bontangpost.id – Kasus penggunaan rapid antigen palsu di Pelabuhan Loktuan, Bontang, yang kini dalam penyelidikan kepolisian, mendapat perhatian dari Wali Kota Bontang Basri Rase. Dia mengutuk keras komplotan pembuat surat rapid antigen abal-abal. Karena itu, dia menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada Polres Bontang.
“Harus diusut itu, cari pelakunya, harus diberi sanksi,” ujarnya saat ditemui di Pendopo Rujab Wali Kota, (2/8).
Basri melanjutkan, telah menginstruksikan Dinas Kesehatan Kota Bontang agar meningkatkan pengawasan ke semua klinik yang ada di Kota Taman. Sebab, temuan rapid antigen palsu di penumpang kapal, mencatut salah satu nama klinik di wilayah Bontang Utara. “Pasti itu pengawasan harus diperketat lagi,” katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bontang dr Bahauddin mengatakan, segera menurunkan tim untuk mencari tahu penggunaan rapid antigen palsu, yang sudah dua kali ditemukan petugas di Pelabuhan Loktuan. Tim yang dimaksud dari bagian perizinan.
“Kami memang ada tim khusus, ada dua orang nanti yang kami turunkan,” ujar Bahauddin. Tim tersebut mulai bekerja pekan ini. Bukti surat rapid antigen palsu itupun telah dikantongi timnya.
Sebelumnya, pada Senin (26/7), petugas mendapati delapan penumpang yang menggunakan surat rapid antigen palsu. Mereka merupakan penumpang dari Sangatta, Kutai Timur, yang hendak berangkat ke Bima, Nusa Tenggara Barat, menggunakan KM Binaiya. Namun, saat diperiksa, surat rapid antigen yang mereka sodorkan ternyata palsu.
Terungkapnya penggunaan surat rapid antigen palsu yang mencatut klinik tertentu di Pelabuhan Loktuan hari itu, bukanlah kejadian pertama. Hal serupa sebelumnya juga pernah terjadi pada 16 Juli.
Kepala Pos Pelabuhan Loktuan KSOP Klas II Bontang Amiruddin Manda mengatakan, dari pengakuan penumpang tersebut, mereka mendapatkan surat hasil rapid antigen tanpa harus mengantre. Tak juga melalui pemeriksaan di klinik tersebut. Mereka hanya diminta membayar Rp 200 ribu. Membayar lebih dari harga normal rapid di klinik Rp 150 ribu.
“Sudah ada calo di sana, pas di-scan barcode, nomor registrasinya sama semua, kan setiap orang harusnya berbeda-beda,” ujarnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post