengemis. Di kesempatan bertemu itu, Rustam selalu menasihati agar mencari pekerjaan yang lebih laik bagi dia dan keluarganya. “Ada yang begitu tahu saya juga cacat fisik, dia tidak meminta ke saya,” kenang Rustam.
Untuk saat ini, Rustam hanya bisa memberikan motivasi dan nasihat agar mereka mampu merubah pola pikir masing-masing. Namun ke depan, Rustam punya rencana untuk mendirikan perkumpulan atau wadah bagi penyandang difabel untuk berkumpul, berdiskusi, dan memberdayakan diri masing-masing. “Ada rencana ke sana, tapi belum tahu jalannya. Semoga nanti dibukakan jalan,” ujarnya.
Di usianya yang mulai menginjak 52 tahun, Rustam hanya ingin menuntaskan pengabdiannya sebagai PNS hingga usai. “Semoga Allah memberikan kekuatan untuk menyelesaikan pengabdian saya ini,” pungkasnya. (bersambung)
Tentang Rustam
Nama: Rustamsyah
TTL: Balikpapan, 13 Juni 1965
Alamat: Jalan Diponegoro RT 17 Kel. Berbas Pantai
Istri: Sutini
Anak:
- Ismawati
- Giono
- Yuni Ernawati
- Noval Jayadi, SE
Pendidikan Terakhir: Fakultas Non Gelar Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pekerjaan: Staf Ekonomi Pembangunan Kecamatan Bontang Selatan
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post